12. Nasehat kakek sakti Han It Kong

3K 50 0
                                    

Ouwyang Tek memandang sutenya. "Siapa pun dia yang telah menyelamatkan kita, Sute, peristiwa ini membuka mata kita bahwa kita masih harus belajar lagi dengan tekun sebelum terjun ke dunia persilatan. Marilah kita melapor kepada Suhu."

Dua orang pemuda perkasa itu dengan prihatin lalu pulang ke tempat guru mereka bertapa untuk memperdalam ilmu, karena apa yang mereka alami tadi amatlah pahit, menjadi bukti bahwa ilmu kepandaian mereka masih jauh daripada memuaskan.

◄Y►

Hanya sebentar saja Dewi Suling merasa gentar serta takut. Setelah berlari jauh ketenangannya pulih kembali. Ia memang mengetahui bahwa bayangan putih itu hebat luar biasa kepandaiannya, tetapi jelas terbukti siapa pun adanya, bayangan putih itu tidak bermaksud membunuhnya. Hanya ia merasa menyesal tidak bisa membunuh dua orang murid Hap Tojin.

Akan tetapi kini ia telah tahu bahwa Hap Tojin tinggal tidak jauh dari kota Ho-pak dan mudahlah baginya kelak menyelidiki di mana tinggalnya musuh besarnya itu lalu turun tangan terhadap kakek itu bersama kedua muridnya.

Kalau ia teringat kepada Ouwyang Tek dan Gui Siong, ia menjadi gemas. Gemas sekali. Gurunya memberi tahu bahwa ada tiga orang musuh besar dari gurunya yaitu, pertama Hap Tojin, kedua Tho-tee-kong Liong Losu seorang hwesio. Kalau bertemu dua orang itu ia harus hati-hati tetapi tidak perlu takut sebab menurut gurunya itu, ilmu silatnya tidak kalah oleh kedua kakek itu.

Akan tetapi, demikian pesan gurunya. Ia harus berhati-hati betul kalau bertemu dengan seorang kakek aneh yang bernama Han It Kong berjuluk Sin-kong-ciang.

"Kalau bertemu orang ini," demikian papar gurunya, "jangan kau sembarangan turun tangan. Dia ini musuh besarku, tetapi ilmu silatnya hebat bukan main. Kau bukan tandingannya muridku. Kalau kau tahu di mana Han It Kong itu berada, lekas beritahukan padaku dan kita lalu bersama sama mengerubuti. Dengan cara ini kita bisa berharap mampu mengalahkan serta membunuhnya."

Dan tidak diduga-duganya ia telah bertemu dengan dua orang murid Hap Tojin. Betul saja, dengan ilmu silatnya ia dapat mengatasi kedua orang itu. Tetapi bayangan putih itu, siapakah dia? Kepandaiannya seperti setan.

Dewi Suling telah melupakan bayangan putih itu yang betul-betul ditakutinya ketika tiga hari kemudian ia tiba di kota Ang keng. Kota ini amat besar serta ramai sebab letaknya di tepi lembah Sungai Yang-ce. Ramai didatangi kaum pedagang karena sungai besar ini merupakan alat penghubung air yang lancar serta murah.

Begitu memasuki kota ini, empat orang tinggi besar telah menyambutnya di pintu gerbang serta terus langsung menuju ke pelabuhan di mana terdapat sebuah perahu bercat Hitam yang besar. Mereka memasuki perahu ini dan duduk mengelilingi meja.

Empat orang ini adalah pembantu-pembantu Dewi Suling yang berhasil membawa lari seribu tail emas dari kota Ho-pak tiga hari yang lalu. Peti hitam berisi emas itu dapat mereka selamatkan sampai ke An-keng dan kini mereka simpan dalam perahu.

Mereka ini bukanlah orang orang biasa karena sebelum menjadi kaki tangan Hek-siauw Kui-bo guru Dewi Suling, mereka dahulu terkenal sebagai bajak sungai Yang-ce Su-go (Empat Buaya Sungai Yang-ce). Beberapa tahun yang lalu, mereka kesalahan tangan membajak Dewi Suling dan gurunya.

Tentu saja dengan mudah mereka ditundukkan dan semenjak itu mereka berempat menjadi kaki tangan Dewi Suling dan gurunya yang bersembunyi di dalam bukit bukit guha-guha sepanjang Sungai Yang-ce, tak jauh di sebelah timur An-keng.

"Nona, mengapa agak lambat sehingga kami berempat merasa bimbang dan tak enak kami menanti di sini?" Tanya seorang diantara Yang-ce Su-go yaug paling tua, bernama Song Kai.

Dewi Suling tersenyum dan memainkan kerling matanya. Empat orang tinggi besar itu adalah orang orang kasar berusia empatpuluh tahun lebih dan sudah banyak mereka mempermainkan wanita.

Pendekar CengengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang