Tiga bulan kemudian.
"Bang.. Lo udah selesai ajasih" keluh Sinka menatap Paul yang sedang menghembuskan asap rokoknya ke udara.
"Ya mana ku tahu. Tapi kan Naomi sama Gre juga gila-gilaan sih sama proyek ini. Tunggu aja" Sinka menghela napasnya pasrah akan ucapan Paul yang memang benar adanya.
"Gimana sama Jeje?" tanya Paul menaikkan alisnya. "Gaklah, bang. Cocok jadi kakak aja. Lagi ga mau mikirin cinta-cintaan juga, maunya menikmati keindahan semesta. Makanya mau ikut Bangkell atau mungkin Bang Paul keliling. Boleh, bang?" Tanya Sinka dengan senyum manisnya.
"Boleh banget dong. Kabarin aja, abangmu ini akan selalu siap sedia" Paul menepuk dadanya bangga sementara Sinka terkekeh melihat kelakuan abang tidak sedarahnya.
"Beneran siap sedia lo?" Tanya Kell memberikan kopi kepada Sinka dan juga Paul. "Kalo dari kalimat lo sih rasanya gw mau tarik kalimat deh" lalu mereka bertiga tertawa bersama.
Hari-hari berlalu, tidak terasa kini mereka sudah menjajaki bulan keenam untuk mega proyek milik Neang Ry. Waktu yang cukup sangat lama bagi mereka, terlebih lagi bagi Naomi. Sungguh, ia merindukan kekasihnya saat ini.
"Lelah?" Tanya Gre memberikan Naomi susu coklat yang langsung diambil oleh Naomi dan tersenyum pada Gre yang duduk di hadapannya.
"Minggu ini kita selesai kok. Semoga lancar semuanya ya" Gre sangat mengerti perasaan Naomi mengingat hampir setiap hari Gre mendapati Naomi berdiam di tengah malam menatap pekatnya langit bertabur bintang.
Naomi hanya mengangguk dan menyeruput minumannya sembari melihat ke arah Sinka dan Kell yang baru saja datang menghampirinya.
"Kelar, bos. Gimana?" Tanya Kell menaikkan kedua alisnya. Naomi tersenyum dan mengangguk "makasih big bro" yang dijawab anggukan oleh Kell.
***
Satu minggu kemudian, Neang Ry mencoba mega proyek hasil kerja Naomi dan lainnya. Ia tersenyum puas akan pencapaian atas ide brilian miliknya. Ya, meski ia hanya menyumbangkan ide setidaknya itu sangat berharga.
Penutupan percobaan proyek tersebut dihiasi dengan jabat tangan antara Neang Ry dengan Naomi, Papah Naomi, Epona, Sinka, Kell, Paul, Michael dan beberapa kru pekerja serta tanda tangan resmi perjanjian Nenag Ry-Naomi dihadapan mereka semua.
"Senang bekerja sama dengan Anda, Tuan" ucap Naomi memberikan satu kertas perjanjian mereka. "Sama-sama" jawab Neang Ry melipat kertas tersebut.
Setelah acara selesai, mereka membubarkan diri untuk bebersih karena mereka akan lanjut untuk acara perpisahan malam ini juga.
Acara perpisahan diisi dengan makan bersama, berbagi kesan pesan di sekeliling api unggun, bernyanyi, bercerita dan menghabiskan malam bersama.
Keesokan harinya, mereka bertolak pada rencana dan kehidupan mereka masing-masing dengan saling berjanji akan tetap berkomunikasi.
***
"Kalo lo bukan kakak gue, ga akan mau gue ngelakuin ini. Kampret banget" kesal Sinka yang hanya dijawab kekehan dari Naomi di sampingnya.
"Ga usah ketawa lo, Ci. Dendam gw sama lo. Awas aja kalo ATM gw ga keisi" ucap Sinka memberikan tatapan tajamnya pada Naomi. "Iya, dudut. Berisik deh" ucap Naomi mengacak pelan pucuk rambut Sinka.
"Mereka mau sampe nih" ucap Sinka memperlihatkan laptopnya kepada Naomi. "Sip! Yok bersiap" ajak Naomi pada para sahabatnya. "Siyap!" Jawab mereka kompak.
Mereka bersiap dengan perlengkapan masing-masing. Tidak lupa juga keselamatan adalah hal yang utama mengingat Naomi sangat mengambil resiko untuk hal ini. Namun, bukanlah Naomi namanya jika keinginannya hanya sebatas wacana.