13. Rabalah Tengkukmu . . . . . . !

2.8K 55 1
                                    

Han It Kong yang duduk bersila di atas batu itu jadi menarik napas panjang dan memejamkan matanya. "Aaahhh kau masih saja cengeng tak pernah lenyap sejak kecil. Yu Lee, kehalusan perasaanmu yang membuatmu cengeng inilah agaknya yang kelak akan mengombang ambingkan engkau antara suka dan duka. Baiklah, kau boleh naik ke puncak ini menghadapku pada saat engkau sudah bosan hidup, boleh kau datang ke sini. Pergilah!"

Yu Lee masih bercucuran air mata ketika ia berlutut dan mengangguk-anggukkan kepala sampai delapan kali di depan kaki gurunya.

Kemudian sambil menyusuti air matanya, pemuda ini meninggalkan guha di puncak Ta-pie-san di mana ia hidup selama limabelas tahun itu. Tangan kanannya memegang sebatang rotan yang biasa ia pakai berlatih, pedang pemberian gurunya terselip di pinggang dan buntalan pakaiannya menempel di punggung.

Pada waktu ia turun gunung dan sampai di kota Ho-pak, secara kebetulan sekali ia menyaksikan Dewi Suling yang dikeroyok oleh jagoan-jagoan anak buah Gak Taijin.

Yu Lee tidak tahu apa yang menyebabkan gadis cantik pakaian merah itu dikeroyok banyak orang akan tetapi diam-diam ia merasa kagum akan kepandaian wanita muda itu. Juga ia merasa ngeri menyaksikan sepak terjang wanita itu yang merobohkan banyak orang.

Ia dapat memperhitungkan dengan melihat jalannya pertandingan bahwa kalau pengeroyokan itu dilanjutkan akan lebih banyak lagi jatuh korban di antara para pengeroyok sungguhpun wanita itu belum tentu akan dapat menyelamatkan diri.

Karena inilah maka untuk mencegah agar jangan sampai jatuh lebih banyak korban lagi, Yu Lee lalu menggunakan tenaga sinkang di tangannya, mendorong ke arah pohon besar di dekat situ sehingga daun-daun itu rontok menggelapkan gelanggang pertandingan dan karena ini maka Dewi Suling mendapat kesempatan melarikan diri bebas daripada kepungan yang ketat.

Yu Lee adalah seorang yang amat berhati-hati dan selalu ia teringat akan nasihat gurunya agar ia jangan terlalu sembrono dalam segala tindakannya.

Kalau tadi ia lancang turun tangan, tidak lain maksudnya hanya untuk membubarkan pertandingan itu, sama sekali hatinya tidak berpihak siapapun juga karena ia tidak tahu akan urusannya! Akan tetapi setelah ia berhasil menghentikan pertandingan matanya yang tajam dapat melihat berkelebatnya dua bayangan orang muda yang diam-diam membayangi gadis muda pakaian merah itu. Timbul kecurigaannya dan diam-diam iapun membayangi mereka!

Dapat dibayangkan betapa kaget hati Yu Lee ketika ia menyaksikan adegan antara Dewi Suling dan dua orang muda murid Hap Tojin yang gagah perkasa.

Ia merasa kecelik dan merasa menyesal sekali telah membantu wanita yang amat cabul dan jahat itu, dan berbareng ia merasa kagum sekali kepada Ouwyang Tek dan Gui Siong. Ia pernah mendengar dari suhunya bahwa sekarang amat sukar dicari orang-orang yang semulut sehati membela kebenaran dan keadilan, yang benar-benar berjiwa pendekar dan kesatria.

Aku tetapi kini ia benar-benar menyaksikan sikap yang amat mengagumkan dari dua orang pemuda perkasa itu. Terbayanglah dalam ingatannya wajah Siauw-bin-mo Hap Tojin, tosu yang selalu tertawa-tawa, Siauw-bin-mo Hap Tojin adalah sahabat baik mendiang kakeknya, bahkan Siauw-bin-mo Hap Tojin bersama Tho-tee-kong Liong Losu telah membantu keluarganya ketika muncul Hek-siauw Kui-bo. Sungguhpun kedua orang Kakek itu akhirnya kalah namun ia tidak dapat melupäkan budi mereka yang amat besar terhadap keluarganya.

Tentu saja ia tidak dapat membiarkan Dewi Suling membunuh dua orang muda perkasa itu maka ia pun cepat turun tangan mempergunakan kerikil untuk memukul mundur Dewi Suling dan untuk membebaskan Ouwyang Tek dan Gui Siong dari pada totokan.

Ia terus membayangi Dewi Suling dari jauh dan ia melihat pula betapa Dewi Suling menghubungi Yang-ce Su-go. Sementara itu di kota An-keng ia segera melakukan penyelidikan tentang Dewi Suling. Tidak mudah bagi pemuda ini untuk mencari keterangan perihal Dewi Suling karena semua orang takut belaka untuk menyebut nama ini. Akan tetapi akhirnya ada pula yang bercerita kepadanya. Bukan main kaget hanya mendengar berita tentang diri Dewi Suling yang cabul dan jahat, pembunuh pemuda-pemuda tampan yang telah dipermainkannya.

Pendekar CengengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang