14. Pertarungan Melawan Hek-siauw Kui-bo

2.9K 46 1
                                    

Mukanya seketika itu berubah pucat. Sebab luka kecil ini mengingatkan ia kepada semua peristiwa yang terjadi limabelas tahun yang lalu. 

Kini teringatlah ia wajah seorang anak laki-laki berusia delapan tahun yang dulu pernah merangkul leher serta menggigit tengkuknya, yaitu cucu Dewa Pedang Yu Tiang Sin! Satu-satunya keturunan Yu Tiang Sin yang lolos dari tangan mautnya! Anak yang ditolong oleh Sin-kong-ciang Han It Kong. 

Dan ternyata anak ini setelah menjadi seorang pemuda perkasa, datang mencarinya. Mudah di duga apa kehendaknya, tentu mau membalas dendam, Hek-siauw Kui-bo jadi bengong, biarpun ia tidak merasa takut, namun teringat kepada Han It Kong ia merasa ngeri juga.

Itulah sebabnya mengapa Hek-siauw Kui-bo yang biasanya tidak suka mengandalkan bantuan anak buahnya dalam menghadapi musuh, kini membiarkan saja Yang-ce Su-go mewakilinya melawan pemuda itu karena mau mengukur sampai di mana ilmu silat cucu Yu Tiang Sin yang ia tahu pasti tak akan mau hidup bersama dia di atas bumi ini.

Yang-ce Su-go juga bukan orang-orang sembarangan. Mereka adalah bekas kepala-kepala bajak sungai yang sudah mempunyai pengalaman bertempur puluhan tahun. Golok yang mereka pegang seolah-olah sudah mendarah daging di tangan mereka serta telah minum darah beberapa ratus musuh.

Mereka telah dapat menduga bahwa pemuda berpakaian putih itu bukan orang sembarangan dan tentu murid orang pandai, namun tentu saja mereka tidak takut, bahkan dapat memastikan kalau mereka berempat maju berbareng sudah sudah pasti akan dapat merobohkan pemuda ini. Mereka bukan orang bodoh dan tanpa adanya keyakinan ini, mereka pun tidak akan mau mengorbankan diri.

Betapapun juga, Song Kai yang dapat menduga bahwa lawannya yang muda itu cukup lihai, segera memberi tanda rahasia kepada adik-adiknya dan serentak mereka melakukan serangan secara berbareng, atau setidaknya, serangan mereka itu sambung menyambung secara otomatis sehingga andaikata lawan mengelak dari serangan golok pertama tentu ia akan disambut golok kedua dan seterusnya.

Betapapun pandai dan gesit gerakan lawan, menghadapi sambaran golok dari empat jurusan yang sambung menyambung dan menutup "pintu" di empat penjuru ini, kiranya tidak akan mudah membebaskan diri.

Namun Yu Lee sama sekali tidak mengelak ketika menghadapi serangan ganda yang serentak datangnya ini. Hanya nampak tangannya yang memegang tongkat rotan bergerak cepat sekali sehingga sukar diikuti pandangan mata, begitu cepatnya sehingga mata keempat orang pengeroyoknya menjadi silau tertutup sinar kuning yang bergulung-gulung.

"Trang-trang-trang!" Tahu tahu empat batang golok itu telah terlepas dari tangan, lalu mencelat dan jatuh berkerontangan di atas lantai.

Keempat orang Yang-ce Su-go yang selama hidupnya belum pernah mengalami hal seperti ini, mencekali tangan kanannya yang tertotok lumpuh, lalu sebelum mereka tahu apa yang terjadi, mereka berteriak susul menyusul terus jatuh berlutut karena tahu tahu lutut merekapun lumpuh!

Hek-siauw Kui-bo terkejut bukan main. Memang ia tahu bahwa ilmu silat Yang-ce Su-go tidaklah bisa diandalkan, namun mereka itu adalah jago jago tua berpengalaman luas.

Dengan cara bagaimana bisa dirobohkan begitu mudahnya oleh pemuda itu? Ia bisa melihat gerakan tongkat rotan yang bergetar menjadi banyak sekali, lalu secara berturut-turut telah menyambar secepat kilat mendahului gerakan Yang-ce Su-go, menotok pergelangan tangan keempat orang itu yang memegang golok sehingga terlepas. Kemudian memakai kesempatan selagi keempat orang itu kaget memegangi tangan kanan, ujung rotan sudah menotok jalan darah di dekat lutut sehingga tak dapat dicegah Yang-ce Su-go jatuh berlutut di depan si pemuda sakti!

Akan tetapi ternyata totokan-totokan itu hanya membuat empat orang jago bajak sungai itu lumpuh buat beberapa detik saja. Mereka kini sadar akan situasi dan cepat melompat bangun dengan muka merah saking malu dan marahnya.

Pendekar CengengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang