30. Perlawanan Pelayan dan Tukang Perahu

1.5K 38 0
                                    

Sambil berkata demikian, kembali dengan sengaja dan penuh tantangan Cui Hwa Hwa mengerling ke arah meja Siok Lan. Kemudian dengan sikap memandang rendah, ia mengangsurkan pedang kepada Pui Tiong yang menerimanya dan yang segera mengundurkan diri dengan muka pucat.

Tadinya ia marah, akan tetapi ketika bertemu pandang dengan sucinya, ia melihat Can Bwee berkedip maka ia lalu mengundurkan diri tanpa berkata sesuatu.

Seperti telah diharap-harapkan orang banyak dengan pancingan tantangan Cui Hwa Hwa terhadap tamu istimewa Sian-li Eng-cu yang dianggap telah memusuhi Ang-kin Kai-pang sebagai teman-teman seperjuangan mereka ini Siok Lan bangkit berdiri.

Akan tetapi Yu Lee yang sudah siap menghindarkan Siok Lan daripada bahaya, juga cepat bangkit berdiri bahkan berlari-lari mendahului nona itu ke tengah lapangan di mana Cui Hwa Hwa masih berdiri. Sambil tertawa-tawa ia berkata, mendahului Siok Lan yang sudah hendak menegurnya.

"Eh, nona! Bukankah ilmu yang dipertontonkan tadi, menjepit pedang, sama benar dengan ilmu yang pernah nona ajarkan kepada saya? Namanya juga hampir sama! Heran sekali kenapa bisa begitu sama, bukankah yang nona ajarkan itu hanya untuk tontonan anak-anak di tengah pasar?"

Hanya beberapa detik saja wajah Siok Lan tercengang keheranan, akan tetapi dasar ia cerdik dan jenaka, segera saja wajahnya yang cantik jelita itu berubah, berseri-seri dan mulutnya tersenyum simpul manis sekali.

"Kau betul, A-liok! Baiknya kau ingatkan aku, hampir aku lupa. Memang sudah pernah kuajarkan padamu. Leher tidak luka oleh bacokan pedang itu namanya ilmu leher kepala batu. Dan ilmu menjepit pedang dengan jari itu namanya jurus Hek-mauw-phok-ci (Kucing Hitam Sambar Tikus)!"

Jelas sekali apa yang diperbuat dan dipercakapkan antara nona dan pelayannya ini menyinggung peristiwa tadi. Lebih-lebih nama jurus itu! Kalau jurus lihai dari Cui Hwa Hwa tadi bernama Cakar Garuda Sambar Pedang, kini jurus kedua orang ini bernama Kucing Hitam Sambar Tikus! Justeru muka Cui Hwa Hwa memang agak kehitaman karena bekas penyakit cacar, jadi sama saja dengan menyamakan dia dan memakinya kucing hitam!

Para tamu memandang dengan wajah tegang, dan hal yang lucu ini membuat mereka ingin tertawa akan tetapi tidak berani maka banyak yang menutup mulutnya agar tidak kelihatan tertawa.

Wajah Cui Hwa Hwa sebentar merah sebentar makin hitam. Kemarahannya hampir tak dapat ditahannya lagi. Akan tetapi ia tidak tahu harus berkata atau berbuat apa karena dua orang itu tidak terang-terangan menyinggung namanya. Pada saat itu, tiba-tiba Siok Lan mencabut pedangnya dengan gerakan indah dan cepat. Semua orang tertegun kagum menyaksikan sinar pedang putih kemilau dari pedang perak itu.

"Awas, A-liok. Mari kita perlihatkan apa yang telah kita latih dahulu. Aku akan bacok lehermu, keluarkan ilmu leher kepala batu kemudian kau cakar pedang ini dengan ilmu Hek-mouw-phok-ci!"

Mata Yu Lee berseri. Pemuda ini merasa geli, akan tetapi juga gembira dan kagum Siok Lan benar-benar seorang gadis yang selain berani dan jenaka, juga berotak tajam sekali sehingga dapat mengerti ajakannya untuk bergurau dan "memukul" kesombongan Cui Hwa Hwa.

"Baiklah, nona! Biar semua orang melihat bahwa saya, biarpun hanya seorang pelayan, akan tetapi adalah pelayan dari Sian-li Eng-cu dan tentu saja mengenal ilmu kucing ini!" Ia mengatakan ilmu kucing untuk mengimbangi ucapan Cui Hwa Hwa yang mengatakan bahwa kepandaian Siok Lan tadi seperti anak kecil.

Siok Lan memainkan pedangnya, memutar-mutar ke atas dan berteriak. "Hiaaaatt!" Pedang itu menyambar leher Yu Lee. Pemuda ini maklum bahwa nonanya sudah tahu akan keadaannya yang tidak pandai silat, maka ia pun sengaja membuat gerakan takut-takut sehingga tampak lucu.

Pedang itu meluncur dan berhenti tepat setelah menyentuh kulit leher Yu Lee! Dari situ saja para ahli yang hadir di situ maklum bahwa Sian-li Eng-cu benar-benar seorang ahli pedang yang hebat!

Pendekar CengengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang