07. Kemenangan di Meja Judi

3.1K 47 0
                                    

Dengan tangan kanannya It-gan Hek-houw mengangkat mangkok dan tangan kirinya menekan meja. Semua mata melibat ke atas meja dan...... mereka semua melongo.

Jelas tampak betapa biji dadu itu memperlihatkan angka tiga, jadi angka ganjil. Akan tetapi secara aneh sekali biji dadu itu bergerak dan menggelimpang ke samping sehingga kini angka empat yang berada di atas. Namun hanya sebentar saja karena kembali biji dadu menggelimpang ke angka tiga, lalu bergerak-gerak sedikit, hampir terbalik ke angka empat tetapi seolah-olah tidak kuat dan miring lagi kembali ke angka tiga terus tidak bergerak-gerak lagi.

Nona itu beradu pandang dengan bandar yang kini sudah menaruh kedua tangan di atas meja pula. Mukanya yang hitam menjadi makin hitam, matanya yang tinggal satu melotot serta muka itu kini penuh keringat.

"Hemm, angka tiga adalah angka ganjil, bukan? Aku menang lagi!" kata si nona, suaranya nyaring.

Kini para tukang pukul yang jumlahnya belasan orang saling pandang dan semua memandang kepada It-gan Hek houw sambil meraba gagang golok, menanti perintah. Namun It-gan-hek-houw tidak memberi isyarat apa-apa, hanya menghapus peluhnya kemudian tertawa bergelak dan berkata,

"Ha-ha-ha, nona benar hebat! Hayo bayar seratus duapuluh lima tail emas kepada nona ini!" para pembantunya tersipu-sipu mengambil uang dari dalam karena persediaan di depan tidak cukup untuk membayar kekalahan yang begitu banyak.

Para tamu menjadi berisik membicarakan pertaruhan yang besar-besaran dan keadaan biji dadu yang amat aneh tadi. Mereka sama sekali tidak tahu bahwa tadi telah terjadi adu tenaga lwee-kang (tenaga dalam) yang seru antara It-gan Hek-houw dan nona baju merah itu melalui tekanan tangan mereka pada permukaan meja.

Setelah uang pembayaran selesai dihitung dan ditumpuk di atas meja di depan nona itu, It-gan Hek-houw berkata, "Apakah nona masih berani untuk melanjutkan perjudian ini?"

Kembali senyum mengejek itu membayang di mulut yang amat indah bentuknya dan berbibir merah. "Mengapa tidak berani?

"Awas, kali ini kau bisa kalah, nona."

"Kalau tidak menang, tentu kalah. Apa bedanya? Lekas putar, aku akan mempetaruhkan semua uangku ini, duaratus limapuluh tail emas!"

Diantara para tamu ada yang menjadi pucat mukanya. Ini sudah gila, pikirnya. Mana ada taruhan sekali pasang duaratus limapuluh tail emas? Kekayaan ini cukup untuk dipakai modal berdagang besar. Ini tentu tidak sewajarnya dan ada apa-apa di balik taruhan ini. Ia menjadi tegang dan takut. Akan tetapi karena hatinya tertarik ingin melihat perkembangan selanjutnya, ia berdiri seperti terpaku pada lantai dan melihat sambil menahan napas.

Kini It-gan Hek-hauw menggerakkan kedua lengannya secara aneh sekali, seperti orang bersilat. Kedua tangan itu bergerak ke sana ke mari dengan amat cepatnya sehingga orang-orang tidak bisa melihatnya lagi sewaktu ia mengambil mangkok dan kemudian dengan cara bagaimana pula ia menaruh dadu ke dalamnya, tahu-tahu sudah diputarnya mangkok itu dengan gerakan-gerakan cepat dan aneh.

Nona itu hanya memandang dengan senyum tetap mengejek dan senyumannya melebar ketika tiba-tiba It-gan Hek-hauw menurunkan mangkok di atas meja dengan mulut di bawah.

Ketika mangkok menyentuh meja, meja itu sampai tergetar dan mengeluarkan suara nyaring. Dengan mata berkilat kilat dia mandang nona itu dan berkata nyaring.

"Nona, kau pasanglah!"

Nona itu dengan gerakan sembarangan mendorong semua uangnya ke angka enam sambil berkata, "Aku mempertaruhkan semua ini atas angka enam!"

Kembali para tamu menjadi berisik. Bukan main beraninya nona itu mempertaruhkan atas angka enam, tentu saja kesempatan menang jauh lebih kecil dari pada kalau memasang angka ganjil atau genap. Akan tetapi kalau ia menang bandar harus membayar empat kali lipat, berarti akan membayarnya seribu tail emas! Bisa bangkrut kali ini rumah judi Lok-nam kalau pasangan itu kena.

Pendekar CengengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang