[22] Make A Deal

14.2K 1.4K 241
                                    

SETELAH bergelut dengan pikirannya, Aluna memasuki lapangan indoor dengan mengendap-endap. Keramaian segera menyergapnya begitu membuka pintu, melihat lapangan sudah diisi para pemain basket sekolahnya yang mulai berlatih demi menghadapi turnamen final beberapa hari lagi.

Aluna melipir menuju tembok tribun, mengintip memastikan situasi sekaligus menemukan keberadaan Sarah di antara beberapa penonton. Ia menimbang-nimbang haruskah dia menghampiri temannya yang dipastikan tengah menunggunya atau justru berbalik keluar dari area ini.

Tapi Aluna baru saja menemukan tekadnya dan hampir merajut langkah ketika nyalinya spontan menciut kembali begitu melihat sosok yang tengah dihindarinya berlari masuk ke lapangan.

Seperti sudah diatur sedemikian rupa, Aluna reflek menekan dadanya yang tiba-tiba berdenyut keras sebagaimana dengan jantungnya tunggang langgang melihat wujud Ken Alvino di sana.

Aluna langsung menampar pipinya sendiri. Lancang sekali otaknya kembali memutar rol film berjudul ciuman Ken Alvino di UKS tadi siang. Wajahnya kembali terasa terbakar hingga lututnya gemetaran. Bahkan efeknya seolah tak pernah berkurang seperti jejak yang begitu membekas di bibirnya.

Oh ya ampun! Aluna bisa gila jika begini terus!

Sambil memukul-mukul kepalanya, Aluna akhirnya memutuskan keluar dari sana. Pada nyatanya Aluna memang membutuhkan waktu untuk mengembalikan sebagian nyawanya yang menghilang sejak Ken Alvino berani menciumnya seperti di UKS tadi.

Dan keterkejutannya tak bisa dikendalikan kala dirinya hampir bertubrukan dengan gerombolan gadis tepat kala ia keluar dari ruangan itu. Buru-buru Aluna mengatur mimik wajah sementara Citra dan kawan-kawannya itu juga tampak terkejut.

Gadis cantik dengan rambut panjang bergelombang itu berdeham nyaring, merubah ekspresinya seacuh mungkin disertai tangan yang bersedekap.

"Kalo sakit kepala tuh ke UKS, Kak, bukannya keluyuran sambil mukul-mukul kepala kayak orang nggak waras."

Aluna menarik napas dalam. Bukan karena sindiran dari adik kelas itu, melainkan kata UKS yang entah mengapa menjadi objek yang amat sensitif di pikirannya saat ini membuat emosi Aluna menyembur.

"Setelah berhari-hari nggak keliatan, ternyata lo masih peduli sama kondisi gue. Gue cukup berterima kasih akan hal itu."

"Setelah berhari-hari nggak keliatan, kayaknya Kakak mulai nggak waras karena dikejar-kejar Kak Ken, ya?"

"Gue jadi inget kalo kita pernah punya urusan menyangkut soal cowok itu." Aluna berhasil menyulut sinar kegugupan di wajah mereka bertiga. "Sayangnya waktu itu gue beneran nggak tau kalo kalian lah yang bikin gue celaka."

"Lo beruntung bisa ngumpet di belakang Kak Ken dan teman-teman terkenal lo itu. Lo pasti bangga dengan itu," celetuk satu teman Citra dengan raut tak senangnya.

"Gue bahkan nggak tau apa yang udah dia lakuin ke kalian setelah itu."

"Lo pikir kita percaya?" ketus satu teman Citra yang lain.

"Lo beruntung Kak Ken ada di pihak lo. Tapi jangan berpikir gue terima ini dengan mudah." Citra memandang sinis Aluna dari atas hingga bawah. "Gue tetap menyayangkan pilihan cowok Jenius di sekolah ini jatuh ke cewek kayak lo."

Aluna berusaha menciptakan senyum meski batinnya tersinggung.

"Maaf aja kalo gue jauh di bawah selera lo. Tapi harusnya lo salahin Ken yang dengan seenaknya milih gue bukannya lo. Lo nggak bisa melampiaskan kekecewaan lo ke pihak yang nggak seharusnya disalahin."

Citra sudah merangsek maju ketika pintu lapangan di belakang Aluna terbuka. Dia maupun kedua temannya langsung gelagapan lalu terbirit melewati Aluna begitu saja.

My Genius Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang