Akan tetapi, ternyata lawan tidak jadi menyerang, sebaliknya sumpit lawan kini lagi-lagi sudah menyambar dan menjepit dagingnya yang tadi terpental ke atas dan kini sudah melayang turun lagi. Karena Siok Lan tertipu dan gadis ini tadi mencurahkan perhatian untuk menangkis totokan-totokan masa tentu saja ia tak cepat mencegah lawannya menjepit kembali daging itu.
"Tinggal sejurus lagi nona." Ie Bhok tersenyum dan mengacungkan daging dalam jepitan sumpitnya.
Merah wajah Siok Lan dan nona ini hampir putus asa. Orang di depannya benar-benar lihai dan cerdik, semua mata para ramu ditujukan kepada adu kepandaian yang aneh dan lucu ini dan kalau sekali lagi ia tidak mampu merampas daging, betapapun juga ia akan kehilangan muka di tempat itu!
Tiba-tiba Yu Lee beikata, "Nonaku ini tidak mau sungguh-sungguh merampas, mengapa kau orang tua tidak bisa mengerti? Kalau nona majikanku menghendakinya, maka dalam sejurus saja pasti daging itu dapat dirampasnya? Dan sekarang ini nonaku sudah memberi muka terang kepada lo-enghiong, mengapa lo-enghiong tidak mau mengerti?"
Ie Bhok mengerling ke arah Yu Lee dan tertawa, "Ha, ha, namamu A-liok tadi bukan? Eh, A-liok, kalau benar nonamu sengaja tidak mau merampas bolehkah aku tahu mengapa tidak mau?"
"Karena daging disumpitmu itu bau dan tidak enak!"
Terdengar suara ketawa di sana sini, tetapi Ie Bhok tidak marah hanya tersenyum. Sebaliknya malah Siok Lan menjadi marah dan mendongkol, A-liok ini bicara ngaco-belo, apakah mengira bahwa yang hadir itu anak-anak kecil yang mudah saja dibohongi? Akan tetapi karena pelayannya sudah terlanjur bicara, ia berkata singkat.
"Aku sudah menyerang empat kali, kalau sekali lagi tidak berhasil biarlah aku mengaku kalah!"
"Nona pasti berhasil kalau memang mau sungguh-sungguh! Mengapa tidak?" kata Yu Lee dan seperti tanpa disengaja dengan muka tegang pelayan ini menaruh kedua tangannya di atas meja, di depannya.
Tiba-tiba tampak sinar gembira di muka si nona. Gerakan Yu Lee yang seperti tak di sengaja itu mengingatkannya! Ah, kenapa ia begini bodoh? Sejak tadi lawannya itu memegang sumpit dengan siku ditekan di atas meja, sehingga dapat tegak dan lebih bertenaga. Sikunya itulah yang menjadi semacam "kaki" dan ia kalau mampu melemahkan "kaki" ini, tentu dengan mudah, sumpitnya mampu merampas daging.
Tanpa tergesa-gesa sehingga tidak kentara nona itu lalu menaruh pula tangan kirinya di atas meja. "Kau benar A-liok. Kalau aku mau, tentu sekali serang aku berhasil. Orang tua she Ie, kali ini kau waspadalah!"
Dengan ucapan ini Siok Lan hendak memancing perhatian lawan agar lebih memusatkan perhatian pada sumpitnya yang menjepit daging.
Pancingan ini berhasil karena Ie Bhok yang mendengar ucapan pelayan dan nonanya tadi kini benar-benar memusatkan perhatian kepada sumpitnya bertekad untuk mempertahankan daging, sumpitnya menghadapi penyerang yang terakhir.
Siok Lan dengan amat tajam memandang daging disumpit lawan, kemudian sumpitnya sendiri bergerak, dibarengi bentakannya keras.
"Lepaskan." Dan ia menggunakan sumpitnya untuk menggempur sumpit lawan.
Diam-diam Ie Bhok tertawa. Alangkah bodohnya nona ini, pikirnya. Dengan jurus-jurus yang lihai saja masih belum mampu merampas dagingnya, apalagi dengan cara kasar seperti ini, hanya menggempur sumpit beradu sumpit, menggunakan tenaga. Mana mungkin berhasil? Ia tertawa dan hendak mengerahkan tenaga menerima benturan sumpit lawan.
Akan tetapi mulutnya yang menyeringai tertawa itu berubah mengeluarkan seruan kaget ketika tiba-tiba meja tergetar dan sikunya menjadi lumpuh, tangannya menggigil dan ketika benturan tiba, ia tidak mampu mempertahankan lagi sumpitnya yang runtuh terlepas dari jari-jari tangannya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Cengeng
Fiksi UmumPendekar yang di juluki Pendekar Cengeng selalu mengacau di Thian-an-bun yang di bantu oleh pendekar wanita Dewi Suling. Bagaimanakah pendekar tersebut mendapat julukan Pendekar Cengeng dan siapakah nama aslinya penasaran bisa di baca dalam Kisah Pe...