Part 7

305 27 2
                                    


Seorang wanita cantik bertubuh tinggi langsing baru saja keluar dari pesawat. Ia pun melepaskan kacamata hitamnya sembari tersenyum bahagia. Ia pun membentangkan tangannya dengan sangat lebar dan menghirup udara segar.



"Hhemm... Menyegarkan" gumamnya pelan. Ia pun menyeret kopernya menuju pintu utama keluar masuknya bandara. Ia pun melirik ke arah jam yang ada di tangannya dan ia pun meraih ponselnya di tas kecil miliknya.

"Hello.., siang , aku sudah ada di bandara sekarang. Cepat jemput aku ya. Baiklah, aku akan menunggu kedatangan kalian. Ya. Hati-hati di jalan. Ya" ia pun menutup panggilan telepon itu, setelah membuat panggilan telepon barusan. Ia pun duduk di bangku dekat bandara dan memainkan ponselnya. Tidak berlangsung lama, sebuah mobil hitam pun tiba di depan pintu utama keluar masuk bandara.



"Apa kau sudah menunggu lama ?" tanyanya ramah. Wanita cantik itu pun mendongakkan kepalanya dan sebuah senyuman pun langsung mengambang di wajahnya.

"Sudah tentu, tapi tidak juga. Ayo kita kembali ke rumah, aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengan orang-orang yang ada di rumah. Ayo" ucapnya memasuki mobil orang yang menjemputnya. Orang itu pun hanya bisa tersenyum menanggapi sikapnya itu.



Di lain tempat....




Tunggu-tunggu, jika aku ingin membantu Wonho. Maka otomatisnya aku harus pulang lebih awal dari kantor ini. Tapi.. Bagaimana caranya. Bahkan aku sendiri tau jika direktur baru itu sangat menyebalkan berbanding terbalik dari wajahnya yang terlihat lembut hangat seperti tidak berdosa. Astaga, apa alasan yang harus aku ajukan untuk pulang lebih awal dari sini. Tidak mungkin juga aku harus mengatakan jika aku sedang tidak enak badan secara mendadak. Tapi.., mungkin saja ide ku ini bisa membuatku diizinkan pulang oleh direktur itu. Ya.. Aku harus mengatakan jika aku sedang sakit. Lagi pula apa yang aku yang lakukan ini adalah hanya untuk temanku Wonho, aku harus membantunya. Walaupun harus berbohong... batin Bomi. Ia pun beranjak dari kursi dan menuju ke ruangan Hyungwon.




"Hei.. Kau ingin kemana. Apa kau akan ke ruang direktur Chae ?" tanya Namjoo heran karna ia tidak melihat apapun barang yang ada di tangan Bomi. Bomi tidak membawa apa-apa ditangannya, hanya tangan kosong tanpa berkas maupun kertas.

"Bukan urusanmu. Ok" jawab Bomi singkat.

"Menyebalkan" ujar Namjoo kesal padanya. Tidak mau tau, Bomi pun mengetuk pintu itu dan masuk ke dalam ruangan dengan wajah lemas tidak bersemangat.



"Galak sekali wanita menyebalkan itu. Aku pikir tidak akan ada pria yang ingin berkencan dengannya di dunia ini. Jika itu terjadi maka para pria itu buta dengan wajah dan sikapnya yang tidak sesuai itu. Huh, memikirkannya membuatku kesal padanya" oceh Namjoo.

"Untuk apa kau memikirkan perkataannya itu. Bukankah ia memang seperti itu. Kata-kata yang bisa membuat kita kesal memang selalu terlempar keluar dari mulutnya itu. Bersabarlah untuk semua itu. Ok"

"Wow.. Naeun. Bahkan aku sekarang berpikir kau ingin menjadi sepertinya. Apa aku tidak salah dengar. Kau mengatakan ok kepada Namjoo. Bukankah kata itu selalu ia katakan jika sedang berbicara untuk mengatakan tenang saja. Apa kau ingin menjadi seperti dirinya ?" tanya Chorong yang ikut bergabung dengan obrolan Namjoo dan Naeun. Keduanya pun menatap Chorong heran.
"Kenapa, kenapa melihatku seperti itu. Aku tau jika aku sangatlah cantik di mata kalian. Tapi bisakah kalian mengecilkan mata kalian itu ketika melihatku. Bisakan ?" tanya Chorong lagi.



"Hehe.. Bukan seperti itu Chorong. Maksudku bukan aku mengatakan kau tidak cantik. Tapi hanya saja aku sedikit bingung denganmu. Apa kau tidak cemburu melihat Bomi masuk ke dalam ruangan direktur yang kau sukai itu hah ?" tanya Namjoo ragu.

Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang