BAIK Aluna dan Sarah duduk berhadapan di salah satu meja kantin. Ditemani dua gelas minuman dingin, mereka tampak berpikir sambil sesekali menyeruput milik masing-masing. Waktu istirahat memang sedang berjalan dan mereka langsung meluncur kemari.
"Cowok berinisial V itu ... siapa aja, ya? Kenapa tiba-tiba kepala gue nge-blank gini?" Sarah menggumam sambil bertopang dagu. "Tapi, beneran dia sempet ngomong bukan dari kelas kita?"
"Hm," Aluna sebatas mengangguk. Kening di balik poninya mengernyit, pasalnya sedari tadi satu tangannya memegang ponsel pintarnya yang masih menerterakan tampilan chat dari orang misterius tersebut. Berharap dengan terus memandangnya maka akan ditemukan jawabannya di sana.
"Weits! Ada yang lagi diincer nih, kayaknya!"
Mendadak muncul seorang lelaki, mendudukkan diri di sebelah Sarah yang seketika mendapat semprotan dari gadis terkenal cerewet itu.
"Apaan sih lo? Dateng-dateng ngerusuh. Sana, sana!" sambil mendorong keras bahu lelaki berparas blasteran itu, Sarah dibuat gemas karena sang empu malah cengengesan.
"Siapa yang lagi ngincer Alun? Liat, dong! Kepo nih!" Samuel namanya, lelaki blasteran itu terkenal dengan kelakuannya yang senang ikut campur. Terlebih karena dia teman satu bangku Dilan, sudah hal biasa jika ia menjadi ikut-ikutan akrab dengan dua gadis itu.
"Pasti dikasih tau sama Dilan. Iya, 'kan?"
"Kayak lo nggak tau aja kalo Dilan tuh nggak bisa nyimpen rahasia dari gue. Hah!"
"Ember lo, Di!"
Dilan yang baru datang menyusul, langsung disembur oleh Sarah yang otomatis raut wajah menawannya berubah. "Apaan lo, baru dateng langsung ditembak ember?"
"Ngapain ngomong-ngomong, sih?" Aluna mengajukan protes tepat kala Dilan duduk di sebelahnya.
"Jangan gitu, Alun. Gini-gini gue pinter jadi detektif, sok atuh curhat aja sama gue. Siapa yang lagi ngincer lo?" kelakar Samuel dengan sedikit logat Sundanya. Well, bule berdarah desa dia, mah.
"Jadi gini, Sam, si Luna habis ditelpon orang aneh kemarin yang ngaku-ngaku jadi Secret Admirer. Sampe sekarang tuh orang sering ngirim chat ke Luna. Yang bikin aneh, dia kok bisa tau nomor HP Luna dan tau apa yang lagi Luna lakuin. Dia cuma ngasih tau kalo dia cowok berinisial V. Nih buktinya," Dilan yang menjelaskan, kemudian menyambar ponsel Aluna dari tangan si pemilik untuk diserahkan pada Samuel yang sudah berubah sok serius. "Kira-kira siapa nih orang?"
"Bah! Misterius ini orang. Kok horor, yak?"
Sarah langsung merebut ponsel Aluna dari tangan Samuel, mendelik pada lelaki blasteran itu.
"Bukan nakutin, cuma ngomen elah," decak Samuel sambil memutar bola mata, seperti tahu apa yang ada di dalam kepala Sarah. "Nih ya, gue ngira kalo ini orang nggak punya nyali buat ketemu Alun langsung. Makanya pake cara beginian."
"Kalo nggak punya nyali mah mending dia nggak usah nongol kayak gini, kali."
"Nggak, nggak. Menurut gue bukan karena dia nggak punya nyali, tapi dia emang tau kalo Luna bakalan ngerespon. Dia kayaknya tau gimana Luna dan dia emang udah merhatiin Luna dari lama."
"Kenapa lo berkesimpulan begitu?" Aluna mengernyit ingin tahu.
"Nah, 'kan, lo ngomong begitu berarti itu emang elo, 'kan?" tuding Sarah.
"Yasalam gue difitnah lagi," jengah Dilan yang malah memancing kikikan dari Samuel. "Ini intuisi gue aja. Dia emang nggak bakal nongol sebelum Luna bisa nebak siapa nih cowok. Tapi nggak menampik kalo dia bakalan muncul di waktu tertentu di mana Luna nggak sadar akan hal itu. Contohnya ya yang pernah dia bilang di chat itu, 'kan? Gue malah nggak tau kalo Luna bakal dateng telat dan hampir jatoh di tangga kayak yang dia bilang."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Genius Secret Admirer
Fiksi Remaja[C O M P L E T E D] [TERBIT;INDIE] Aluna tidak pernah berharap bahwa dirinya akan memiliki seorang penggemar rahasia. Kedatangannya yang tidak terduga ternyata mampu menarik perhatian Aluna untuk mencari wujud si pelaku, memicu debaran jantung yang...