[6] What A Good Thing

22.1K 1.9K 188
                                    

DI waktu istirahat kali ini, mereka berempat berkumpul di satu meja kantin. Lokasinya agak menjorok dari keramaian demi memberi kenyamana pada salah satu di antara mereka.

Aluna orangnya. Dia sampai harus dibayangi oleh ketiganya hanya agar tidak terlalu tampak bagi mereka-mereka yang selalu mencuri pandang ke meja tersebut. Hobinya yang selalu menunduk kini sungguh berguna hingga sedari tadi ia hanya terus memandangi minumannya yang diseruput sedikit-sedikit nyaris tidak minat. Padahal jus stroberi—apapun yang berbau stroberi—selalu mampu meningkatkan mood dalam diri Aluna.

"Gue nggak nyangka efeknya bakal kayak gini." Samuel membuka suara sambil geleng-geleng kepala. "Ternyata tuh cowok penggemarnya banyak, ya. Sampe pada heboh tau Alun dideketin sama dia. Gue sampe celingukan dari tadi tiap jalan cewek-cewek ngomongin elo."

"Udah, nggak usah dibahas." Aluna makin tidak nyaman. Pasalnya, tidak hanya mereka-mereka yang suka mencuri pandang kemari, ketiga temannya pun sedari tadi malah menggodanya halus-halus.

Kalau begini sama saja Aluna tidak bisa beristirahat dengan tenang.

"Dia itu diam-diam menghanyutkan. Fansnya bakal nongol kalo dia mulai beraksi. Apalagi selama ini dia nggak pernah yang namanya jalan sama cewek, deketin cewek aja nggak pernah, kebalikannya yang ada malah. Lah ini?" Dilan membuat jeda, memicing aneh pada Aluna yang duduk tepat di hadapannya. "Dia tau-tau ngegasin elo, gimana fansnya nggak pada kaget?"

Sarah menggeleng-geleng prihatin di sebelah Aluna. Menopang dagu menghadap teman sebangkunya itu. "Kayaknya nggak cuma fans Dilan-Samuel, fans si Ken itu bakal ikut-ikutan ngiri sama elo."

Dua lelaki itu terkekeh mendengarnya. Fakta adanya. Baik Dilan maupun Samuel adalah pentolan di bidangnya masing-masing. Kalau Dilan merupakan ketua klub basket dan selalu menjadi center tiap tim sekolah bertanding, Samuel merupakan anak emas di klub voli berkat servis-nya yang kuat juga defender handal. Jangan salah, si bule berdarah Sunda itu juga banyak penggemarnya jika perlu diketahui.

Makanya, sadar tidak sadar sebenarnya Aluna selalu menjadi objek para kaum hawa hanya untuk membicarakan betapa irinya mereka pada si gadis pendiam itu yang bisa menjadi teman dekat dua pentolan itu.

Ditambah lagi dengan munculnya si siswa berpengaruh di sekolah ini.

"Tamatlah riwayat lo, Alun," cetus Samuel yang langsung mendapat tinjuan sikut dari Dilan, dan tawa Sarah. Ketiganya pun tergelak kompak untuk Aluna.

"Terus aja ngeledek gue!" Aluna sewot.

"Bukan gitu, Na. Gue justru bangga karena lo yang nggak mencolok ini ternyata punya hubungan spesial sama cocoker sekolah ini."

Dilan dan Samuel mengangguk setuju. Senyum bangga menghiasi wajah tampan mereka, menunjukkan betapa beruntungnya nasib mereka menjadi salah dua dari jejeran siswa terkenal di sini. Kalau saja wajah tidak mendukung, mungkin sunggingan terlampau lebar itu akan jatuh menggelikan.

"Kok gue geli ya, denger kata hubungan spesial? Seolah-oleh gue sama Alun punya affair terlarang gitu."

"Ngapain bahas gituan?" Dilan menampar belakang kepala Samuel hingga lelaki itu mengaduh di sela-sela tawanya. "Kalo gitu mah gue mau juga punya affair sama Luna."

"Sama aja lo mah!" giliran Samuel menampar belakang kepala Dilan. Mengingat profesinya seperti apa, Dilan sampai memekik keras yang mana itu mengundang gelak tawa Sarah dan mampu memancing Aluna untuk ikut tertawa.

"Pala gue bukan bola voli, kali! Sakit banget, njir, bule sialan!"

"Sialan banget kasepnya urang, ya? Hehehe!"

My Genius Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang