Dia biasa dipanggil Aluna atau sekadar Luna. Hanya agar kalian tahu bahwa dialah gadis yang sungguh tidak berpengalaman dalam menghadapi orang tak dikenal. Dia akan berubah menjadi manusia semi patung alias tidak tahu bagaimana memulai percakapan pada seseorang, jangankan orang asing, yang sudah dikenal pun harus bersyukur kalau Luna masih mengingat rupa maupun namanya.
Sampai menginjak kelas 12 pun, teman yang dipunya masih bisa dihitung dengan jari di satu tangan. Makanya, sangat tidak masuk akal bagi Aluna jika tiba-tiba ada orang tak dikenal menghubunginya melalui saluran telepon, mengatakan cukup mengenal dirinya, sampai mengutarakan hal yang bagi Aluna terdengar gila.
Itu terjadi di Hari Minggu pagi, ketika Aluna baru menyelesaikan ritual bersih-bersih pagi, ponsel pintarnya yang tergeletak di meja belajar tiba-tiba berdering halus. Kening di balik poninya yang masih basah terpaksa mengerut kala memeriksa nomor tak dikenal menghiasi layar sentuhnya. Pikirnya mungkin itu hanya salah sambung atau sedang iseng. Namun karena sifat baik hatinya, Aluna menjawabnya meski ragu-ragu, menyapa dengan kata Halo dengan suara merdunya yang nyaris tidak terdengar.
Awalnya Aluna mengira karena suaranya yang terbilang kecil, mungkin orang di seberang sana tidak mendengar sehingga ia tidak mendengar balasan apapun. Karenanya diulang lagi sapaan umum itu dengan volume suara sedikit dibesarkan.
"Halo?"
"Cuma mau mastiin kalo ini bener kamu."
Kening Aluna mengerut semakin jelas. Matanya bergerak sebentar, tampak sedang menerka. "Maaf, salah sambung, ya," adalah yang diutarakannya sebagai jawaban dalam hatinya sebelum berniat menjauhkan ponselnya dari telinga lalu memutusnya.
"Aluna."
Namun niatnya lenyap begitu saja, berganti rasa terkejut seperti baru saja menendang jantungnya hingga meloncat keras karena mendengar namanya disebut oleh suara di seberang telepon. Pasalnya, yang sedang menelepon ini adalah laki-laki, jelas sekali dari suara beratnya yang begitu dalam dan terasa seperti sedang menggelitik gendang telinga Aluna. Sayangnya Aluna sudah lebih dulu digandrungi rasa was-was mengingat dia sungguh tidak mengenal pemilik suara yang baru kali ini didengar.
"Si-siapa?" Aluna tidak bisa menyembunyikan kegugupannya. Jantungnya mendadak berdegup kencang lantaran kembali mendengar suara di seberang sana mengalun.
"Orang yang selalu merhatiin kamu di sekolah."
Dia pasti bercanda. Mana mungkin ada orang, atau murid di sekolah yang mau memerhatikannya? Memangnya dia siapa?
"Kalo nggak ada kerjaan, jangan nerorin orang!" Aluna mencoba menggertak, dia hampir mewujudkan niat awalnya yang ingin mengakhiri sambungan tersebut tatkala mendengar kekehan singkat, halus, dan tenang dari si orang asing tersebut.
"Aku bakal nerorin kamu kalo berani jalan sama cowok lain, Aluna."
Jawaban lelaki itu malah berhasil menyentak Aluna. Tubuhnya mendadak limbung sehingga ia membutuhkan pegangan dari pinggir meja belajarnya. Bibirnya yang sedari tadi terbuka sudah terasa kelu. Pun dengan matanya yang sudah menunjukkan kegelisahan dalam dirinya saat ini.
Siapa lelaki ini? Teman sekolah? Tapi sayangnya Aluna tidak mengenal semua teman sekolahnya! Dan lagi, dari mana lelaki ini mendapatkan nomor ponselnya?!
"Jadi, perlu kamu tahu kalo ada yang bakal terus ngawasin kamu. Akulah orangnya."
Tepat di akhir kalimat yang makin terdengar mengerikan di telinga, Aluna tanpa berpikir kesekian kali lagi untuk memutus sambungan itu, menarik napas dalam demi mengatur detakan jantungnya sementara otaknya mulai diajak berpikir keras.
Orang itu pasti penipu. Mana mungkin ada orang seperti itu dan rela menjadi seperti itu karena dirinya? Aluna bukan siapa-siapa, cuma gadis biasa yang bahkan tidak memiliki sesuatu yang menonjol di sekolah.
Tapi kalau benar dia orang dari sekolah yang sama dengan Aluna, bisa dikatakan sedikit masuk akal jika itu menyangkut bagaimana dia bisa tahu namanya. Ya, sedikit!
Lalu orang tidak punya kerjaan mana yang tega mengerjai Aluna seperti ini?
Jawabannya ada di dalam ponsel Aluna. Karena kurang dari dua menit setelah panggilan itu berakhir—alias sengaja diakhiri—muncul notifikasi dari aplikasi chat yang menyatakan akun miliknya mendapatkan teman baru. Disusul dengan dentingan khas milik aplikasi tersebut sebagai tanda adanya pesan chat baru.
Dari si teman baru yang membuat Aluna tidak mampu sekadar menelan saliva.
Salam, Kenal-V (your secret admirer)
.
.
.
.
whoops! ini dia cerita barunyaa 🙌🙌
ga baru-baru amat sih. Sebenernya ini aku ambil dari FF buatanku beberapa tahun lalu, waktu masih jadi pemula yang amatir (sekarang juga masih amatir sih wks) dan mau aku remake alias rombak ulang~ bener-bener kurombak loh jadi fresh bener-bener fressh (penekanan buat yang pernah baca) //ga
semoga terwujud ya hwhw 😣😣
jadi, tunggu part satu-nya setelah pesan-pesan berikut ini!
mau nuntasin Adiran-Shasa dulu ya HEHEHE //nyengir
161112
KAMU SEDANG MEMBACA
My Genius Secret Admirer
Teen Fiction[C O M P L E T E D] [TERBIT;INDIE] Aluna tidak pernah berharap bahwa dirinya akan memiliki seorang penggemar rahasia. Kedatangannya yang tidak terduga ternyata mampu menarik perhatian Aluna untuk mencari wujud si pelaku, memicu debaran jantung yang...