Part 3

458 31 2
                                    


Apa aku harus bertanya padanya sekarang. Tidak-tidak. Tapi jika aku tidak bertanya, maka rasa penasaranku tidak akan terjawab. Lagi pula, sepertinya ia sudah siap untuk pergi.. batinnya melirik ke arah Bomi.




"Kenapa menatapku seperti aku adalah sebuah emas berharga yang tidak bisa lepas dari matamu. Apa kau mulai tertarik padaku ?. Aku tau jika kau memiliki kata tertarik denganku, bagaimana pun juga aku adalah wanita yang cantik nan menggemaskan bukan. Aku tau, aku sadar dengan semua itu" ucap Bomi membanggakan dirinya.

"Berarti benar apa yang dikatakan oleh teman sekantormu itu. Bahwa kau adalah wanita yang percaya diri melebihi tingkat dewa. Apapun yang kau katakan tentang tertarik itu maaf ya, aku tidak tertarik kepada temanku sendiri. Apalagi kepada wanita yang percaya dirinya melebihi seorang dewa" ejeknya pada Bomi.



"Jangan mendengarkan omong kosong dari teman ku yang ada dikantor. Mereka semua sangatlah iri padaku, kau harus tau itu" ucap Bomi tidak terima dan mendapatkan tawa dari temannya. Bomi meliriknya kesal.

"Hehehe, jangan marah. Kau akan terlihat seperti nenek-nenek nanti hehehe. Oh ya, apa kau yakin akan kembali bekerja hari ini ?" tanya teman satu rumahnya sembari tertawa, siapa lagi kalau bukan Wonho.



"Sudah tentu aku akan pergi bekerja, aku bukan sepertimu. Jika sudah sakit seperti anak kecil yang harus di urus" ejek Bomi. Wonho menatapnya malas.
"Lagi pula aku sudah sembuh sepenuhnya. Kenapa ?" Bomi mengerutkan keningnya menatap Wonho.

"Tidak. Aku hanya bertanya saja padamu. Apa itu salah ?" tanya Wonho balik.



"Sudah tentu salah. Tadi aku sempat berpikir bahwa kau akan menanggung biaya hidupku sehingga aku tua nanti, mendengar itu aku menjadi begitu sangat senang. Membuatku berdecak kagum padamu, tetapi semua itu membuatku berpikir kembali. Jika ada yang mau menanggung hidupku tanpa aku bekerja sama sekali maka dia adalah seorang malaikat dan kau tidak tampak seperti malaikat yang aku lihat. Membuat perasaan senangku menciut seketika" ujar Bomi mendapatkan tatapan maut dari Wonho.
"Hehehe.., aku bercanda" ujar Bomi kembali tertawa bodoh.

"Hidupmu memang penuh dengan candaan, sehingga aku juga sempat berpikir tentang ini. Seorang pria secara terang-terangan meminta seorang wanita untuk menjadi istrinya. Apalagi si pria adalah seorang pria yang kaya dan berasal dari keluarga berada. Jika aku melihatmu, kau tidak cocok sama sekali untuk hidup dengan kemewahan seperti itu" ejek Wonho.



"Jangan memandangku dengan satu matamu. Lihat saja nanti, aku pasti akan membuktikan padamu jika aku sangat cocok dengan segala kemewahan"

Apa ia tidak mengerti dengan ucapanku... batin Wonho keheranan.
"Wow, perkataan penuh dengan keyakinan. Baiklah, aku akan menunggu dan melihat semua itu. Apa kau bisa atau tidak bisa sama sekali" ucapnya menantang Bomi.

"Baiklah. Tunggu dan lihat saja nanti" Bomi membalas ucapan Wonho dengan tegas.




"Baiklah-baiklah, pembicaraan yang barusan kita bicarakan kita lupakan saja. Oh ya, kau ingin pergi bersamaku atau tidak" tanya Wonho.

"Jika aku memiliki kendaraan pribadi, aku akan pergi sendiri dari pada harus pergi bersamamu. Ya.. Dengan terpaksa aku akan mengatakan baiklah, aku akan pergi bersamamu" ucap Bomi menghela napasnya dengan sangat berat.

"Aku tau kau tidak akan menolak ajakkan orang tampan sepertiku. Naiklah ke motor bersama orang tampan sedunia ini. Sebelum waktumu habis yang terbuang sia-sia karena gerak lambatmu itu" Wonho kembali mengejek. Bomi pun menaiki motornya dan Wonho pun segera menjalankan motornya di jalan.



Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang