39. Ciuman Bekal ke Neraka......!

1.9K 45 0
                                    

Ouwyang Tek tidak mengenal pasukan kecil yang ia bantu, akan tetapi karena pasukan kecil yang gagah perkasa itu berperang melawan tentara Mongol ia menganggap mereka itu teman-teman seperjuangan dan begitu mendengar dari penyelidik bahwa di hutan itu terjadi perang, ia lalu memimpin pasukannya untuk menyerbu dan membantu pasukan kecil itu.

Ketika mendengar suara melengking-lengking dan amukan dua orang yang bergerak seperti setan sehingga tidak tampak jelas orangnya, Ouwyang Tek, Gui Song, Tan Li Ceng dan Lauw Ci Sian menjadi terkejut, dan juga girang. Mereka dapat mengenal lengking dan gerakan Pendekar Cengeng. Akan tatapi mereka juga bingung dan menduga-duga siapa adanya wanita perkasa yang mengamuk itu. Melihat gerakannya yang lihai dan mendengar suara melengking dari suling yang dipegang nya, tidak salah lagi bahwa wanita itu tentulah Dewi Suling! Mereka menduga-duga dan terheran-heran, akan tetapi karena Dewi Suling pada saat itu bertanding memusuhi pasukan Mongol, tentu saja mereka menganggapnya tidak sebagai musuh.

Munculnya pasukan yang dipimpin empat orang muda perkasa ini mempercepat jalannya perang. Sebagian besar pasukan musuh roboh binasa dan sisanya lalu melarikan diri berlindung pada kegelapan hutan itu.

"Yu-taihiap......! Sungguh beruntung dapat bertemu dengan taihiap di sini!" Terdengar Ouwyang Tek berkata.

"Pendekar Cengeng......! Pendekar Cengeng......!" Nama ini disebut-sebut oleh para pasukan pejuang.

Siok Lan yang sudah tidak bertempur lagi mendengar disebutnya nama ini terkejut sekali ia tadi memang mendengar sura melengking-lengking dan melihat berkelebatnya dua bayangan seperti iblis cepatnya. Ia sudah menduga-duga akan tetapi belum merasa yakin siapa gerangan dua orang aneh itu. Karena tadi ia dikeroyok banyak sekali musuh, tentu saja ia tidak mendapat kesempatan untuk meneliti. Kini mendengar disebutnya "Yu-taihiap" dan "Pendekar Cengeng" wajahnya menjadi berobah dan jantungnya berdebar-debar.

Benarkah tunangannya itu yang tadi mengamuk dan mengeluarkan suara melengking? Tunangannya yang selama ini mengabaikannya dan yang ia cari untuk diajak bertanding untuk menebus penghinaan? Cepat ia meloncat menghampiri untuk mencari dan menjumpai orang yang dicari-carinya itu. Akan tetapi ia hanya melihat berkelebatnya bayangan cepat sekali menghilang di daerah hutan yang gelap, dan mendengar suara orang laki-laki yang berpengaruh.

"Kedua saudara Ouwyang dan Gui! Kedua nona Lauw dan Tan! Selamat bertemu dan berjuang! Maaf, saya ada urusan lain, sampai jumpa!"

Bayangan itupun lenyap dari tempat itu. Siok Lan termenung merasa seperti kenal suara ini, ia merasa penasaran lalu meloncat mengerahkan ginkangnya mengejar di tengah hutan ke mana bayangan itu tadi berkelebat.

Bayangan yang mengamuk dan menggunakan suling sambil mengeluarkan suara melengking tadi memang Ma Ji Nio atan Ciu-siauw Sianli Si Dewi Suling. Kini di bawah sinar banyak obor, Dewi Suling menghadapi Ouwyang Tek, Gui Siong, Lauw Ci Sian dan Li Ceng yang berdiri berjajar menghadapinya dengan pandangan mata penuh selidik. Dewi Suling tersenyum dan cepat ia mengangkat kedua tangan ke depan dada sambil berkata,

"Sungguh merupakan karma Thian bahwa malam ini saya dapat berjumpa dengan ji-wi kongcu dan ji-wi siocia sebagai teman-teman seperjuangan!"

Empat orang muda itu memang sudah mendengar akan sepak terjang Dewi Suling selama ini yang menjadi buah bibir kaum kang-ouw karena perubahannya luar biasa. Mereka merasa tidak senang kepada wanita yang dahulunya menjadi musuhnya ini, akan tetapi karena harus diakui bahwa saat itu mereka bukanlah musuh melainkan teman seperjuangan melawan penjajah, mereka terpaksa membalas penghormatan, bahkan Tan Li Ceng yang terpandai membawa sikap diantara mereka segera berkata, "Kami sudah mendengar akan sepak terjang cici selama ini. Syukurlah!"

Wajah Dewi Suling berubah merah karena merasa jengah akan tetapi di dalam hatinya ia memuji Tan Li Ceng yang tidak banyak bicara. Ia lalu berkata lagi, kali ini tidak hanya ditujukan kepada empat orang muda itu, melainkan juga kepada Ie Bhok, Cui Hwa Hwa dan teman-teman mereka.

Pendekar CengengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang