06. Pertaruhan Dewi Suling

3.5K 46 2
                                    

"Ha-ha-ha-ha, nona manis. Seguci arak bagi aku orang she Lui bukan apa-apa dan sanggup menghahiskannya sekali minum asal.......... Nona menemani aku minum dan menghabiskan seguci juga. Jadi sama-sama itu namanya rukun dan serasi. Bukankah begitu?" Sambil tertawa si muka bopeng ini mengira bahwa ia telah mengalahkan si nona dengan tantangannya.

Tentu sekarang nona itu akan menolak dan marah-marah, baru ia akan menggodanya. Akan tetapi kembali ia melongo. Dengan sikap tenang nona itu menggapai memanggil pelayan.

"Pelayan bawa ke sini dua guci penuh arak yang paling tua dan harum serta paling keras. Biar mahal asal keras dan awas, jangan membohongi aku, aku mengenal arak baik!"

Pelayan itu yang menganggap semua ini sebagai lelucon yang menguntungkan restoran, segera lari menuju ke gudang dan mengambil dua guci arak simpanan.

"Duduklah, bopeng. Aku terima tantanganmu, kita masing-masing minum seguci arak!" kata nona itu. Ucapannya begitu wajar sehingga orang she Lui yang dipanggil "bopeng" ini tidak menjadi tersinggung, apalagi ia sudah mulai terheran-heran.

Sementara itu, empat orang jagoan lainnya menjadi gembira menyaksikan perkembangan ini.

"Wah, Lui-heng benar-benar-bernasib baik sekali pagi hari ini!" teriak seorang.

"Tentu malam tadi bermimpi memangku bulan purnama!" teriak yang lain.

Juga para tamu, para pelayan lain bahkan para pengurus restoran kini semua menonton dua orang yang duduk berhadapan dan hendak mengadu kekuatan minum arak, seorang nona muda belia yang cantik jelita dan seorang laki-laki yang terkenal jagoan, tukang pukul dan penjaga keamanan di Lok-nam Po-koan, sungguh lawan yang sama sekali tak seimbang! Dan tantangan nona itu benar luar biasa sekali.

Meminum seguci arak sekali tenggak bukanlah hal yang mudah dilakukan setiap orang biasa. Bahkan si muka hopeng sendiri tidak sanggup malakukan hal ini. Dikarenakan saja si nona juga mau menemani minum seguci, maka ia menjadi malu untuk mundur dan menduga bahwa nona ini tak bakal dapat menghabiskan seguci arak sekali minum!

Ketika dua guci arak datang dan dibuka, baunya keras menyerang hidung. Arak tua yang keras bukan main!

Nona itu mengembang-kempiskan hidungnya dan berkata sambil tersenyum lebar sehingga tampaklah deretan gigi putih hersih seperti mutiara.

"Arak baik sekali! Nah, kau bilang hendak menemani aku minum, bukan? Hayo kita minum!" Sambil berkata begitu si nona terus mengambil seguci arak dan membawa ke mulutnya sambil melirik si muka bopeng.

Orang she Lui itu mulai kaget. Iapun mengambil arak di depannya, akan tetapi tidak segera membawa ke mulutnya.

"Nona, betulkah kau bisa menghabiskan arak seguci itu sekali minum?"

"Mengapa tidak?"

"Ah, mana bisa aku percaya.......?"

"Hemmm, kau mau menemaniku atau tidak? Kalau tidak sanggup, bilang saja dan lekas pergi dari sini!"

Tentu saja si muka bopeng tidak mau menjadi bahan ejekan orang. Ia membusungkan dada dan berkata,

"Siapa bilang aku tidak sanggup, hanya aku tak percaya engkau mampu melakukannya. Kalau engkau sekali minum dapat menghabiskan seguci arak itu, barulan aku percaya dan arak itu pun akan kuminum habis sekali tengggak."

Wanita itu tersenyum dingin. "Biarlah, betapapun juga kau takkan mampu menarik kembali janjimu." Setelah berkata demikian, nona baju merah itu lalu mulai minum araknya. Lehernya panjang dan berkulit putih halus. Kini leher itu bergerak-gerak naik turun ketika terdengar suara menggelogok-gelogok dan arak dari dalam guci tertuang masuk melalui kerongkongannya, semua orang memandang dengan mata terbelalak.

Pendekar CengengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang