Hana menghilang...
Farhan dengan cepat mengendarai motornya membelah jalanan sore yang mendung menutupi sang senja. Tak memperlihatkan lagi matahari yang akan kembali kepada pangkuannya di malam hari, untuk sejenak merehatkan diri.
Tak memperdulikan lagi beberapa pengendara yang mengklaksonnya keras, saat ia tiba-tiba menyalip dan menarik gasnya dengan keras.
Bahkan beberapa kali terlihat akan menabrak pengendara lain di depannya.
Ia tak punya waktu, hatinya semakin gelisah menanti kabar lainnya yang akan ia dapatkan sebentar lagi.
Ia masih ingat rumahnya.
Dan, kini terlihat sangat sepi.
Farhan menepikan motornya, dan mulai melangkah mendekati pagar.
Diambilnya handphone dalam saku dan mencoba kembali untuk yang kesekian kalinya menelpon Hana.
Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau sedang berada di luar-
Ia menghela napas lelah sembari menatap sendu nomor tersebut.
Dilihatnya kembali rumah besar tersebut, dan yang ia temukan hanya lirihan angin akan sepi yang meradang.
Farhan menundukkan kepalanya sembari mulai berjalan untuk kembali pulang.
Namun baru saja menaiki motornya, sebuah mobil jazz mulai mendekat ke arahnya.
"Farhan?"
Farhan terdiam sejenak, ia mencoba mengenali, "Gilang?"
Gilang menepikan mobilnya dan mulai mendekat ke arah Farhan, diikuti Farhan yang ikut menuruni motornya.
"Lo... ada apa ke sini?"
Farhan lagi-lagi terdiam menatap Gilang dengan wajah pucat juga matanya yang terlihat sedikit mengantuk, berat.
"O-oh, hmm... gue lagi nyari Hana," jawabnya pelan, seketika rasa akan perasaan lain menghinggapi pipinya yang berubah warna.
Farhan menangkap raut pilu di wajah Gilang, lantas Gilang menundukkan kepalanya.
"Ada apa?" tanya Farhan hati-hati.
Gilang menghela napas, "gue juga gak tau dia ada di mana," jawabnya pilu.
Deg!!!
Hati Farhan kembali mencelos. Semua informasi yang diberikan Farah benar. Dan kenyataan itu membuatnya kembali merasakan sakit luar biasa dalam relung hatinya.
"Bagaimana bisa lo gak tau keadaan adik lo?" tanya Farhan getir.
Gilang menggeleng lemah, "ceritanya rumit."
"Keluarga lo udah lapor polisi?"
Gilang mengangguk, "tapi tetap belum ada hasilnya. Bokap gue udah nyewa dan ngerahin semua anak buahnya untuk mencari keberadaanya, tapi hasilnya nihil," lirihnya.
"Bokap gue udah minta tolong sana sini tap-tapi... tapi-"
Gilang tak dapat melanjutkan kata-katanya, itu terlalu menyakitkan dan membuat tenggorokannya sontak tercekat.
Farhan mengerti perasaan Gilang, karena bagaimanapun, walau Hana bukan saudara kandungnya, ia pasti sudah menganggapnya sama seperti layaknya adik kandung sendiri.
Ia mengerti, sekuat apapun laki-laki, yang konon lebih kuat dibanding perempuan, perasaan yang kuat dan lemah pasti pernah mereka rasakan juga, dan kehilangan seseorang yang disayangi tak pernah menjadi hal yang menyenangkan untuk semua kaum.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Heart Speaks
Teen Fiction"Mungkin aku salah satu dari ribuan orang di bumi ini yang hanya bisa menikmati senyumannya tanpa harus tahu siapa gerangan yang membuatnya tersenyum, sangat mengenalnya tanpa harus dikenal olehnya, dan mencintainya tanpa harus mengharapkan sebuah b...