[53] Grow but Stuck

3.7K 589 252
                                    

[M_G_S_A]

RAUT serius di wajah Aluna berubah dengan riak kepuasan setelah melihat hasil kerjanya. Seutas senyum terbit menyaksikan gelang merah berbandul stroberi berwarna silver itu terpasang apik di tangan kanan lelaki itu. Meski berikutnya, ada rona malu terlihat di kedua pipinya ketika mulai berkata.

"Aku dapat itu waktu di kebun stroberi kemarin. Kelihatannya lucu. Jadi aku beli. Um..., sekalian buat kado sebelum kamu berangkat." Aluna sedikit menyurutkan intonasi di kalimat terakhir. Kepalanya tertunduk menyembunyikan keredupannya. "Aku belum pernah kasih apa-apa ke kamu. Itu memang nggak seberapa. Tapi aku harap bisa jadi kenang-kenangan waktu kamu ada di sana."

Tepukan dan usapan halus pun mendarat di puncak kepalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tepukan dan usapan halus pun mendarat di puncak kepalanya. Menyalurkan desiran yang menggelitik perutnya hingga Aluna mendongak dan menemukan wajah tegas itu memandangnya penuh kasih.

"Makasih. Ini udah cukup buat aku."

Aluna menyusutkan hidung sembari berdeham cepat. "Seenggaknya, kalau kamu nggak nyaman pakai, simpan aja. Asalkan jangan dibuang. Aku bakalan marah kalau tau kamu buang itu!"

Dia terkekeh pelan. "Aku nggak akan begitu, Aluna."

"Siapa tau aja 'kan? Begitu kamu di sana, bakalan ada banyak cewek yang suka sama kamu. Terus kasih banyak hadiah buat kamu. Saking udah banyaknya, kamu bingung mau simpan di mana lagi dan akhirnya kamu hibahin. Ternyata punyaku juga kebawa."

Cubitan gemas pun Aluna dapatkan di pipinya. Mendapati lelaki itu sudah memasang raut geli bercampur gemas untuknya.

"Aku akan simpan pemberian kamu di tempat lain. Sebagaimana dengan kamu yang berharga buat aku, pemberian kamu pun bakal aku simpan di tempat yang spesial."

"Gombal." Semburat merah semakin menjadi di wajah Aluna. Tapi ia tak dapat menyembunyikan rasa bahagianya mendengar ucapan tulus dari Kenal-nya.

Tangan besar itu beralih merengkuh pipinya, memberi usapan membuai hingga Aluna membiarkan Ken mengikis jarak yang tersisa untuk meraihnya. Mencium lembut keningnya hingga Aluna memejamkan mata. Menghalau perih yang terus membumbung di pelupuk matanya. Dan Aluna harus merelakan sentuhan yang akan dirindukannya itu selesai seiring dengan waktu mereka yang semakin menipis.

"Jaga diri kamu baik-baik."

Aluna mendongak. Mencoba tersenyum untuk Ken yang juga tersenyum padanya. Memegangi tangan yang masih merengkuhnya. Untuk terakhir kali.

"Kamu juga. Jaga diri kamu baik-baik di sana."

Waktu seakan bergerak cepat ketika Ken akhirnya melepas segala sentuhannya. Melangkah mundur sekali sebelum akhirnya berbalik badan dan Aluna harus mencelus melihat punggung tegap itu mulai menjauh. Tangannya mengepal kuat seakan menahan dirinya untuk tidak mengejar.

Karena masa mereka sudah habis.

"K-Kenal!"

Tapi hatinya masih tak rela. Terlebih melihat Ken yang berhenti di anak-anak tangga, menengok ke arahnya dengan ekspresi sulit diartikan, Aluna nyaris kembali merengek mencegah lelaki itu pergi.

My Genius Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang