{H a p p y R e a d i n g}
☺☺☺
EMBUSAN angin lembut membelai wajahnya. Matanya terpejam tenang menikmati sejuknya udara yang masih terbilang pagi. Suara desiran yang berpadu dengan gemerisik pepohonan menjadi pengiring kedamaian yang merambat masuk ke benaknya.
Aluna menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskannya bersama membuka mata, menyegarkan pandangannya sekali lagi akan sekitaran. Ruang terbuka di mana sesekali orang lain berkeliaran menjadi pemandangan asyik baginya di tengah renungan. Ia kemudian memeriksa jam di pergelangan tangan kirinya, seutas senyum kecil pun mampir di bibirnya.
Belakangan ini, Aluna menyadari bahwa dia lebih banyak memeriksa waktu hanya demi menghitung berapa lama lagi durasi yang dimiliki. Selama ini, Aluna hanya berpikir bahwa semua yang dijalaninya memang sudah semestinya dan dia hanya cukup menerima.
Tapi kini Aluna mempelajari satu hal. Tepat setelah menyadari bahwa akan ada hal yang harus dia lepaskan tidak lama lagi walaupun dia sungguh tidak memiliki kesiapan akan itu.
Betapa berharganya waktu yang terus berputar.
Sesuatu menyentuh pipi kirinya, membuatnya terhenyak dan menoleh namun tidak ada apapun di sebelahnya. Lalu menyadari kehadiran seseorang di sisi lain hingga Aluna menghela napas cepat seraya tersenyum lebar kala mendongak.
"Nunggu lama, ya?"
"Hm!" Aluna berlaga merajuk dengan bibir cemberut. "Ngantri banget, emangnya? Padahal masih pagi."
"Yang mau makan es krim pagi-pagi kayak gini nggak cuma kamu." Ken menggeleng maklum sambil membuka bingkisan bawaannya, menyerahkan satu es krim stroberi kesukaan gadisnya. "Jangan ngambek lagi. Nanti aku makin gemas."
Di bawah rindangnya pepohonan, mereka duduk menyatu dengan rerumputan, menikmati suasana hijau nan segar ditemani beberapa camilan. Obrolan ringan menjurus tak penting menjadi pembunuh kebosanan. Aluna lebih banyak tertawa walaupun sekadar menjejalkan es krimnya ke mulut Ken yang sedang mengunyah sandwich kemasan hingga meninggalkan jejak krim di sana. Lalu Ken membalas dengan meraup es krimnya cukup banyak hingga Aluna berseru protes.
Tapi, ini akan membekas di ingatan Aluna maupun Ken. Momen ini, kebahagaiaan ini, mereka berjanji untuk mengenangnya dalam waktu lama. Jadi untuk hari ini, cukup bagi mereka untuk melupakan segala kegundahan dan menikmati kebersamaan yang tengah terjadi.
"Mau ke mana habis ini?" Ken bertanya setelah mereka menghabiskan semua camilan yang ada. Matanya sedari tadi tidak pernah lepas dari wajah Aluna yang terus mengeluarkan berbagai ekspresi. Rautnya yang tengah berpikir itu malah menambah kadar kekagumannya yang sudah tak terbendung lagi sebesar apa.
"Ke mana aja. Yang penting masih sama kamu."
Begitu Aluna menoleh, matanya langsung bertemu dengan manik tajam Ken. Seutas senyum manis terbit membalas pandangan penuh kasih milik Kenalnya. Membuat hatinya mengembang untuk kesekian kali karena merasa begitu disayangi hanya dari cara lelaki itu menatapnya.
Ken pun berdiri lebih dulu untuk memberi uluran tangan membantu Aluna berdiri, membiarkan tangan halus itu sekali lagi masuk ke dalam genggamannya. Mereka berjalan beriringan di jalanan setapak, pelan, seakan dengan begitu maka waktu akan mengikuti ketukan langkah mereka.
"Aku masih ingat kalo ini tempat kamu ngajakin aku pergi pertama kali." Aluna bersuara. "Lebih tepatnya, kamu culik aku waktu itu. Setelah berhari-hari ngilang dari sekolah, kamu tiba-tiba muncul terus bawa aku kabur ke sini."
Ken mendengus geli. Dalam hati membenarkan karena dia pun mengingatnya.
"Jadi itu kenapa sekarang kamu pakai pemberian aku waktu itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Genius Secret Admirer
Teen Fiction[C O M P L E T E D] [TERBIT;INDIE] Aluna tidak pernah berharap bahwa dirinya akan memiliki seorang penggemar rahasia. Kedatangannya yang tidak terduga ternyata mampu menarik perhatian Aluna untuk mencari wujud si pelaku, memicu debaran jantung yang...