Love? -23

511 37 8
                                    

"Jangan terlalu kebaperan, nanti kalau terlalu baper, bakalan sakit banget jatuhnya."

------------

"Ayo Farhan, Hana, cepat masuk ke dalam mobil. Kita sudah hampir terlambat."

Farhan dan Hana segera memasuki mobil tersebut.

"Hana, kamu yakin bisa ikut lomba ini?"

Untuk kesekian kalinya Bu Lili bertanya pada Hana dengan tujuan memastikan keadaan Hana.

"Iya Bu, saya udah gak apa-apa."

"Jangan terlalu memaksakan dirimu nak. Jika dirasa kamu gak siap, bilang ke ibu ya?"

Hana menganggukkan kepalanya pelan. "Iya Bu," jawabnya pelan.

"Farhan, jagain Hana jika sewaktu ibu tidak ada disekitar kalian. Karena ibu akan menunggu di ruangan khusus untuk para guru pengantar murid yang akan berlomba."

"Iya Bu."

Dan mobil yang ditumpangi mereka mulai berjalan menuju lokasi perlombaan.

Keadaan hening sedari tadi, hanya terdengar alunan lagu barat yang sengaja diputar acak.

Sesekali Hana menyentuh ke dua matanya yang mulai terlihat memerah.

"Jangan dipegang-pegang terus, nanti kuman di tangan lo masuk ke mata semua."

Reflek Hana menjauhkan kedua tangannya dari kedua matanya.

Ia terdiam sambil menundukkan kepalanya, berharap matanya yang membengkak akibat menangis tadi akan segera lekas mereda.

Lagi-lagi suasana hening.

Namun berbeda dengan Farhan yang sedari tadi melirik ke arah Hana yang tepat berada di sampingnya.

Seketika hati Farhan gundah, tetapi ia tidak tahu penyebab dari kegundahannya tersebut.

Mulutnya sedari tadi ingin berbicara pada Hana.

Tetapi untuk kesekian kalinya ia urungkan kembali niatnya.

"Makasih."

Farhan mengangkat alisnya menatap Hana bingung.

Lebih tepatnya, melihat ke arah Hana yang masih tetap menundukkan kepalanya.

"Dan ummm.. Aku-aku mau minta ma-maaf soal tadi."

Seketika hati Farhan terenyuh, melihat wajah Hana dengan mata yang memerah dan bibir yang terlihat pucat.

"Ta-tadi a-aku gak ada maksud," lirih Hana.

"Gak papa kali Na, santai aja."

Hana menatap Farhan bingung.

"Nih..." ujar Farhan sambil menyerahkan sesuatu ke dalam genggaman tangan Hana, "usap air mata lo dulu."

Hana tertegun mendengar ucapan Farhan. Dengan perlahan, ia mulai menempelkan sapu tangan milik Farhan ke kedua matanya untuk menghilangkan jejak air mata yang menumpuk di dalam sana.

"Ma-makasih."

Lagi-lagi keheningan tercipta diantara mereka.

"Maaf ya?"

"Untuk?"

"Untuk tadi," jawab Hana lirih.

Farhan menghembuskan napasnya pelan, "iya gak papa, Hana."

"Ta-tapi ta-tadi itu beneran... beneran a-aku gak sengaja. Aku pikir kamu itu Ka Gibran."

Hana benar-benar merasa tak enak dengan kejadian di UKS tadi ketika ia dengan lancangnya memeluk Farhan.

My Heart SpeaksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang