UDARA pagi yang menyejukkan memasuki ruangan begitu jendela dibuka. Desiran angin lembut ikut menyusup seolah mengisi kekosongan yang ada. Membelai wajah Aluna yang masih betah membungkus diri di balik selimut tebal, seolah-olah tengah membangunkannya hingga Aluna mulai menggeliat pelan.
Sedikit demi sedikit kesadarannya mengumpul, membukakan kelopak matanya meski harus kembali menutup karena tak kuasa melawan bias sinar murni yang menyorot masuk. Di sela lenguhan kecilnya, tidak disadari adanya suara lain yang memberikan reaksi akan tingkahnya yang semakin merapatkan selimut hingga ke batas leher. Bahkan sudah duduk di sebelahnya hanya demi melihat lebih dekat wajah malas bercampur mengantuknya.
"Ini udah jam setengah delapan, Aluna."
Aluna hanya menggumam kecil. Mencoba kembali tidur.
"Katanya mau olahraga pagi sama mereka. Kamu mau ditinggal lagi kayak kemarin?"
"Masih ngantuk...," suara seraknya menimpali. Aluna sendiri semakin menenggelamkan wajahnya, yang justru mengundang dengusan geli dari orang yang kini meraih puncak kepala Aluna seraya merundukkan tubuhnya.
"Mau aku cium dulu biar ngantuknya hilang?"
Mendadak kesadaran Aluna terisi penuh. Matanya terbuka lebar, merupakan tindakan fatal bagi Aluna karena begitu ia menoleh, wajahnya bertemu langsung dengan rupa lelaki yang sudah menyuguhkan senyum termanisnya di pagi hari ini, hanya dalam jarak hitungan senti.
Pekikan terkesiap Aluna pun terdengar, mengiringinya yang langsung mengubur diri ke balik selimut. Detik kemudian yang ia rasakan adalah detakan jantung yang memulai atraksi marathonnya. Apalagi suara tawa kecil itu mulai terdengar, menertawakannya. Sedangkan Aluna mulai merutuki ingatannya yang sempat tak terhubung dan membuatnya lupa bahwa dirinya kini berada di dalam kamar Ken Alvino.
Ya, Aluna memang mengabulkan permintaan yang diralat oleh Ken semalam. Tetapi jangan salah paham dulu. Ken memang menginginkan Aluna tidur bersamanya, dan itu memang benar-benar tidur dalam arti yang sesungguhnya.
Aluna sudah tak bisa membayangkan bagaimana proses perjalanan dirinya datang ke kamar Ken karena yang dia ingat betul-betul, Aluna sudah berbaring berhadapan dengan lelaki itu di atas tempat tidur. Di bawah selimut yang sama, hanya dihalangi satu guling di antara mereka, dan, Aluna tenggelam begitu saja dalam percakapan ringan yang terjalin.
Lalu terakhir kali sebelum Aluna benar-benar terlelap, dia menyempatkan diri mengusap kepala Ken yang memang sudah menutup mata lebih dulu mengingat betapa kelelahannya lelaki itu. Meninabobokannya tanpa suara yang itu malah menjadi kegiatan menyenangkan baginya melihat lelaki itu terlelap seperti anak kecil.
Ah, ya ampun, malu sekali rasanya jika diingat-ingat lagi.
"Aluna." Ken memanggil. Sambil mencoba menarik selimut yang menghalangi, dia harus menahan tawa karena ada perlawanan di baliknya. "Hei, kamu mau sampai kapan tidur? Mereka udah nungguin kamu di bawah."
Hanya terdengar erangan milik Aluna. Sekali lagi Ken harus menahan tawa. Dia tahu betul bahwa gadisnya itu sedang salah tingkah bukan main.
"Beneran masih ngantuk? Ya udah, nanti aku bilangin Sarah kalau kamu nggak ikutan lagi buat olahraga hari ini." Ken menepuk-tepuk selimut yang dia yakini menghalangi kepala Aluna. "Kalau mau sarapan, minta sama Bi Eka aja, ya. Aku juga mau pergi karena ada perlu pagi ini."
Tidak butuh waktu lama, Aluna langsung menyibak selimut dan mengubah posisi. Duduk berhadapan dengan Ken yang sejujurnya agak tertegun berkat reaksi tak terduga dari gadis itu.
"Ka-kamu mau pergi lagi? Pergi ke mana? Emang ada perlu apa?" Aluna bertanya dengan mata melebar bulat. Manik jernihnya yang menyimpan sisa-sisa kantuk menatap lurus-lurus manik tajam Ken. Dia bahkan baru menyadari bahwa Ken sudah dalam keadaan rapi dan wangi pagi ini. "Kamu 'kan baru pulang semalam. Masa mau sibuk lagi? Emang ... emangnya kamu nggak dikasih waktu libur? Sehari penuh gitu, seenggaknya?"
![](https://img.wattpad.com/cover/89532700-288-k919858.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Genius Secret Admirer
Teen Fiction[C O M P L E T E D] [TERBIT;INDIE] Aluna tidak pernah berharap bahwa dirinya akan memiliki seorang penggemar rahasia. Kedatangannya yang tidak terduga ternyata mampu menarik perhatian Aluna untuk mencari wujud si pelaku, memicu debaran jantung yang...