Part 33

253 21 24
                                    


"Ha ha hachi.... Hachi" suara bersin terus menggema di sebuah rumah kontrakan sederhana milik Wonho. Wonho yang sedang mengerjakan beberapa tugas pun merasa risih. Di letakkannya kasar dokumen itu di atas meja.

"Yoon Bomi, aku akan masuk ke kamarmu" ucap Wonho sebelum memasuki kamar Bomi. Sebelum itu juga, Bomi mempersilahkannya untuk masuk ke kamarnya.

Klek..
Suara knop pintu berbunyi.
Wonho memasuki kamar bernuansa pink dan menghampiri sang pemilik kamar. Bomi.


"Ada a.. Chi. Ada apa. Hachi" Bomi terbersin-bersin. Wonho melipat tangan di dada dan menatapnya kesal.

"Apa kau tidak bisa mengecilkan suara bersin yang berisik itu. Aku sedang mengerjakan beberapa tugas dan aku terganggu dengan suara itu"

"Maaf,  Wonho. Hachi... Aku tidak sengaja melakukannya. Lagi pula, aku juga tidak mau seperti ini. Lihatlah hidungku sudah memerah karnanya. Jadi kau maklumi saja untuk masa sekarang ya" ucap Bomi bersalah. Wonho menghela napasnya berat seketika mendengarnya.

"Memang bukan salahmu jika kau ingin bersin dan sejujurnya memang salahmu mengapa kau berhujan kemarin dan tidak langsung pulang. Ya sudah lupakan apa yang aku katakan. Apa kau sudah meminum obat. Biasanya jika sudah bersin kau akan pilek dan jika kau tidak kuat, kau akan deman secara bersamaan. Apa kau sudah meminum obatmu ?" tanya Wonho dan duduk di sebelah Bomi yang sedang duduk bersandar pada dinding ranjang, membaca buku novel seraya satu tangan memegang selembar tisue. Bomi mengangguk pelan.

"Sudah. Ha ha hachi" jawab Bomi singkat dan bersin kembali. Wonho segera menutup wajahnya cepat.

"Ah, pengotor. Jika sudah sebaiknya kau tidur dan istirahat secukupnya. Mungkin kau akan terkena demam jika kau tidak cepat tidur. Berhentilah membaca novelmu itu" nasehat Wonho. Bomi menatapnya jail.

"Kau khawatir sekali padaku. Aku baik-baik saja. Wonho" ucap Bomi menggodanya.

"Aku khawatir padamu hanya sekali saja dan bagaimana pun juga kau adalah seperti sebuah Harta untukku. Jika kau sakit maka pasti nantinya aku yang akan mendapatkan masalah. Sebaiknya kau tidurlah ya" ujar Wonho beranjak pergi meninggalkan segurat kebingungan terlukis di wajah Bomi.

"Apa yang dia katakan, aneh. Seperti sebuah Harta. Sebenarnya siapa yang sakit. Aku atau dia" gumam Bomi keheranan merasakan dahinya sendiri.

Besoknya.....



"Astaga, sepertinya aku benar-benar akan pilek seperti Wonho katakan" oceh Bomi. Sembari membolak-balik buku catatan dokumen.

Kring.. Kring..
Telepon berbunyi, Bomi segera mengangkatnya dengan malas. Bomi hanya mengangguk mendengarkan ucapan dari seberang sana dan hanya mengatakan.

"Baiklah. Hachi~" Bomi kembali bersin bersamaan dengan menjawab panggilan itu. Bomi pun segera menutup telponnya dan beranjak mengambil beberapa berkas.
Sedangkan di seberang sana. Terlihat Hyungwon mengernyit bingung ketika meletakkan telponnya.

"Apakah dia sedang sakit ?. Tetapi, apa masalahnya denganku" gumam Hyungwon.

Ttok.. Ttok.. Ttok..
Ketukan pintu berbunyi dan Bomi lah yang mengetuk pintu itu. Dengan membawa berkas yang di pinta oleh sang direktur. Bomi segera menyerahkan beberapa berkas itu kepada sang bos.


"Letakkan saja di meja" ucap Hyungwon sibuk mengecek beberapa dokumen. Bomi pun meletakan di atas meja sesuai perintah bos. "Sebentar lagi kita akan ada pertemuan dan bersiaplah" pesan Hyungwon lagi. Bomi hanya bisa mengangguk.

"Jika sudah ha hachi, tidak ada lagi hachi, permi ha ha"

"Hentikan ucapanmu dan juga, hentikan bersinmu itu. Aku tidak mau di jangkiti olehmu" potong Hyungwon ketus, Bomi segera menutup mulutnya cepat tanda mengerti namun mata menunjukkan rasa kesal. "Kau tidak usah ikut rapat. Aku tidak mau klienku terjangkit olehmu juga. Pergilah" usir Hyungwon. Bomi membungkuk hormat dan berbalik badan.

Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang