JIKA sedari tadi Ken menyibukkan diri dengan ponsel pintarnya, mengabaikan sekitar terutama beberapa pasang mata yang terus mencuri-curi pandang padanya, kini dia akan melepas pandangannya menuju sosok yang baru saja keluar dari kamar pas dengan penampilan barunya seolah meminta penilaian darinya.
Aluna tidak akan merasa risih dengan balutan yang sungguh mencerminkan gayanya saat ini. Kemeja putih dengan balutan celana jeans biru yang amat pas membalut tubuhnya, tapi jika dia harus seperti ini di depan Ken Alvino terlebih beberapa pasang mata yang sejak mereka masuk kemari sudah menaruh atensi terutama presensi lelaki itu, Aluna mulai tidak nyaman.
Lagipula, kenapa Ken sampai repot-repot membawanya ke salah satu toko baju hanya agar dirinya berganti kostum? Sudah cukup dengan seragam sekolahnya, malah harus merogoh kocek hanya untuk setelan pakaian ini.
"Kalau kamu suka, nggak usah dilepas lagi." Ken sudah berdiri di depan Aluna, disertai tarikan samar di bibirnya melihat gadis itu tertunduk.
"Tapi kalo harus beli-" Aluna tidak melanjutkan. Dia tercekat berkat gerakan Ken yang terlalu cepat baginya untuk disadari hingga kini lelaki itu sudah memangkas jarak.
Menyisakan ujung sepatu mereka sebagai sisanya, Aluna melihat sendiri bagaimana tangan Ken melewati bahunya kemudian seperti ada sengatan di tengkuknya yang terbuka hingga spontan ia mencekal lengan lelaki itu. Menghentikan gerakannya.
"L-lo mau ngapain?"
Raut wajah Aluna yang kelabakan bagai dorongan bagi Ken untuk semakin menarik sudut bibirnya. Ia memiringkan kepala.
"Nggak mungkin kamu pakai baju yang masih ada labelnya, 'kan?"
Selanjutnya Aluna mendengar ada yang terputus di belakang lehernya. Ken menunjukkan hasil kerjanya yang baru saja mencabut label pakaian yang menggantung di kerah belakang kemeja Aluna. Memamerkan sebelah alisnya yang terangkat.
"Apa harus aku juga yang cabut label celananya?"
Sadar akan maksud pertanyaan Ken, Aluna langsung menarik mundur tubuhnya, bibirnya merengut menahan malu sementara tangan-tangannya mencari label celana yang dipakainya, menggantung di pinggang bagian dalam. Lalu label tersebut berpindah tangan.
"Lo beneran mau bayar itu?" Aluna mengekori Ken menuju kasir. Melihat lelaki itu menyerahkan dua label pakaiannya ini untuk melakukan transaksi. Aluna sampai mendelik melihat Ken baru saja mengeluarkan kartu debit hitam dari dompetnya.
Lelaki itu benar-benar membayar tunai pakaiannya.
Aluna terpaksa beralih berkat salah satu pelayan baru saja mengantarkan seragamnya yang tertinggal di kamar pas. Selanjutnya Ken sudah mengantungi hasil transaksi beserta kartunya dan beralih menggamit Aluna untuk keluar dari sana.
"Lo tuh mau pergi ke mana emangnya, sampe gue harus ganti baju segala?" Aluna melancarkan protesnya.
Sedangkan Ken membuka pintu belakang hanya untuk meletakkan seragam Aluna bersama tasnya yang sudah menetap lebih dulu di sana, menutupnya kembali dan barulah menaruh atensinya pada gadis dengan raut merengutnya.
"Bukannya aku udah bilang kita mau ke mana?" Ken menarik ikat rambut Aluna hingga surai panjang itu tergerai. Senyumnya mengembang melihat gadis itu makin kelabakan berkat ulahnya. "You look more beautiful in this way, Aluna."
Ken Alvino selalu berhasil membuat Aluna kehilangan kata-kata.
...
Aluna mengamati sekeliling. Kening di balik poninya mengerut sampai-sampai ia enggan membuka langkah lagi begitu Ken berhasil membawanya kemari.
"Lo mau makan di sini?" Aluna menengok, agak tertegun mendapati Ken sudah berdiri di sebelahnya sekaligus membalas tatapannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Genius Secret Admirer
Teen Fiction[C O M P L E T E D] [TERBIT;INDIE] Aluna tidak pernah berharap bahwa dirinya akan memiliki seorang penggemar rahasia. Kedatangannya yang tidak terduga ternyata mampu menarik perhatian Aluna untuk mencari wujud si pelaku, memicu debaran jantung yang...