"Waktu terasa begitu cepat berlalu. Dan perpisahan terasa semakin dekat seolah-olah ingin menelanmu dengan cepat, kemudian mengeluarkanmu kembali untuk pertemuan yang baru. Entah dalam waktu yang dekat atau tidak, entah dengan orang yang sama atau tidak, dan entah membawa keberuntungan dan kebahagian bagimu atau tidak.
Karena dari setiap kata pertemuan, pasti akan datang waktunya untuk sebuah kata perpisahan."----------
"Dek? Udah siap?" kepala Gilang mulai terlihat menyembul ke dalam kamar Hana, setelah itu diikuti wajahnya yang mulai terlihat dari balik pintu yang sedikit terbuka tersebut, "astaga! Masih belum siap sama sekali?" tanyanya.
"Hana bingung, harus pakai yang mana?" ujar Hana sambil menatap nanar ke arah pakaian yang sudah berserakan diatas kasur king sizenya.
Gilang hanya dapat mengeleng-gelengkan kepalanya.
Heran dengan Hana yang selalu bingung untuk masalah seperti ini.
"Yang ini aja," ujar Gilang seraya mengambil dress dan mulai memberikannya pada Hana.
Dan setelah beberapa menit Hana keluar dari kamar mandinya dengan dress pilihan Gilang tersebut.
Gilang tersenyum, "adik gue cantik banget dah!" batinnya.
"Gimana Ka?" tanya Hana.
"Cantik banget! Kayak orang yang makenya!"
"Kan dress ini pilihan kakak juga. Makasih ka!" ujar Hana yang terlihat blushing ketika Gilang memujinya.
Hana hendak menguncir rambutnya sebelum pencegahan yang dilakukan Gilang memberhentikan gerakannya.
"Jangan dikuncir, digerai aja rambutnya," ujar Gilang.
"Aku gak biasa digerai Ka."
"Please, setidaknya malem ini aja. Coba gerai rambut lo."
Hana terdiam. Lalu ia melangkahkan kakinya menuju cermin besar yang berada didalam kamarnya. Ia mulai mengikuti saran kakaknya, agar rambutnya tak ia kuncir.
Ia mulai merapihkan rambut hitam legamnya menggunakan sisir, dan mulai menata poninya.
Tak butuh waktu lama, Hana sudah selesai menata rambutnya. Ia terus saja menatap dirinya lewat pantulan dari cermin tersebut.
Rasanya, ada yang berbeda darinya sekarang.
Gilang yang melihat Hana masih diam sedari tadi, menyadarkannya melalui tepukan pelan dipundak adiknya tersebut.
"O-oh iya Ka. Maaf lama hehe..." ucap Hana yang tersadar dari lamunannya, "yuk! Aku tinggal pake kacamata aja," lanjutnya sembari mulai memakai kacamatanya.
Lagi-lagi Gilang menyentuh tangan Hana agar dirinya berhenti melakukan kegiatannya.
Gilang sontak mengambil alih kacamata tersebut, dan meletakkannya di atas meja rias.
Tanpa izin Hana, Gilang memoleskan bedak ke pipi, disambung ke dahi, dan meratakannya ke seluruh wajah Hana. Dan memakaikan lipgloss ke bibir mungil Hana yang terlihat kering.
Gilang tersenyum puas, melihat Hana yang sekarang terlihat berbeda.
Hana hendak protes, sebelum intrupsi dari Gibran mulai terdengar di pendengaran mereka.
"Yuk, turun. Udah ditungguin," ajak Gilang.
"Ta-tapi ka-"
"Udah, ayo cepetan."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Heart Speaks
Teen Fiction"Mungkin aku salah satu dari ribuan orang di bumi ini yang hanya bisa menikmati senyumannya tanpa harus tahu siapa gerangan yang membuatnya tersenyum, sangat mengenalnya tanpa harus dikenal olehnya, dan mencintainya tanpa harus mengharapkan sebuah b...