[13] Like a Puzzle

16.8K 1.4K 137
                                    

PERGESERAN tiba-tiba seketika menghentikan aktivitas Aluna. Konsentrasinya seketika buyar hingga fokus matanya berlari ke atas demi mencari pelaku yang baru saja menyenggol meja belajarnya. Selanjutnya Aluna hanya mampu mendesah pelan.

Setelah beberapa hari menjalani UTS sekolah, selama itu pula Aluna harus menjunjung kesabaran dalam hatinya karena adik kelas itu selalu mengusilinya di tiap kesempatan. Kelasnya memang harus berbagi ruang dengan Kelas Sebelas dengan jurusan sama. Sudah merupakan prosedur dasar tiap kali ujian serentak dilaksanakan. Tapi Aluna tidak pernah menyangka bahwa kali ini dia harus berbagi ruang dengan kelas di mana gadis yang pernah melabraknya di toilet itu berada.

Seperti sekarang, mau disengaja maupun tidak, gadis beridentitas nama Citra itu selalu melewati mejanya hanya demi melakukan hal demikian. Padahal tempat duduk gadis cantik bak model itu berada di seberang barisan tempat duduk Aluna. Hanya sebatas menyibakkan rambut tanpa berniat menoleh lagi setelah melakukannya dan Aluna memilih untuk tidak membesarkan masalah.

"Serampangan banget sih jadi cewek?"

Aluna kembali mendengak begitu seseorang mengembalikan posisi mejanya seperti semula, menunjukkan senyum kecil untuk Dilan yang tampak melempar tatapan datar ke belakang dan Aluna tidak perlu mengikuti. Dia sudah cukup berterima kasih dengan ini.

"Biarin aja. Jalanannya emang sempit sih."

"Sempit apanya? Bayu yang gendut aja selow kalo lewat."

Aluna sebatas menggeleng maklum, mencoba kembali berkutat dengan buku catatannya di kala sudut matanya mendapati lelaki itu sudah duduk di depannya.

"Lun, gue heran deh sama lo."

"Heran kenapa?"

"Lo kok masih tabah aja sama tuh cewek?"

"Gue bukan Sarah yang suka senggol bacok, Dilan."

"Ya nggak seganas itu juga." Dilan mengedikkan bahu kala Aluna membalas tatapannya. "Gue aja kesel sendiri liat kelakuannya yang apa banget. Untungnya gue masih sadar martabat jadi gue milih stay kalem kayak lo."

"Selama dia cuma lakuin sebatas itu, gue masih toleransi kok. Lagian, lo sendiri kenapa jadi peka sama yang begituan?" kini Aluna menyipitkan mata, meletakkan pena yang sedari tadi terselip di jemari lalu melipat tangannya di atas meja. "Lo mata-matain gue, ya, sampe bisa tau kalo dia musuhin gue?"

Dilan malah mendengus pelan, perawakannya terlihat tenang, ikut melipat tangan di meja Aluna. "Lo tau nggak sih, Lun? Udah banyak anak-anak yang baca kalo tuh cewek ngincerin lo terus karena saking nggak sukanya lo bisa sama Ken. Dia itu anak cheerleader ecek-ecek yang suka tereak give me K, give me E, give me N, we love Ken! Gue sampe eneg liatnya."

Bukannya simpati, Aluna nyaris terbahak melihat bagaimana Dilan memraktekkan yel-yel yang memang suka didengarnya di sesi pertandingan basket. Gadis itu sampai membekap mulutnya dan mengubur wajahnya ke atas meja.

"Yee, gue serius ini, Lun. Malah diketawain." Dilan mengetuk pelan ubun-ubun Aluna melihat bagaimana kedua bahu gadis itu terguncang akibat menahan ledakan tawa. "Ya asal lo tau aja, tuh cewek udah kayak terobsesi sama Ken makanya lo kena incerannya. Tiati aja, sih. Dia emang adek kelas tapi nyalinya segede gaban."

Sayangnya Aluna sudah pernah bertemu dengan gadis itu dan memang diakui bahwa gadis cantik itu memiliki nyali yang cukup besar untuk bisa melabrak dirinya.

"Mungkin karena terdorong rasa percaya diri tingginya. Lo 'kan bisa liat gimana cantiknya dia. Gue malah baru tau kalo dia itu pernah ada job jadi model majalah fashion gitu."

"Majalah apaan? Gue aja nggak tau." Dilan mengibaskan tangan di depan wajah yang mengumbar raut meremehkan. "Mau cantiknya kayak apa kalo nggak bisa narik perhatian Si Jenius Sekolah mah nggak ada efeknya. Lo udah menang banyak dari dia pokoknya."

My Genius Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang