"Seberapa besarnya cintaku padamu, tetapi ternyata hatimu tidak untukku. Aku bisa apa?"
----------
Hana berjalan malas menuju perpustakaan. Seperti biasa, ia akan mempersiapkan perlombaannya dengan belajar bersama Farhan.
Melelahkan sekali rasanya, setelah upacara selesai, dirinya diharuskan belajar pelajaran fisika yang akan menguras habis otaknya.
BRUUUK
"Aduh!"
Lembaran kertas mulai berterbangan tak teratur tertiup angin, layaknya layang-layangan yang sedang terbang bebas di udara tanpa batas.
Sedangkan si empu pemiliknya, masih meringis kesakitan ketika bokongnya mencium kasar lantai sekolahnya.
"Maaf!"
Hana masih dengan posisinya yang terduduk, sambil mengusap-usap pelan rok yang menutupi bokongnya, masih tak peduli dengan seseorang yang tadi berbicara dengannya.
Bukan tak peduli, tetapi tak sadar. Karena dirinya masih terfokus memikirkan bokongnya yang semakin datar layaknya triplek.
Dan Hana sadar ketika ia melihat sepasang sepatu converse yang berada tak jauh darinya.
Dan sudah dipastikan, orang tersebutlah yang menabrak dirinya.
"A-aduh ma-maaf ya!" sahut Hana terlihat gugup. Karena ada satu hal yang ia takutkan sekarang,
Takut dirinya menabrak murid siapapun itu orangnya, dan murid tersebut tidak terima, alhasil dirinya pasti akan terkena jurus bully-an dari murid tersebut.
Hana masih saja terduduk sambil menundukkan kepalanya.
Tak berani jika ia harus bertatapan dengan orang yang sekarang berdiri menjulang tinggi di hadapannya.
"Harusnya gue yang minta maaf. Ada yang sakit gak?"
"Kok suaranya familiar?"
"Eh Na! Lo gak papa?"
Sontak Hana mendongakkan kepalanya, seketika itupula matanya membulat sempurna.
"Mana yang sakit?"
"G-gak ada. Gak ada yang sakit."
"Sorry banget ya! Tadi gue jalannya sambil main handphone, jadinya gak fokus."
"I-iya gak papa."
Hana terlihat gugup, buru-buru ia mengambil lembaran kertas yang kini berserakan di mana-mana.
Murid tersebut pun ikut berjongkok di depannya, dan yang dilakukan murid tersebut ternyata di luar dugaan Hana.
"G-gak papa. Aku aja yang ambil."
Murid tersebut tak menanggapi ucapan Hana, ia masih terus sibuk mengambil ceceran kertas yang berserakan.
Tak butuh waktu lama, kertas tersebut sudah kembali bersatu bersama teman-teman yang lainnya.
"Sekali lagi gue minta maaf."
Hana menganggukkan kepalanya seraya mengambil alih kertas-kertas tersebut.
"Makasih..."
"Bagas."
"Makasih Ba-Bagas," ujar Hana yang terlihat kikuk.
"Yoi sama-sama!" jawab Bagas sembari tersenyum manis ke arah Hana.
Hana terpaku.
"Lo mau ke mana bawa kertas sebanyak itu?"
"Hmm... mau ke perpustakaan."

KAMU SEDANG MEMBACA
My Heart Speaks
Teen Fiction"Mungkin aku salah satu dari ribuan orang di bumi ini yang hanya bisa menikmati senyumannya tanpa harus tahu siapa gerangan yang membuatnya tersenyum, sangat mengenalnya tanpa harus dikenal olehnya, dan mencintainya tanpa harus mengharapkan sebuah b...