"Karena sebuah harapan akan hadir ketika kita akan mencapai suatu hal. Mencapai suatu hal yang membuat kita yakin, dengan berharap, laksana seperti berdo'a."
POV HANA
Dengan perlahan, ku mulai mencoba mendongakkan kepalaku.
Entah mengapa, hatiku berdebar-debar, jantungku berdetak tak karuan ketika akan melihat wajah seseorang yang telah berbaik hati menolongku.
Suaranya, sedikit terdengar familiar.
Tetapi aku tak bisa menebaknya sama sekali.
Bahkan orang tersebut mengetahui namaku. Siapa dia?
Sontak mataku membulat sempurna.
"A-A ... Al-Alfian?" gumamku pelan menatap objek yang berada di depanku dengan pandangan yang menyorotkan ketidakpercayaan.
Sekali lagi, aku mencoba menutup mataku dan membukanya kembali.
Objek di depanku masih tidak berubah.
Dia, masih tetap, Alfian?
"Ayo gue anter ke UKS sekolah lo," ucap Al, "di mana letak UKS nya?" tanyanya.
Aku masih tetap terdiam mengamati wajah yang kini tepat berada di hadapanku.
"Aisssh lama."
Sedetik kemudian kurasa tubuhku merasa kembali terbang dan melayang di udara.
Seketika aku membulatkan mataku saat kusadari, kini Alfian menggendong tubuhku ala bridal style dan akan mulai berjalan menuju sekolah.
Mimpi kah ini?
"Tu-turunin..." kataku terbata-bata.
Tetapi ia tetap diam sambil mulai berlari kecil menuju sekolah.
Jantungku benar-benar tak karuan sekarang. Rasanya seperti akan meledak dalam hitungan beberapa detik ke depan.
Baru saja aku akan kembali protes, kulihat Alfian kini mulai mendekati segerombolan kecil anak murid perempuan yang membuatku langsung menghadapkan wajahku pada dadanya untuk menyembunyikan wajahku yang sudah dipastikan sudah tak berbentuk.
What? Dadanya?!
Mulutku rasanya kini kaku dan kelu untuk memberontak meminta Alfian menurunkanku sekarang juga.
"UKS di mana?" ku dengar suaranya sedikit ngos-ngosan saat bertanya pada murid-murid perempuan tersebut.
Ku dengar beberapa murid mulai berteriak heboh ketika mereka melihat seorang laki-laki tengah mengendong salah satu murid dari sekolah mereka.
Seperti,
"E-eh itu kenapa?!"
"Liat! Lututnya berdarah! Astaga!"
"Siapa itu?!"
"Anjir! Roknya nyampe robek!"
"Itu siapa?! Murid sini kan? Itu abis kecelakaan atau gimana?"
"Siapa itu yang kecelakaan?"
"Itu darahnya banyak banget!"
"Itu kenapa?"
"Weh-weh, yang ngegendongnya cakep banget!"
"Parah ganteng parah!"Dan masih banyak lainnya yang masih terdengar jelas olehku.
Sekilas aku mendongakkan kepalaku sedikit untuk melihat wajahnya yang kini menjulang tinggi di atas wajahku.
Terlihat sedikit olehku ekspresi wajahnya yang tampak,
Khawatir?
Seketika lamunanku buyar ketika ia mulai berlari kecil menjauh dari kerumunan murid tersebut dan sekiranya ku tebak ia akan membawaku menuju UKS sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Heart Speaks
Teen Fiction"Mungkin aku salah satu dari ribuan orang di bumi ini yang hanya bisa menikmati senyumannya tanpa harus tahu siapa gerangan yang membuatnya tersenyum, sangat mengenalnya tanpa harus dikenal olehnya, dan mencintainya tanpa harus mengharapkan sebuah b...