"NGAKU nggak lo? Ngaku aja sih!"
"Sumpah dah, bukan gue!"
Pemuda itu terlihat jengah dikelilingi dua lelaki yang tiba-tiba saja melabraknya seperti ini. Menjadi tontonan siswa-siswi yang berlalu-lalang dengan tatapan heran.
Termasuk Aluna yang baru saja menapaki lantai dua gedung sekolah ini. Dengan tas ransel di punggungnya, melangkah menuju kelasnya, tidak disangka akan melihat Dilan bersama Samuel tengah mengepung seorang siswa dari kelas sebelah. Karena penasaran, Aluna menghampiri mereka yang sekaligus mulai mampu mendengar apa yang sedang mereka bicarakan.
"Gue aja nggak tau yang mana Aluna apalagi nomor HP-nya? Gimana gue mau neror dia coba?"
Tuturan pemuda itu sontak mempercepat langkah Aluna, mulai paham apa yang sedang mereka permasalahkan. Cepat-cepat dia menarik lengan dua lelaki itu demi melerai yang serta-merta menarik perhatian ketiganya.
"Kalian ngapain, sih? Main keroyokan gini."
"Nah, ini anaknya! Lo yakin nggak kenal sama dia?" Samuel berseru lebih dulu, justru menarik Aluna untuk mendekat.
"Apa-apaan, sih? Udah, ah!"
"Oh, jadi ini yang namanya Aluna?" si pemuda mengamati Aluna dari atas hingga ujung kaki. Mimik wajahnya sudah berubah santai bahkan menunjukkan senyum sekilas. "Siapa sih emangnya yang udah berani neror cewek cantik kayak dia?"
"Nah, kan, lo ngomong begitu berarti itu emang elo," tuding Dilan disertai picingan curiga.
"Sorry ya, Di, gue ngomong sejujur-jujurnya kalo gue bukan pelakunya. Gue emang pernah liat nih cewek beberapa kali tapi gue bahkan baru tau namanya beberapa detik yang lalu."
Makin merasa tidak enak hati, Aluna sebisa mungkin menarik dua temannya itu menjauh. Meminta maaf pada pemuda dengan nametag menyematkan deretan huruf menyusun kata Verrel Bastian itu lalu sekuatnya menyeret teman-temannya pergi menjauh.
"Ngapain, sih? Bikin ulah jangan berlebihan, dong. Nggak liat apa anak-anak merhatiin kelakuan kalian?" Aluna menegur dengan raut tidak sukanya.
"Kita justru lagi bantuin lo, Lun, nyari pelaku teror yang ngaku-ngaku jadi penggemar rahasia lo itu."
"Tah! Si Verrel itu bisa jadi kandidatnya, Alun. Mengingat dia satu klub voli sama gue, ya siapa tau aja 'kan?"
"Tapi dia udah ngaku bukan pelakunya. Nggak usah dipaksa kayak gitu, dong. Kalian kayak mau ngajakin dia berantem, tau nggak?"
Di kala dua lelaki itu sibuk mengajukan banyak alasan, Aluna terpaksa beralih pada ponselnya yang baru saja bergetar singkat, melihat satu pesan chat masuk yang sekaligus mengejutkan jantungnya.
aku ga main voli, Aluna
Aluna langsung mendongak, melarikan pandangannya ke segala arah mencari-cari siapa saja yang bisa dia curigai. Sayangnya melihat banyak murid yang berlalu-lalang di koridor lantai ini malah membuat Aluna pusing memikirkannya.
"Jangan bilang dia habis ngirim chat lagi," teguran Dilan menarik kembali fokus Aluna padanya. Baik dirinya maupun Samuel langsung mengapit gadis itu dan menarik tangan Aluna agar memudahkannya membaca.
"Buset, nih orang udah kayak cenayang, dah. Gaib banget," komentar Samuel disertai raut ngeri yang dibuat-buat.
"Salah sasaran dong kita?" Dilan justru tampak berpikir serius. Mengira-ngira siapa sebenarnya si pelaku ini.
"Anjrit!" tiba-tiba saja Samuel melompat menjauh dari Aluna. Menarik perhatian Dilan termasuk gadis itu sendiri yang dimanfaatkan Samuel memberitahu mereka dengan tangan menunjuk-tunjuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Genius Secret Admirer
Novela Juvenil[C O M P L E T E D] [TERBIT;INDIE] Aluna tidak pernah berharap bahwa dirinya akan memiliki seorang penggemar rahasia. Kedatangannya yang tidak terduga ternyata mampu menarik perhatian Aluna untuk mencari wujud si pelaku, memicu debaran jantung yang...