[16] Cheese In The Trap

13.9K 1.4K 150
                                    

"TAPI habis ini lo jangan marah ya, Na."

Sarah memandang cemas Aluna di sela-sela dirinya menyiapkan diri untuk bercerita. Gadis yang terkenal ceplas-ceplos itu kini terlihat gusar hingga membuat Aluna semakin curiga.

"Gue emang udah kenal deket sama Ken Alvino. Bahkan, jauh sebelum kita satu sekolah, Na." Sarah tampak meneguk saliva. "Gue sama Ken itu, saudara sepupu. Dan gue cukup tau dia yang udah notice-in lo sejak lama."

Aluna tercekat dalam diamnya.

"Kebetulan, gue adalah teman sekelas lo sejak kelas Sepuluh. Jadi gue adalah informan terpercaya buat dia untuk tau seluk-beluk lo. Bahkan, gue lah yang ngasih nomor HP lo ke dia. Tapi gue baru ngasih nomor HP lo belum lama ini. Karena, Ken sendiri nggak mau gegabah meski sebenernya udah gue tawarin dari kapan tau."

Sarah menelisik ke dalam mata Aluna. Dia mengerti bahwa gadis itu terperangah saat ini.

"Gue emang sering ngomporin dia buat nembak elo karena gue tau gimana dia yang sering perhatiin lo. Gue, emang sering nyuruh dia buat hubungin lo bahkan terus nawarin nomor HP lo dulu," Sarah meringis bersalah. "Tapi dia tau diri kalo lo belum kenal dia. Lo nggak bisa bayangin gimana gemesnya gue ngeliat dia kayak nggak punya action tapi ternyata inilah rencana dia. Makanya, gue, Dilan sama Samuel bersedia buat bantuin. Dilan emang orang setelah gue yang tau kalo Ken suka sama lo. Sedangkan Samuel tau beberapa hari sebelum Ken mulai hubungin lo. Dan, ada satu orang lagi yang bersedia bantuin, yaitu Kinan. Dia kenalan kita yang masih duduk di kelas Sepuluh."

"Kenalan..." Aluna mendesis tanpa sadar. Sarah tahu bahwa temannya itu semakin terkejut berkat ceritanya.

"Kita sepakat kerja sama bukan sepenuhnya buat keuntungan Ken, tapi juga buat jagain lo. Ken itu bisa baca situasi. Dia juga mikirin keamanan lo karena dia tau fansnya ada di mana-mana. Kita rela bantuin dia karena kita tau gimana seriusnya dia ke elo. Konsekuensinya emang nggak ngenakin, kita harus pura-pura nggak tau apa-apa di depan lo karena memang lo harus tau sendiri, kalau ada Ken Alvino yang lagi ngincer lo. Tugas kita cuma nuntun dan jagain lo. Tapi untuk masalah yang baru aja nimpa lo, kita ngaku udah lengah."

Sarah menatap sendu Aluna yang sudah mematung di tempat duduknya. Ragu-ragu dia meraih tangan Aluna dan merasakan betapa kakunya tangan gadis itu.

"Gue ngewakilin Dilan sama Samuel buat minta maaf. Kita mungkin keliatan udah bego-begoin lo, tapi serius deh Na, maksud kita lakuin semua ini tuh baik. Kita nggak mau lo kenapa-kenapa di saat Ken mulai deketin lo. Kita juga nggak mungkin cegah Ken di saat cowok itu udah nunjukin gimana seriusnya dia sama lo. Lo harus tau, Ken marah banget liat lo terluka begini dan dia lagi nyari biangnya sekarang. Lo harus liat, Na, Ken itu beneran suka sama lo."

Bibir Aluna membentuk garis kaku. Dia menarik tangannya dari pegangan Sarah. Ada sinar kecewa di mata jernihnya yang tertangkap oleh Sarah. Gadis berambut ponytail itu hanya bisa mendesah pasrah.

"Na, tolong jangan marah. Lo harusnya ngerti gimana usaha Ken yang sampe segininya cuma buat lo. Dia nggak pernah main-main dan gue tau betul soal dia." Sarah memejamkan mata begitu rapat sejenak. "Lo pantes marah sama kita yang udah sekongkol bohongin lo tapi tolong, jangan marah sama Ken. Yang namanya suka itu nggak bisa dilarang, Na."

Aluna tahu itu. Aluna bisa mencerna semua omongan Sarah. Tapi ada sisi lainnya yang bergolak seolah ingin berteriak betapa dia ditipu oleh teman-temannya sendiri hingga sejauh ini. Apakah dia pantas menunjukkannya di saat dia sudah mendapat alasan di balik semua kebohongan mereka?

"Tolong keluar. Tinggalin gue."

"Na—"

"Gue mau sendiri. Tolong, Sa."

My Genius Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang