USAPAN lembut di kepala membangunkan Aluna. Perlahan ia menegakkan tubuhnya dari posisi telungkup hingga menemukan sosok itu sudah duduk di bangsal, sedang memandangnya disertai ulasan senyum yang begitu indah sampai-sampai Aluna nyaris tak mampu bicara.
"K-Kenal?"
Aluna merasakan debaran jantungnya begitu cepat dalam waktu singkat. Meraih tangan besar Ken yang kini merengkuh lembut pipinya. Masih tidak percaya bahwa lelakinya akan tersadar secepat ini.
"Hei," suara Ken mengalun parau memanggilnya. Terasa begitu nyata hingga cara menatapnya. "Maaf udah bikin kamu khawatir."
Aluna langsung menggeleng. Tanpa bisa dicegah lagi, air mata yang begitu cepat tergenang langsung mengalir dari pelupuknya. Tangan-tangannya begitu erat menggenggam tangan Ken. Menyalurkan kelegaan bercampur kesedihan akan betapa menderitanya Ken Alvino sampai seperti ini.
"Aku senang akhirnya kamu bangun." Aluna harus menyusutkan hidung. Mengatur suaranya yang bergetar. "Semua nungguin kamu. Termasuk aku."
Namun selanjutnya, raut bersalah itu muncul di wajah tegasnya. Masih bisa Aluna lihat melalui pandangan kaburnya.
"Aluna."
Tangan besar itu membimbingnya agar mau duduk di sisi bangsal. Menjadikan jarak mereka semakin dekat dan memudahkan Ken menangkup wajah Aluna. Membuat keduanya saling melempar tatapan yang bersinggungan. Aluna masih merasakan desiran di dadanya begitu deras saat jemari Ken mengusap air matanya.
"Kalau aku pergi lama, kamu mau nunggu aku?"
Pertanyaan yang membuat Aluna menahan napas. Mata jernihnya yang berkaca-kaca, bergetar kebingungan, menyelami sekaligus menyadari bahwa ada yang mengganjal dari pancaran manik lelakinya.
"Emang kamu mau pergi ke mana?"
"Jauh dari sini," suara Ken nyaris berbisik di sini. Seperti ada beban yang menahannya untuk berkata tegas. Tatapannya untuk Aluna perlahan meredup seolah ada sesuatu yang menyakitkan tersembunyi di sana. "Dan aku berharap kamu mau nungguin aku."
Aluna tanpa berpikir panjang, menarik sudut-sudut bibirnya agar menenangkan lelakinya. Mengangguk pasti di tangkupan tangan Ken lalu menjawab, "Asalkan kamu mau balik lagi ke aku, aku bakalan nungguin kamu, kok."
Lalu senyum manis itu kembali terbit di wajah Ken. Begitu lembut dirinya membelai wajah Aluna seakan itu adalah hal yang amat dihargainya.
"Seandainya aku bisa bilang semudah ini ke kamu."
Dan sebelum Aluna berhasil mencerna maksud ucapannya, Ken mengikis jarak untuk memberi kecupan di kening. Membawa Aluna hanyut dalam sensasi yang menggolak sekujur tubuhnya bahwa ia menerima dengan mata terpejam. Membiarkan Ken menyatukan kening mereka setelahnya lalu berbisik tepat di depan wajahnya.
"Aku sayang kamu."
Seiring dengan suara Ken menghilang, Aluna membuka mata dan terpaku. Melihat situasi berubah total, begitu hening bahkan dirinya masih menelungkup di sisi bangsal. Perlahan Aluna menegakkan diri, membawa matanya yang basah untuk menemukan tubuh itu masih terbaring di depannya, tidak bergerak apalagi membuka mata.
Hanya mimpi.
Ken Alvino bahkan masih menggunakan selang oksigen untuk bernapas. Tidak seperti yang Aluna lihat barusan bahwa lelaki itu sampai sudah leluasa bergerak dalam kondisinya yang masih mengkhawatirkan.
Hembusan napas berat mengiringi kekecewaan Aluna. Mengapa dirinya sampai memimpikan hal yang justru membuatnya semakin menanggung kesedihan. Apalagi, tangisnya di dalam mimpi sampai terbawa dan mengalir jatuh membasahi pipinya kini.
![](https://img.wattpad.com/cover/89532700-288-k919858.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Genius Secret Admirer
Novela Juvenil[C O M P L E T E D] [TERBIT;INDIE] Aluna tidak pernah berharap bahwa dirinya akan memiliki seorang penggemar rahasia. Kedatangannya yang tidak terduga ternyata mampu menarik perhatian Aluna untuk mencari wujud si pelaku, memicu debaran jantung yang...