Heart? -42

335 22 14
                                    

Untuk bintang-bintang yang telah jatuh dari kedua matamu...
Terima kasih ucapku untukmu.

Dengan bulan yang sinarnya datang dari binar senyummu...
Terima kasih, untuk sudah pernah kembali di waktu paruhmu.

Akan kupastikan kamu singgah di tempat yang tepat.

Dan harapanku adalah; aku.

–––––

Pemandangan sendu kini menyelimuti mereka. Gilang bahkan sudah tak dapat menumbuhkan senyuman di bibirnya. Ia terlalu lelah untuk mengatakan pada semua orang bahwa ia baik-baik saja; padahal tidak sama sekali.

Gadis yang sudah menemani hari-harinya kini tak lagi bersamanya.

Gadis lugu dan manis itu, sudah tak lagi di sisinya.

Gadis yang tumbuh bersamanya kini tidak lagi memilih rumahnya untuk berpulang.

Hana–gadis pembawa kebahagiaan di keluarganya itu akan segera pergi.

"Ka Gilang?"

"Hmm?" seraknya.

Hana berjalan mendekat, lalu menggapai tubuh Gilang. "Hana akan tetap jadi Hana. Hana adiknya Ka Gilang."

Gilang tersenyum sendu. Lalu memilih untuk membalas pelukan hangat adiknya. "Tetap mau dipanggil Hana, kan?"

Hana mengangguk cepat. Bersamaan air matanya yang juga ikut terjatuh cepat ke pipi.

"Aku... tetap abang kamu, kan?"

"Iya..." lirih Hana.

Senyuman sendu itu pertanda ketegaran. Sembari melepas pelukan ia kembali menatap Hana dengan duka cita. "Jangan bandel ya? Jangan cengeng lagi." Lalu mengusap pelan rambut Hana.

Hana kembali mengangguk. Tetapi lebih pelan. Tenaganya sudah banyak terkuras.

Lambaian tangannya mulai mengudara, ditambah senyum sendu yang kini ia terbitkan dari bibirnya. Namun deraian air mata tetap tidak bisa membohongi keadaannya.

"Baik-baik ya, Nak? Kami pamit pulang dulu. Besok kita akan datang mengantarmu."

"Iya, Mah."

Fatih kembali menangis. Ia tak lagi menoleh ke arah putri kesayangannya yang kini sudah berpulang ke rumah asalnya. Ia tak sanggup. Terlalu banyak kenangan yang tak bisa ia lepas dengan mudahnya bersama gadis itu.

"Kami pamit pulang dulu," sahut Gian pada keluarga Hana yang diangguki oleh mereka semua.

Mobil itu perlahan menjauh, membawa sejuta kerinduan yang bahkan sudah hadir di benaknya. Membawa sejuta kenangan manis yang sudah ia rangkai bersama mereka.

Tuhan memang sangat baik. Dipertemukan oleh mereka adalah anugerah kehidupan yang baru. Disayangi oleh mereka adalah keadaan manis yang pernah ia rasakan.

Dunia lamanya mungkin pernah hilang, tapi dunia baru telah membawanya kembali untuk melihat keduanya.

Alfian menatap sedih Hana. Ia tahu persis bagaimana perasaan adik kembarnya tersebut. Dengan segera ia menggapai tubuh mungil itu.

My Heart SpeaksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang