"Sesakit inikah rasanya mencintai seseorang yang tak mencintai diri kita? Wahai hati, mengapa dia? Mengapa harus dia orangnya?"
----------
Farhan segera pergi ke kamarnya dan menghempaskan beban berat badannya pada kasur king size miliknya.
Farhan menghembuskan napasnya kasar.
Berulang kali ia mencoba, tetapi tetap saja hatinya terasa sesak.
Untuk beberapa saat, ia mencoba memejamkan mata di bawah langit-langit kamarnya.
Lagi, bayangan seseorang mulai berkelebat terus-menerus di kepalanya.
"Aaarrggh!!!" gumam Farhan.
Untuk kesekian kalinya, Farhan menghembuskan napasnya dengan kasar.
Ia mulai bangkit dari tempat tidurnya dan mulai berjalan mendekat ke sudut kamarnya.
Mengambil suatu barang yang terlihat mulai meninggalkan jejak debu.
Ditiupnya dengan pelan dan seketika debu-debu itu tersebut melayang bebas berhamburan di udara.
Tanpa beban, ia melepaskan dirinya di udara yang akan membawanya entah ke mana.
Hanya takdirlah yang akan menjawabnya.
Farhan menatap lekat benda yang sekarang tepat berada di pangkuannya.
Dengan perlahan, ia mulai membuka lembaran pertama dari album photo tersebut.
Lagi, hatinya terasa sesak seperti sedang dihimpit oleh dua benda yang berat.
"Gimana kabar lo?"
Perkataan itu adalah kalimat utama yang diucapkan Farhan sambil memandang foto seseorang yang sudah lama pergi meninggalkannya.
"Gue harap, lo baik-baik aja di sana," ujarnya. "Tapi... di sini gue lagi gak baik-baik aja."
Tak dapat membendungnya lagi, setetes air mata tanda rindu mulai menetes ke pipinya.
Tersadar, Farhan buru-buru menghapus air matanya dengan kasar.
"Maaf. Gue gak bisa ngontrol emosi gue sekarang. Gue terlalu kebawa suasana."
Pandangan Farhan masih terus melekat pada foto berukuran sedang yang tertempel sempurna di album fotonya, memperlihatkan seorang anak kecil perempuan yang sedang tertawa lebar menatap ke arahnya.
"Gue beneran kangen sama lo."
Farhan menatap sendu foto tersebut.
"Lo tau, gue udah punya pacar," ujar Farhan sambil tersenyum sendu menatap foto yang berada ditangannya sekarang.
"Gue sayang sama dia, dan lo bakalan iri sama gue karena gue bisa ngeduluin lo punya gebetan duluan."
Farhan menghela napas, "tapi... ada satu cewek yang selalu ngingetin gue sama lo,"
"Dan yang gue bingungin, kenapa setiap gue melihat dia, gue ngerasa sekilas melihat diri lo juga di sana?"
Kini Farhan meneratawakan dirinya sendiri. Menertawai ucapan tak masuk akal yang baru saja ia ucapkan.
"Jangan bilang lo masih gentayangan dan masuk kedalam tubuh dia," ujar Farhan sambil membayangkan hal-hal ghaib yang tak akan diterima oleh akal manusia.
"Kalau emang iya. Gue takut."
Seketika suasana menjadi sangat hening.
Hening sampai-sampai kulit Farhan terasa sangat dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Heart Speaks
Ficção Adolescente"Mungkin aku salah satu dari ribuan orang di bumi ini yang hanya bisa menikmati senyumannya tanpa harus tahu siapa gerangan yang membuatnya tersenyum, sangat mengenalnya tanpa harus dikenal olehnya, dan mencintainya tanpa harus mengharapkan sebuah b...