34. Apa...? Kau... minta digaplok, A-liok?

2K 46 1
                                    

Dara itu menghela napas panjang. "Engkau tidak mengerti keadaan hati wanita, Siong-koko. Aku dan Suci Lauw Ci Sian mempunyai pendapat yang sama. Kalau ada laki-laki yang melihat keadaan kami bertelanjang bulat seperti dahulu itu, dia harus kami bunuh! Itulah sebabnya mengapa kami membunuh Yang-ce Su-go. Akan tetapi betapa kami dapat membunuh Yu-taihiap yang sudah menolong kami? Karena itulah maka jalan satu-satunya untuk menghilangkan aib dan hina, kami harus menjadi isterinya......" Dengan saputangannya, Li Ceng mengusap dua butir air mata dari pipinya.

Gui Siong melongo. "Kalau...... andaikata...... Yu-taihiap tidak suka menjadi suami kalian berdua......?"

Dengan muka menunduk, Li Ceng berkata, "Kami akan menantangnya bertanding sampai mati."

"Wah...... mana bisa begini? Mana ada aturan begitu......?" Gui Siong berulang mencela dan mengomel, akan tetapi Li Ceng sudah meninggalkannya menggerutu seorang diri di tempat itu, menyesali hal yang amat membingungkan hatinya itu. Kembali teringatlah ia akan kesuraman wajah suhengnya dalam beberapa hari ini seolah-olah ada sesuatu ganjalan di hati kakak sepenguruannya itu semenjak penyerbuan tengah malam yang berhasil menghancurkan pos penjagaan musuh. Kalau ia tanya, suhengnya hanya menghela napas dan tidak mau menjawab.

Kini ia dapat menduga. Memang antara dia dan suhengnya tidak ada rahasia lagi betapa mereka berdua mencinta dua orang gadis murid Liong Losu itu. Ah, kini ia dapat menduga. Tentu suhengnya telah mendengar pula urusan dua orang gadis itu dengan Yu Lee, dan telah pula ditolak cinta kasihnya.

Keesokan harinya, Gui Siong menemui suhengnya dan langsung berkata, "Suheng, katakanlah terus terang, apakah suheng berduka karena cinta kasih suheng ditolak oleh nona Lauw Ci Sian?"

Wajah Ouwyang Tek seketika menjadi merah sekali dan matanya melotot memandang sutenya, siap untuk mendampratnya karena pertanyaan itu dianggap kurang ajar. Akan tetapi melihat betapa wajah sutenya ini tampak sungguh-sungguh dan juga membayangkan kedukaan kelihatan dan agak pucat seperti orang kurang tidur, ia menahan kemarahannya dan hanya berkata kasar.

"Kau bicara apa? Tak patut mau tahu urusan pribadi orang!"

Gui Siong memegang lengan kakak seperguruannya yang sudah dianggap seperti kakak kandungnya itu lalu bercerita, "Jangan marah, suheng. Aku dapat menduga dan memaklumi keadaanmu karena akupun malam tadi telah mengalami hal yang sama yaitu ditolak cinta kasihku terhadap adik Tan Li Ceng."

Berkerut sepasang alis yang hitam tebal itu.

"Hemmm......! Dia kelihatan menaruh perhatian kepadamu. Mengapa menolak?"

"Dengan alasan yang sama dengan alasan penolakan nona Ci Sian kepadamu, suheng."

"Apa katamu? Sute, jangan main gila engkau! Apa engkau telah mendengar percakapan antara kami tentang hal itu? Dia...... dia, tidak mengajukan alasan sesuatu......"

"Aduh, apakah nona Ci Lian tidak bercerita kepadamu tentang aib yang menimpa mereka dan urusan mereka dengan Yu-taihiap?"

Ouwyang Tek melongo terheran dan menggeleng kepala. "Akupun masih bingung memikirkan, betapa dia menolakku tanpa alasan, padahal kelihatannya, eh sute, apakah ada sesuatu yang terjadi?" Ouwyang Tek memegang lengan sutenya erat-erat dengan hati tegang.

"Peristiwa yang membingungkan sekali, suheng. Aku sendiri heran mengapa mereka begitu picik pandangan dan mengambil keputusan gila seperti itu. Persoalannya begini...... Suheng masih ingat ketika kita bertemu dengan mereka pertama kali setahun yang lalu?"

Ouwyang Tek mengangguk. "Di Istana Air bersama guru kita dan Liong Losu, dan Yu Lee Si Pendekar Cengeng."

"Nah, ketika itu, dua orang nona ini tertawan musuh dan hampir saja diperkosa oleh Yang-ce Su-go. Baiknya pada saat yang amat berbahaya itu muncul Yu-taihiap yang menolong mereka dan merobohkan Yang-ce Su-go. Setelah dibebaskan, kedua orang nona itu membunuh Yang-ce Su-go dan...... mulai saat itulah mereka merasa tidak bebas dan tidak mungkin dapat menjadi isteri orang lain. Itulah sebabnya mengapa mereka menolak cinta kasih kita."

Pendekar CengengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang