"Jangan nilai suatu buku hanya karena dari covernya saja. Seperti juga saat kita menilai seseorang, jangan hanya melihatnya dari sisi luarnya saja, dan juga jangan nilai seseorang hanya karena mendengarkan cerita dari orang lain, karena mereka tak sepenuhnya tahu tentang cerita yang sebenarnya."
-----------
"Sayang! Hei sayang bangun!"
Hana merasakan telapak tangan seseorang yang dingin menyentuh pelan pipinya.
"Sayang! Bangun..."
Hana sedari tadi mendengar suara dari seseorang yang tak pernah ia dengar sebelumnya. Namun entah mengapa, matanya terasa berat untuk terbuka.
Kini, seseorang yang sedari tadi memanggil dirinya mengecup pelan dahinya.
"Siapa dia?" batin Hana.
"Jangan pergi..."
Sahutan suara lainnya mulai terdengar, namun terdengar lebih pelan.
"Kumohon..."
Suara itu lagi-lagi terdengar, tetapi terdengar lebih lirih dari sebelum-sebelumnya.
"Siapa mereka?" batin Hana lirih.
Ingin sekali berteriak dan membuka matanya, tapi hasilnya nihil. Ia tetap pada posisi awalnya.
"Kembalilah..."
Hana membuka matanya dengan cepat.
Gibran dan Gilang yang berada di sampingnya ikut terkejut melihat Hana yang tiba-tiba membuka matanya.
"A-aku di mana Ka?" tanya Hana dengan suaranya yang terdengar serak.
Gilang yang tak kuasa menahan tangis bahagianya, langsung menghambur untuk memeluk adik tersayangnya ini.
Hana terkejut, "Ka? Ka Gilang nangis?" tanya Hana pelan.
Dia bahkan merasa jika ada air yang kini menggenang di pipinya, mengalir sampai ke dagunya, kemudian menetes sempurna ke bajunya.
"Aku nangis?" batin Hana.
"Aku... aku di rumah sakit Ka?"
Gibran mengelus pelan pipi Hana sembari menghapus air yang sudah banyak mengalir di pipinya.
"Iya," jawab Gibran hangat.
"Kenapa aku bisa di sini?" tanya Hana.
Gilang menatap nanar ke arah Gibran.
"Kamu pingsan semalam," jawab Gibran sambil menatap sendu ke arah Hana.
Hana keheranan dengan kedua kakaknya yang memasang wajah sendu saat menatapnya.
Ada apa ini? Pikir Hana.
Hana ber-oh ria menanggapi jawaban Gibran. Walau ia tak puas dengan jawaban kakaknya tersebut, tetapi ia tak mau ambil pusing untuk terus bertanya mengenai dirinya yang bisa berada di tempat ini sekarang.
Ia kembali mengingat sedikit kejadian semalam. Saat ia bertemu dengan Farhan.
Hana tersenyum sekilas ketika mengingat saat wajahnya berdekatan dengan wajah Farhan.
"Astaga!" batin Hana.
Tetapi setelah itu ia tidak ingat apapun. Dan tiba-tiba saja ia sudah berada di sini.
Detik selanjutnya ia kembali teringat dengan kejadian yang baru saja ia alami.
Pikirannya masih terus berperang mencari jawaban yang pasti.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Heart Speaks
Teen Fiction"Mungkin aku salah satu dari ribuan orang di bumi ini yang hanya bisa menikmati senyumannya tanpa harus tahu siapa gerangan yang membuatnya tersenyum, sangat mengenalnya tanpa harus dikenal olehnya, dan mencintainya tanpa harus mengharapkan sebuah b...