Part 35

173 22 2
                                    


Sinar Mentari pagi dengan cahaya yang begitu terang, memasuki sebuah rumah kecil yang sederhana. Sang pemilik rumah terbangun oleh sinar itu. Ia mengerjapkan matanya berkali-kali. Sinar matahari saat ini sangat cerah sehingga ia sedikit menyipitkan matanya.
Ia merasa malas ingin beranjak dari kasur empuk miliknya yang ia punya ketika berada di rumah itu. Namun segurat kebingungan ia rasakan saat ini. Bomi.

Bagaimana aku bisa berada di atas kasur. Bukankah,, seingatku, aku berada di luar dan memakan semangkok mie instan semalam. Astaga, padahal aku tidak minum, minuman keras. Kenapa aku bisa lupa. Apakah aku beranjak dari lantai ketika tidur dan berjalan mencari kasur empuk lamaku ini ??... Ya itu bisa saja terjadi... pikir Bomi dan merasakan keningnya, namun sesuatu barang yang lembut ia rasakan. Yang ternyata sebuah handuk kecil menempel lekat di keningnya. Ia mengerenyit heran.

"Kapan aku mengompres diriku ini. Astaga, Bomi kau pelupa berat. Karna demam kau menjadi seorang pelupa. Dasar cepat pelupa" rutuk Bomi pada dirinya. Ia pun bangun dan duduk di atas kasurnya, ketika ingin turun. Ia tersandung dan ya, ia pun terjatuh.

Ia terdiam kaku dengan posisinya sekarang. Bola matanya membesar seperti bebola bakso telur. Ia tersandung bukan karna barang, tetapi...

"A.. Pencuri" teriak Bomi segera bangkit mengambil penyapu entah datang dari mana ia dapat. Seseorang yang ia lihat memakai masker dan tidur di lantai itu pun terkejut. Bomi memukul-mukul orang itu berulang-ulang kali tanpa ampun. Orang itu malah mengaduh kesakitan sesekali mengumpat kesal.

"Apa yang kau lakukan hah. Ini aku, bodoh" jelas orang itu singkat, Bomi terus memukul tidak mau tau. Karna penjelasannya kurang jelas.

"Dasar pencuri. Berani-beraninya kau datang kemari dan mencari masalah denganku. Jangan kau berpikir aku seorang perempuan kau bisa menakutiku. Awas kau ya, aku akan memukulmu sampai mati"

"Hei.. Konyol, apa kau tidak kenal denganku ?" tanya orang itu, Bomi tercekat dan berhenti memukulinya dan berfikir seketika itu juga. "Ini aku" tambah orang itu mengelus tangan kakinya sakit.

Konyol.. Hanya ada satu orang yang memanggilku dengan sebutan itu. Apakah dia.. batin Bomi terkejut. Ia pun melemparkan sapunya ke sembarang tempat.

"Di di direktur Chae, a apa apa itu kau" teka Bomi terbata-bata karna takut. Orang itu pun mendengus kesal dan membuka masker yang ia gunakan. Bomi tambah terkejut ketika dugaannya benar dan sukses matanya ikut membesar saat ini juga.

"Ya, ini aku. Direktur Chae, bosmu. Bukannya berterima Kasih, tapi ini malah memukulku sesuka hati" omel Hyungwon.

"Maafkan aku, sungguh aku tidak tau jika itu direktur. Maafkan aku" ucap Bomi bersalah dan membungkuk berkali-kali tanda bersalah.

"Seharusnya kau sadar dan tau jika ini aku. Kau mempunyai mata kan untuk melihat ciri-ciri dari seseorang. Bahkan dari berpakaian saja kau bisa mengenalku. Astaga, kaki dan tanganku terasa sakit sekali" ujar Hyungwon kesakitan.

"Maaf. Lagi pula mana aku tau jika itu adalah direktur. Direktur memakai masker, berpakaian sedikit berbeda dari yang biasa aku lihat dan aku adalah seorang perempuan dan tentu saja aku harus menyelamatkan diri sendiri dari bahaya ketika mendapati orang asing ke rumah. Tidak sepenuhnya itu salahku bukan dan aku tidak bisa melihat ciri-ciri seseorang. Karna aku tidak mau tau itu" jelas Bomi membela diri.

"Kau sudah nyata bersalah, namun kau malah menyangkalnya. Setidaknya, dalam 10 orang yang berada di dekatmu. Paling tidak kau mengenal 2 atau 3 di antaranya kan"

"Aku tidak memiliki 10 teman. Tetapi aku hanya memiliki 1 teman dan itu Wonho. Aku hanya mengenal ciri-ciri dari Wonho saja. Ia pria tampan sedunia, ia baik hati, ia sayang padaku, ia memiliki suara yang begitu merdu dan..."

Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang