28. Pengujian Huang-ho Sam-liong

2.1K 49 0
                                    

"Maafkan kami," kata Pui Tiong yang lalu bangkit bersama Can Bwe dan meninggalkan meja Siok Lan. Ucapan maaf ini tidak di tujukan pada orang tertentu sehingga dapat diartikan terhadap Siok Lan maupun terhadap tuan rumah.

Siok Lan maklum bahwa suasana menjadi tegang dan bahwa pihak tuan rumah sudah mulai hendak beraksi! Ia melirik ke arah Yu Lee dan A-bouw, berkata perlahan.

"Kalian tenang saja!"

Kemudian ia bangkit berdiri, menghadap ke arah Ie Cu Lin dan berkata, suaranya lantang dan mulutnya tersenyum manis, "Aku sudah mendengar bahwa undangan paksaan dari Huang-ho Sam-liong tentulah mengandung maksud hati yang tidak baik. Betapapun juga, aku telah menerima undangan, dan aku siap menghadapi segala suguhanmu!"

Ie Cu Lin tersenyum dingin, lalu melangkah maju, ia menuangkan arak dari guci ke dalam cawan sambil berkata.

"Saya Ie Cu Lin orang tertua Huang-ho Sam-liong menyambut Sian-li Eng-cu dengan secawan arak kehormatan!" Ia menuang terus sampai cawan menjadi penuh dan baru berhenti menuang arak ketika arak sudah memenuhi cawan dengan permukaan lebih tinggi daripada bibir cawan.

Namun arak itu tidak meluber dan tidak tertumpah setetespun! Sungguh amat mengagumkan bahwa arak yang lebih banyak dari pada cawan itu dapat tinggal tetap dalam cawan seolah-olah membeku dan permukaannya sampai membulat di atas cawan. Inilah demonstrasi tenaga sinkang yang menyedot arak melalui cawan sehingga arak itu lekat dan tidak tumpah.

Dengan perbuatan ini Ie Cu Lin bermaksud membikin malu tamunya, karena kalau cawan itu diterima tamunya dan araknya meluber tumpah hal ini tentu saja akan membikin malu kepada tamunya.

Akan tetapi Siok Lan agaknya tidak perduli akan hal ini. Dengan wajah berseri ia berkata, "Menyembunyikan niat buruk atau tidak, sebuah penghormatan tidak boleh ditolak!"

Gadis ini mengangsurkan lengannya dengan tangan kanan menerima cawan itu. Ia tidak kelihatan mengerahkan tenaga, namun ketika cawan tiba di tangannya, arak itu sedikitpun tidak bergerak, apalagi meluber!

Semua tamu yang menonton dengan napas ditahan, kini menjadi kagum. Tidak mereka sangka bahwa seorang nona yang begini muda sudah memiliki kekuatan sinkang yang demikian hebatnya.

Siok Lan mengangkat cawan itu dan terus mengangkat sampai di atas mulut, lalu menuangkannya akan tetapi ...... arak itu tetap tidak mau turun! Biarpun kini cawan sudah ia balikkan, isinya tidak tumpah sama sekali. Dan terdengar suara tepuk tangan dan ketika semua tamu memandang, yang bertepuk tangan itu adalah Yu Lee yang diikuti oleh A-bouw.

"Lihat, nona bermain sulap. Apa tidak hebat?" kata Yu Lee.

Pui Tiong tertawa, Can Bwee tersenyum, bahkan dua orahg murid Kim-hong-pai ini lalu ikut bertepuk tangan pula. Tamu-tamu lainnya yang merasa kagum baru berani ikut-ikutan bertepuk tangan.

Siok Lan menurunkan lagi cawan arak dan berkata, "Ah, siauwmoi (adik) tidak bisa minum arak keras, dan agaknya arakmu ini terlalu keras lo-enghiong. Sampai sampai arakmu tidak berani memasuki mulutku, maafkan!" Ia meletakkan cawan di atas meja dan ketika ia melepaskan tangan, arak itu melebar dan tertumpah di atas meja. "Biarlah pelayanku saja yang mewakili aku minum arak kehormatan!"

Yu Lee lalu menyambar cawan dan mengangkatnya, akan tetapi A-bouw berseru, "A-liok, bagi aku setengahnya dong! Aku belum pernah selama hidupku minum arak kehormatan."

Yu Lee tersenyum dan menuangkan setengah cawan arak itu ke dalam mangkok di depan A-bouw, keduanya tertawa lalu minum arak masing-masing setelah mengangkat cawan dan mangkok ke arah Siok Lan dan Ie Cu Lin sebagai tanda penghormatan. Semua tamu tertawa dan muka Ie Cu Lin berubah merah seperti udang yang direbus.

Pendekar CengengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang