22. Pencarian Pendekar Cengeng

2.3K 57 2
                                    

Gadis itu menggeleng kepala serta bibirnya dilebarkan menghina.

"Perlu apa mengenal seorang suka menangis? Biar dia seorang pendekar, kalau cengeng sungguh tidak patut. Tetapi aku memang mencari dia! Eh, kau ini pelayan keluarga Yu, tentu tahu dia. Bukankah Pendekar Cengeng yang suka membantu orang yang tertindas itu cucu mendiang Yu-locianpwe (orang tua gagah she Yu) satu-satunya keluarga yang terbebas daripada maut ketika Hek-siauw Kui-bo membasmi keluarga Yu-locianpwe?"

Yu Lee makin heran. Gadis ini, semuda itu sudah banyak pengetahuannya, bahkan tahu pula akan keluarganya. Ia mengangguk,

"Memang betul nona. Akan tetapi mengapa nona mencari, Yu-kongcu (tuan muda Yu)?"

"Bocah cengeng itu sombong sekali, malang melintang di dunia kang-ouw tidak memandang mata kepada orang lain, aku hendak mencarinya dan menantangnya bertanding!"

"Kenapa? Apa kesalahannya?"

"Ihh, kau ini cerewet benar! Dan tidak tahu terima kasih, tahukah kau bahwa kalau tidak ada aku tadi, kau sudah mampus di tangannya Tung-hai Pat-ong. Dan kuburan majikanmu ini sudah dibongkar, tulangnya dihancurkan? Dan kau sepatah katapun tidak pernah berterima kasih kepadaku!"

Yu Lee cepat-cepat bangkit lalu menjura ke arah gadis itu.

"Ah, maafkan aku nona. Aku menghaturkan banyak terima kasih atas pertolonganmu tadi sehingga sampai detik ini, aku masih hidup dan kuburan ini tidak dibongkar orang."

"Cih! Beginikah sopan santun seorang bekas pelayan, keluarga Yu? Hemm, Yu-locianpwe masih hidup dan melihat sikapmu ini, tentu kau akan digampar dan nantinya dipecat dengan tidak hormat tanpa mendapat pesangon!"

Yu Lee teringat bahwa kini sedang bermain sebagai pelayan, maka untuk menyesuaikan diri ia berlutut, mengangguk-angguk dan minta maaf serta menghaturkan terima kasih. Heran sekali dia. Biarpun ini hanya merupakan permainan sandiwara baginya, namun hatinya merasa tulus iklas biarpun ia harus berlutut seperti itu!

"Nah, begitu baru tahu peraturan dan sopan santun namanya. Eh, pelayan, kau ketahuilah bahwa antara majikanmu yang tua Yu-locianpwe dan kakekku terdapat persahabatan maka engkau harus menganggap aku sebagai seorang nona majikan pula. Akupun menganggap kau sebagai pelayan keluargaku sendiri, maka aku tadi tidak ragu-ragu untuk menolongmu. Dan sekarang, aku berbalik ingin minta pertolongan darimu."

"Tentu saja saya bersedia melakukan perintah nona, akan tetapi saya hanya seorang pelayan biasa, dapat menolong apakah?"

Gadis itu lalu duduk di atas sebuah batu di depan gundukan tanah kuburan. Sikapnya bebas duduknya juga bebas seperti seorang laki-laki saja.

"Kau duduklah dan dengarkan aku!" Ia memandang wajah Yu Lee penuh perhatian kemudian ia mengerutkan alisnya yang kecil panjang dan hitam sekali. "Kau tentu masih kecil ketika keluarga Yo dibasmi musuhnya. Selama belasan tahun itu, kau menjadi apa dan berada di mana?"

Pertanyaan yang tiba-tiba itu membuat Yu Lee gugup juga sehingga sejenak ia tidak mampu menjawab, hanya memandang wajah yang semakin lama makin cantik baginya itu.

"Eh, kau memandang apa?" Bentak nona itu.

"Anu...... eh, anu...... memandang nona."

"Kau mau kurang ajar, ya?"

"Eh, tidak sama sekali. Bagaimana saya berani? Dan kalau tidak memandang kepada nona, bagaimana saya dapat diajak bicara?"

Gadis itu menggerak-gerakkan alisnya, menimbang-nimbang lalu tersenyum.

"Betul juga kau. Kukira tadi pandang matamu kurang ajar seperti pandangan mata si Mata Satu tadi. Nah, kau belum menjawab pertanyaanku."

Semenjak itu, Yu Lee sudah dapat menenangkan hatinya dan sudah dapat mencari akal untuk menjawab.

Pendekar CengengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang