[17] Take You Home

15.3K 1.4K 169
                                    

SETELAH perdebatan konyol di mana mereka menentukan siapa yang akan masuk terlebih dulu, Sarah akhirnya membuka pintu UKS dibuntuti Dilan juga Samuel. Di waktu istirahat pertama ini, mereka berencana untuk menemui gadis yang masih betah singgah di balik tirai dalam ruangan berbau obat-obatan itu.

"Na, apa kabar? Gue boleh masuk, 'kan?" Sarah melongokkan kepala, menunjukkan cengiran perdamaian kala melihat tatapan dingin tak biasa itu menyorot dirinya.

Aluna memalingkan wajah, masih enggan membuka mulut.

"Gue bawain tas lo. Hari ini lo istirahat aja, ya? Biar gue buatin surat ijin pulang ke piket," rasanya baru kali ini Sarah kebingungan harus bicara apa. Dia sampai menengok dua lelaki yang masih enggan untuk masuk sebelum berkata lagi, "Oh ya, Dilan sama Samuel dateng. Mereka khawatir banget sama lo dari tadi. Eh, buru masuk!"

Aluna segera menengok arah datangnya kedua lelaki yang sudah cengengesan sambil menampakkan wujudnya. Menyapa dirinya dengan raut konyol yang malah menggerakkan Aluna memungut sepatu di dekat kakinya untuk kemudian dilempar kepada keduanya yang terbirit kembali keluar. Sarah bahkan sampai melompat mundur karena saking kagetnya.

"Sini lo berdua!"

"Buset dah, Lun, niat kita dateng buat jenguk lo bukan ngemis sepatu!"

"Sini nggak?!"

"Ampun, Alun! Gue nggak maksud jahat! Cuma mau jenguk ini teh!"

"Na, Na, Na!!" Sarah bergerak cepat menghampiri Aluna yang sudah meloncat turun hanya demi mendatangi Dilan dan Samuel yang masih saja bersembunyi. "Selow, Na! Kaki lo belum sembuh!"

"Biarin!"

Sarah berdecak sebal. "Lo berdua jangan kayak banci deh. Keluar, kek! Kasian Aluna!"

Mereka kembali masuk dan langsung menenangkan gadis yang sudah mengamuk itu untuk kembali duduk. Sesungguhnya baik Dilan maupun Samuel sudah pasrah menerima amarah Aluna dalam bentuk apapun hingga kini mereka sudah berjongkok di hadapan Aluna dengan raut memelas.

"Kita mau minta maaf karena udah bohongin lo selama ini. Lo boleh merasa udah dibegoin, tapi kita lakuin ini semua juga demi kebaikan lo, Lun."

"Ampun ya, Alun. Selama ini kita pura-pura nggak kenal sama Ken karena biar lo tau sendiri. 'Kan nggak asik kalo lo tau dia dari kita-kita. Toh dengan begitu lo jadi penasaran terus 'kan sama Ken?"

Selanjutnya Dilan menampar belakang kepala Samuel.

"Atuhlah salah urang teh naon?"

"Ngomong tuh disaring dulu makanya!" sembur Sarah sambil berkacak pinggang.

"Hampura atuh, Alun. Gue salah lah, gue ngaku. Maaf gue udah pura-pura bego kayak tadi."

"Itu yang bikin gue marah banget sama lo." Aluna memandang sebal pada Samuel. Lebih tepatnya, dia malu karena sudah dengan mudah menceritakan kecurigaannya itu pada Samuel dan bodohnya dia percaya.

Bagaimana bisa dia tertipu oleh wajah sok polos temannya yang satu itu?

"Gue nggak nyangka, ternyata kalian pinter banget akting di depan gue. Kayaknya kalo kalian ikutan teater lebih cocok deh, biar dapet penghargaan aktor-aktris terbaik!" tukas Aluna penuh sarkas.

Tidak hanya Dilan dan Samuel, Sarah pun merasa tersindir hingga ia ikut meringis bersalah.

"Maafin ya, Na. Tapi masa lo masih nggak terima sama apa yang udah gue ceritain? Oke deh, lo boleh misuh-misuh ke kita seharian penuh tapi habis itu lo harus terima kenyataan kalo kita begini karena Ken yang udah keterlaluan serius sama lo."

My Genius Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang