Part 8

324 27 2
                                    

"Yak.. Old face, dimana kau. Cepatlah, aku sudah lelah menunggumu di sini. Keluarlah dari bandara dan menujulah tempat parkir. Aku sudah menunggumu di si.... Apa, kau sudah berada di rumah. Kau., kau membohongiku. Oh astaga, lihat saja nanti. Awas kau" Hyungwon pun menutup telponnya dengan kesal. Ia pun segera pergi dari bandara.



Sedangkan Old face yang ia panggil hanya bisa tertawa terbahak-bahak mendengar suara Hyungwon yang sudah emosi itu. Kedua orang tua Hyungwon hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah dari wanita muda yang ada di depannya sekarang.





"Kenapa kau senang sekali mengerjakan Hyungwon. Tidakkah kau tau betapa kesalnya ia padamu nantinya. Hehe.., kenapa kau melakukannya Hayoung" tanya ibu Hyungwon di sela tawanya dengan heran.

"Ya ampun bibi Chae, bukankah sangat menyenangkan melihat wajah merahnya itu nanti. Oh ya bibi Chae, nanti jika ia datang ke sini dengan wajah merah marah itu. Bibi tolong fotokan wajah merahnya itu ya bibi Chae. Soalnya aku tidak mungkin bibi mengambil fotonya jika ia sedang marah nanti. Bibi mau kan membantuku ?" tanya Hayoung dengan sangat berharap.

"Kau tenang saja Hayoung, jika bibimu tidak mau melakukannya. Bukankah di sini masih ada paman yang bisa membantumu. Seberapa banyak foto yang ingin kau ambil, paman pasti akan mengambilnya untukmu" jawab ayah hyungwon.

"Ya ampun paman, kau baik sekali" ucap Hayoung segera memeluk ayahnya Hyungwon dengan manja. Ibu Hyungwon pun mendengus kesal.

"Apa bibi tidak baik untukmu ?" tanya bibi tidak terima. Hayoung pun segera menatapnya dan segera memeluk ibu Hyungwon sembari terkikih pelan.

"Hehe.. Jangan marah seperti itu bibi. Bibi juga baik seperti paman. Kalian berdua sama-sama baik, dan oleh karna itu kalian bisa bersatu. Ya.., maklum lah namanya juga sepasang suami istri yang saling pengertian makanya dari itu kalian berdua berjodoh. Dan yang paling aku kagumi adalah, yang satu tampan dan yang satunya cantik dan aku sedikit iri pada paman dan juga bibi. Bukankah perkataanku ini benar ?" tanya Hayoung sembari menggoda keduanya.


"Kau ini..."

"Yak.. Oh Hayoung" teriaknya memanggil nama itu dengan sangat kencang bernada kesal. Hayoung, paman dan juga bibi pun menoleh ke arah suara itu.


"Hyu hyu Hyung... Won" ucap Hayoung tergagap-gagap seraya mata ikut membesar. Lalu beralih menatap kedua orang tua Hyungwon.
"Bibi, paman ambil ponselku dan bersiap-siaplah memfotokan wajah Hyungwon untuk ya" bisik Hayoung dan memberikan ponselnya.


"Kau.., berani-beraninya kau mengerjakanku. Kau tau, hampir satu jam aku menunggumu di sana dan ternyata kau enak-enaknya duduk manis dengan santai di sini" marah Hyungwon berkacak pinggang menahan geramnya. Hayoung menatapnya hodoh.

"Maaf Hyungwon, tadi aku salah mengirimkan pesan. Pesan itu bukan untukmu melainkan untuk temanku yang ada di sini. Hehe, kau jangan marah ya" jelas Hayoung berbohong. Hyungwon berdecak kesal.


"Apa kau sedang menipuku. Oh ya ampun Old face, jangan berbohong ya. Kau sengaja kan membuatku menunggumu di bandara. Tidakkah kau tau, cuaca di luar sana begitu panas dan kulit putihku ini hampir saja akan terbakar oleh karnamu. Kau harus bertanggung jawab atas perbuatanmu itu" ucap Hyungwon melipat tangan di dada. Hayoung memutar kedua bola matanya malas.

"Apa itu tidak berlebihan Hyungwon ?" tanya ibunya heran. "Aku tidak mau tau" jawab Hyungwon yang geram itu.

"Bagaimana jika aku tidak mau ?" tanya Hayoung melipat tangannya di dada. "Apa" kaget Hyungwon.


"Aku katakan sekali lagi, bagaimana jika aku tidak mau ?. Kau tidak bisa memaksaku kan ?. Paman bibi apa kalian sudah mendapatkannya ?" tanya Hayoung. Ibu Hyungwon pun menyerahkan ponsel Hayoung padanya.
"Ya, ini Bagus sekali" gumam Hayoung terkikih menatap ponselnya.

Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang