Keep Calm Because I'am Diva

2.8K 196 10
                                    

Jessica Veranda

Siapa yang tidak tahu dengan nama itu?

Nama yang digandrungi oleh banyak lelaki maupun wanita.
Nama yang mempunyai aura tersendiri saat menyebutkannya.
Nama yang membuat seseorang akan mengalihkan fokus apabila mendengarnya.

Seorang model papan atas yang lebih sering berpose datar, eksotis dengan tatapan tajam menusuk menembus retina si penglihat.

Diva adalah julukannya. Nama panggung bagi pengagumnya. Baik mengagumi paras, tubuh, materi maupun hasil karyanya.

Ve, panggilan kecilnya untuk orang-orang yang mengenalnya di luar profesinya. Panggilan yang lebih ia suka daripada Diva.

***

"Ve.. Mau pinter kayak lo" ucap Jeje menarik-narik baju seragam Ve. Saat ini mereka sedang berjalan menunu kantin.

"Jijik sih, Je. Gak cocok lo menye-menye gitu" ucap Ve menatap malas ke arah orang sebelahnya.

"Bodo amat, Ve! Pesenin gw bakso sana" ucap Jeje duduk dan mendorong sedikit tubuh Ve ke arah tukang bakso.

"Kampret, lo!" kesal Ve namun tetap memesankan bakso dua porsi untuknya juga sahabatnya.

Keseharian Ve hanya bersama Jeje.

Jessica Vania.

Seorang wanita yang sangat ramai menurut Ve. Namun ia sangat beruntung mempunyai Jeje. Setidaknya ada satu orang yang mau menjadi sahabat Ve, seorang wanita yang cantik dan jenius namun angkuh, acuh, irit bicara serta hemat senyum bahkan tertawa.

Kecantikan Ve sudah terlihat sejak ia kanak-kanak. Begitu juga dengan kejeniusannya.

Berkat kejeniusannya, Ve sebenarnya dapat saja naik kelas lebih cepat. Namun ia sangat bosan dengan teman-teman kelas akselerasi. Mereka semua hampir satu tipe dengannya.

Ia lebih memilih kelas reguler agar dapat berteman dengan orang-orang seperti Jeje dan sebangsanya.

Meski di dalam kelas ia juga sangat bosan, namun ia mempunyai cara untuk mengatasinya. Membaca novel. Ia akan menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk membaca novel dam berimajinasi.

Seperti saat ini.

"Ve.. Ini bukan jawabannya?" tanya Jeje memperlihatkan bukunya ketika mereka sedang diberi tugas.

Namun Ve sangat malas untuk mengerjakan tugas, bukan karena ia tidak bisa, ia hanya bosan.

Ve melihat hasil dari usaha Jeje mengerjakan tugas.

"Nomor 3, 0. Nomor 4, b-a. Nomor 8, 1" jawab Ve mengoreksi jawaban dari Jeje.

"Yaaahhh.. Salah lagi. Oke. Gw cari lagi" ucap Jeje menanggapi dan kembali mengerjakan tugasnya.

Terbukti kan?
Ve memang sejenius itu. Hanya melihat soal saja ia sudah mengetahui jawabannya itulah mengapa ia merasa sangat bosan.

"Ve.. Sibuk ga?" Tanya ketua kelas mereka yang sudah menyelesaikan tugasnya.

Tanpa menunggu kalimat lain, Ve segera mengambil buku cetak Jeje, maju ke depan kelas, menulis jawaban dari tugas mereka di papan tulis lalu kembali duduk.

"Thanks, Ve" ucap ketua kelas mereka yang bernama Mario. Ve hanya menganggukkan kepalanya dan kembali membaca bukunya.

Lalu mereka semua mengoreksi jawaban teman sebangku. Kalau Jeje dengan teman di depannya karena Ve tidak mengerjakan tugas lalu mereka memberi buku pada ketua kelas untuk diberi nilai oleh guru.

"Ve.. Nanti ada pemotretan?" Tanya Jeje usai mengumpul bukunya. "Ada, Je. Jam 2, mungkin cuma dua jam. Kenapa?" Tanya Ve tanpa mengalihkan pandangannya dari novel.

"Udah kelas 3 aja lo masih ambil job?" Ucap Jeje tidak percaya dan menggelengkan kepalanya. Ve hanya tersenyum menanggapi.

Tidak lama kemudian, bel istirahat berbunyi. Jeje dan Ve berjalan bersama menuju kantin.

Seperti yang lainnya, mereka memesan makanan kantin yang ada. Jeje yang memesan.

"Ve.. Katanya ada anak baru" ucap Jeje begitu menaruh pesanan mereka di atas meja.

"Terus?" Tanya Ve mulai mengambil sambal untuk dicampur ke dalam kuah baksonya.

"Katanya juga cantik, Ve" ucap Jeje antusias karena tadi ia sempat bergosip ketika memesan makanan.

"Gw ga peduli, Je" ucap Ve mulai menyendokkan bakso ke dalam mulutnya.

"Hih.. Ve.. Lo kan belum liat orangnya" kesal Jeje yang juga ikut memakan baksonya.

"Emang lo udah?" Tanya Ve menatap Jeje. Jeje menggeleng dan menunjukkan barisan gigi putihnya.

Ve mendecak kesal dan kembali fokus pada baksonya.

***

Masa SMA, masa-masa paling indah yang dapat membuat Ve selalu tersenyum bahkan tertawa.

Tepatnya kelas tiga SMA, dimana Ve menjadi rajin mengerjakan PR dan tugasnya.

Masa dimana Ve tahu apa yang akan ia lakukan untuk masa depannya.

Namun semua hancur dalam sekejap mata.
Hilang sudah tawa dan senyumnya dalam seketika.
Ve kembali menjadi angkuh dan acuh.
Hal tersebut terjadi saat mereka kelulusan.

Ve hanya menyandang nama Diva. Tidak Ve apalagi Veranda.

Berbekal tabungannya, Diva mempunyai sebuah unit rumah mewah.

Rumah impiannya saat sekolah. Rumah yang menjadi tempatnya menumpahkan semua air mata dari kesakitannya.

Hanya di dalam rumah ia dapat menjadi Ve. Menjadi seorang Veranda.

Saat ini, ia menjadi model yang sangat terkenal dengan Jeje sebagai managernya.

Bersama Jeje, ia tetap menunjukkan Divanya. Tidak ada lagi yang dapat ia percaya.

Saat hatinya kembali sakit dan ada Jeje bersamanya, ia hanya akan menggigit bibir bawahnya.

Ia menangis dalam diam. Sebelum ia menghabiskan air matanya dalam ruangan peristirahatannya.

"Ve.." Ucap Jeje yang saat ini sedang memainkan hpnya melihat jadwal pemotretan Ve.

"Kenapa, Je?" Tanya Ve menatap Jeje meski ia sedang merapihkan dandanannya.

"Pemotretan ini sampe jam 5? Acaramu jam berapa?" Tanya Jeje hati-hati ketika membahas acara Ve.

"Oh.. Itu.. Jam 7 kok. Gw masih ada waktu satu jam untuk tidur" ucap Ve santai.

"Ve.. Kamu ga lelah?" Tanya Jeje heran dengan jadwal Ve yang sangat padat.

"Keep calm because i'm Diva" ucap Ve mendelik dan tersenyum sangat tipis ke arah Jeje.

"Kamu tidak ingin berhenti, Ve?" Ucap Jeje hati-hati. Sungguh ia miris dengan kehidupan Ve dalam dua tahun belakangan ini.

"Kamu tahu aku lebih dari siapapun, Je" ucap Ve. Ada kesedihan dalam kalimat yang dilontarkan oleh Ve. Semua sakit hatinya terdapat pada kalimat tersebut.

"Sudah dua tahun, Ve. Kita belum juga menemukannya" ucap Jeje merasa sedih dan frustasi.

"Aku akan tidur. Bangunkan satu jam dari sekarang. Kamu juga istirahat" ucap Ve meninggalkan Jeje dengan bibir bawah yang sedang ia gigit.

Jeje menghela napasnya pasrah. Ia tidak tahu harus berbuat apa untuk sahabat tercintanya.

----

Buat yg semalem udah liat gw update, maaf ga bisa kebuka, ada masalah jaringan.

DivaWhere stories live. Discover now