38. Ciuman Seorang Pelayan

2K 46 1
                                    

"Nona, harap jangan berpendirian seperti itu. Kalau nona tidak bebas lebih dahulu, bagaimana saya bisa tertolong? Sebentar lagi gelap, nona harus terbebas dan sayapun akan berusaha lari. Andaikata saya gagal tetapi nona sudah bebas, bukankah nona dapat berusaha menolong saya?"

Siok Lan dapat membenarkan pendapat ini. Ia mengangguk sedikit dan berkata, "Bagus......! Nah, hati-hati jangan sampai kentara. Belenggumu sudah terbuka, nona......"

Siok Lan menggerak-gerakkan jari tangannya dan benar saja. Tali pengikat kedua pergelangan tangannya sudah terlepas! Ia tidak tahu bahwa Yu Lee mematahkan tali belenggu dengan pengerahan sinkang yang amat kuat.

"Pasukan jalan terus, biar malam ini sampai ke Thian-an-bun!" teriak perwira muka kuning kepada pasukannya setelah malam mulai tiba.

Pasukan di sebelah depan sudah memasang obor untuk menerangi jalan dan mulailah mereka memasuki hutan kecil di sebelah depan yang berada di sebelah selatan kota Thian-an-bun, hanya belasan lie jauhnya.

"Apakah tidak berbahaya melanjutkan perjalanan malam-malam melalui hutan?" tanya perwira tinggi besar.

"Ahhh, Thian-an-bun hanya tinggal belasan lie lagi dan Thian-an-bun merupakan markas besar penjagaan yang kuat. Kalau ada pemberontak, tak bakalan mereka berani mampus menyerbu daerah Thian-an-bun!" kata si muka kuning.

Akan tetapi tiba-tiba ketenangan pasukan itu diganggu oleh teriakan Yu Lee. "Aduh-aduh-aduh...... heeeeiii, kuda nakal! Berhenti......! Aduh celaka! Kabur! Tolong...... tolong...... tahan kuda ini, wah, binatang sialan!"

Kuda yang ditunggangi Siok Lan dan Yu Lee itu tiba-tiba menyepak-nyepak dan meloncat ke depan, menerjang pasukan yang berada di depan dengan nekad sambil meringkik-ringkik kesakitan. Tak seorangpun tahu, juga Siok Lan tidak, betapa tadi diam-diam Yu Lee menepuk kaki kuda sampai tulangnya retak dan tentu saja kuda yang kesakitan hebat itu mengamuk dan lari ke depan, menerjang dan merobohkan beberapa orang pasukan kemudian terus lari membalap ke depan.

"Heeeii...... kuda edan...... kuda celaka. Tolong......!" Yu Lee berteriak-teriak, akan tetapi diam dim ia mengerahkan tenaga pada kedua kakinya menjepit perut kuda, tangannya yang sudah bebas itu menyambar kendali dan membetot kuda sehingga lari menyeleweng ke kiri. Para pasukan yang tadinya terkejut, kini menjadi panik.

"Tawanan lari......! Kejar......! Tangkap......!"

Ramailah mereka melakukan pengejaran. Para perwira yang merasa khawtir kalau-kalau tawanan mereka yang penting lolos, segera meloncat dan menggunakan lari cepat mengejar.

"Siapkan anak panah......!" Perwira muka kuning memberi aba-aba karena ia pikir kalau ia sampai tak dapat mengejar, sebaiknya merobohkan kuda dan tawanan dengan anak panah.

"Nona, lekas turun dan lari.......!" Yu Lee berbisik.

"Tapi...... tapi engkau......."

"Sudahlah nona. Biar saya mengacau dan menipu mereka......."

"Tidak, A-liok...... kau akan dipanah."

Mereka telah memasuki bagian yang gelap dan lebat, menyaksikan betapa nona ini sangsi dan meragu terdorong oleh rasa khawatir tentang dirinya hati Yu Lee menjadi besar sekali. Perasaan bahagia hebat memenuhi hatinya terdorong cinta kasihnya dan tanpa pikir panjang lagi karena dorongan hasrat hati, ia lalu merangkul leher Siok Lan dari belakang, memutar tubuh nona itu sehingga mukanya menghadapinya dan...... mencium mulut itu sepenuh cinta kasih hatinya, sepenuh getaran jiwanya.

"Aughh......" Seketika tubuh Siok Lan menjadi lemas dan hampir nona ini pingsan dalam pelukan Yu Lee. Pemuda itu sejenak seperti terbuai dan diayun ke langit lapis ketujuh, akan tetapi segera ia teringat akan keadaan dan setelah sadar ia kaget setengah mati akan keberaniannya sendiri yang melampaui segala batas kesopanan.

Pendekar CengengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang