"Kebahagiaanmu, adalah kebahagiaanku juga. Walau kau tak pernah tahu, bahwa di waktu yang bersamaan, hatiku juga terluka."
------------
"Hana, Rana, Axel, Faisal sama Gibran dipanggil ke ruang guru sekarang!" ujar Robby selaku Ketua Murid kelas XII IPA-1.
Gibran melirik sekilas ke arah Hana yang sedang berpamitan dengan Ghina.
Dan lantas setelah itu mereka berdua pergi ke ruang guru bersama-sama.
Tiba-tiba perasaan tidak enak muncul di benak Gibran.
Semakin terasa kala melihat tatapan yang mencurigai dari teman-teman satu sekolahnya.
Dan,
Byurrrrrr!!!
Hana terlonjak kaget melihat kejadian yang baru saja menimpanya.
Ditambah kaget lagi ketika Gibran sudah memeluknya, layaknya melindunginya dari serangan yang sedang diluncurkan oleh seseorang padanya. Membuka lebar-lebar pelukannya hanya agar Hana terlindungi dibawah naungannya.
"Siapa yang ngelakuin ini?" tanya Gibran dingin.
Murid-murid yang berada di sekitarnya pun menatap Gibran takut.
Melihat Gibran seperti itu seperti sedang melihat singa yang akan siap menerkam siapa saja yang berada di dekatnya.
Mereka banyak yang memilih untuk mundur. Tetapi keadaan semakin ramai mengerubungi Gibran dan Hana dari kejauhan.
Gibran mengadahkan kepalanya ke atas, saat itu juga tatapannya terpaku pada beberapa anak murid perempuan yang sedang tertawa lepas di atas sana.
Gibran geram. Baru saja akan berlari mengejar anak-anak murid tersebut, Hana sudah menarik pelan pergelangan tangannya—mencegahnya.
"Ka?"
Gibran luluh menatap sendu Hana yang kini terlihat sedang menahan tangis.
Untungnya Hana hanya sedikit kecipratan air yang dicampuri telur tersebut.
Dan Gibran sangat bersyukur atas itu.
Persetan dengan baju seragam dan tubuhnya yang sudah dibanjiri oleh air laknat tersebut.
"Sssttt... jangan nangis, Hana," ujarnya sembari menghilangkan jejak air mata di pipi Hana.
Banyak siswi yang berteriak histeris saat Gibran melakukan hal tersebut.
Dan, Ghina datang tepat pada waktunya.
Dengan segera ia memeluk Hana.
"Titip Hana Ghin, gue mau ngejar orang yang ngerencanain hal ini."
Gibran mulai melangkahkan kakinya ke tempat yang tadi ia pergoki beberapa murid perempuan yang merencanakan hal keji tersebut.
"Heh kalian!" teriak Gibran, "maksud kalian apa?!" tanya Gibran yang sudah emosi.
Tak kunjung dijawab, bahkan tiga orang murid perempuan tersebut sudah kembali berlari menjauh dari Gibran.
"A-aww sa-sakit!"
"Berhenti!"
Gibran akhirnya dapat menghentikan ketiga perempuan tersebut.
"Le-lepasin iiih!"
"Kalian kan yang ngelakuin? Ha? Kenapa?!"
"Bu-bukan gue yang ngelakuin! Kenapa sih lo selalu ngebela cewek nerd yang jelek itu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Heart Speaks
Teen Fiction"Mungkin aku salah satu dari ribuan orang di bumi ini yang hanya bisa menikmati senyumannya tanpa harus tahu siapa gerangan yang membuatnya tersenyum, sangat mengenalnya tanpa harus dikenal olehnya, dan mencintainya tanpa harus mengharapkan sebuah b...