Tiba-tiba

1.7K 161 60
                                    

Saat ini mereka sudah pulang sekolah dan Jeje sedang berada di apartemen Ve. Mereka biasa menghabiskan waktu bersama, baik untuk menonton TV, bereksperimen di dapur ataupun hanya tidur.

Profesi Ve sebagai model membuatnya sudah dapat membeli apartemen sendiri.

"Ve.. Lo ngapain sih? Tumben sibuk sama hp?" Tanya Jeje heran. Biasanya Ve akan sibuk dengan novelnya. Hp nya akan ia biarkan tidak tahu dimana karena hanya orang tuanya yang akan menghubunginya.

"Gpp. Udah, nyantai aja lo kayak biasa" ucap Ve tetap asik dengan hpnya.

"Ve.. Pesen makan ya" ucap Jeje berteriak dari ruang tengah karena Ve sekarang berada di kamar.

"Iya, Je" ucap Ve tidak kalah berteriak. Jeje yang jarang mendengar Ve berteriak hanya bisa mengerutkan dahinya dan menggaruk kepalanya.

"Ayam rica-rica ya, Ve" teriak Jeje. "Iya" teriak Ve. "Gak jadilah. Lada hitam gimana?" Tanya Jeje lagi. "Iya, Je" ucap Ve tidak teriak seperti tadi.

"Oke. Gurame saus padang ya, Ve" ucap Jeje menyembulkan kepalanya di pintu kamar Ve. "Serah lo, Je. Seraaaahhh" ucap Ve yang sudah biasa menghadapi berisiknya Jeje.

***

Berbeda dengan Jeje yang saat ini sedang menonton drakor dan memakan cemilan di ruang TV, Ve sedang asik memainkan hpnya di atas tempat tidur.

Ve dan Naomi via Whatsapp.

-aku udah sampai- naomi

-kok lama? Aku aja udah mau pesen makanan lagi- veranda

-tadi jemput adik aku dulu- naomi

-oh.. Adikmu sekolah dimana?- veranda

-di sekolahan. Hehe kamu udah makan?- naomi

-hahaha jayus deh. Jeje lagi pesen makan. Kamu?- veranda

-jeje? Kamu serumah sama dia? Belum aku kan baru sampai- naomi

-dia sahabatku. Teman sebangkuku juga. Dia cuma maen ke apartemenku. Memang sering begini. Ga niat makan?- veranda

-oh.. Boleh dong aku maen ke tempatmu? Mau sih. Tapi ga ada yang masak. Aku sama Sinka belum belanja. Kami kan cuma tinggal berdua. Sinka juga mau kerja kelompok. Kamu mau temenin aku cari makan ga? Aku belum tau jalan- naomi

-boleh banget. Oh gitu. Oke. Kamu kirim alamatnya. Aku setengah jam lagi sampe sana ya- veranda

-beneran?- naomi

-iyalah. Kamu siap-siap ya- veranda

-siap! Makasi verandaku yang cantik- naomi

-sama-sama naomiku yang tak kalah cantik- veranda

Veranda senyum-senyum sendiri melihat chatnya bersama Naomi. Tak terasa pipinya memanas.

Baru kali ini ia merasakan hati yang seperti melayang. Rasanya ingin tersenyum setiap saat.

Ve langsung bergegas begitu Naomi memberikan alamat melalui maps. Ia berdandan casual seperti biasa.

Kemeja putih yang tidak ia kancing dengan jaus putih di dalamnya. Tidak lupa juga kalung hitam yang menjuntai hingga di bawah dada. Ia memakai skinny jeans berwarna hitam dengan sneakers berwarna putih senada pakaiannya. Rambutnya ia gerai dan ia memoleskan lipstik merah muda secara tipis.

***

Ve keluar kamar dan dihadiahi tatapan terkejut dari Jeje.

"Gileeee lu, ndro. Cakep banget. Mau kemana?" tanya Jeje menatap Ve dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Gw mau keluar dulu, Je. Terserah lo ya kaya biasa. Nanti gw kabarin lagi. Kalo kesepian, ajak aja yang laen kesini. Inget! Kecuali kamar gw" ucap Ve tersenyum ke arah Jeje.

"Ve.. Lo beneran kesambet" ucap Jeje berdiri dan mengamati mimik wajah Ve. "Apaan sih lo. Bye, Je. Gw pergi ya" ucap Ve tersenyum dan mengambil kunci mobilnya. Jeje masih terpaku melihat perubahan sahabatnya.

Namun keterkejutannya berubah menjadi senyuman. Ia sangat bahagia melihat sahabatnya berubah menjadi lebih baik.

"Kalau memang lo jatuh cinta, gw akan berterima kasih sama orang itu, Ve. Dia berhasil buat lo bahagia" gumam Jeje setelah melihat mobil Ve keluar dari apartemen.

***

Ve mengendarai mobilnya menuju sebuah rumah di suatu komplek yang tidak jauh dari apartemennya.

Tok. Tok. Tok.

"Ya" ucap seseorang dari dalam rumah.

Naomi membukakan pintu dan tersenyum menatap Ve yang sudah siap di depan rumahnya.

"Hai, Veranda. Masuk dulu yuk. Aku lagi angkat jemuran. Takut hujan" ucap Naomi menggenggam tangan Ve dan mengajaknya masuk. Ve tersenyum dan membalas genggaman Naomi.

"Tunggu di sini aja ya. Aku udah buatin kamu minum. Bentar kok" ucap Naomi melepas genggamannya setelah Ve mengangguk.

Karena bosan, Ve mencoba mengikuti kemana tadi Naomi berjalan. Ke belakang, tepatnya ke arah tempat baju-baju Naomi dijemur.

"Hei.. Kok kesini?" Tanya Naomi begitu melihat Ve mendekatinya. "Ga ada larangan tuh" ucap Ve tersenyum dan berdiri di dinding dekat Naomi.

"Hahaha aku sudah selesai. Yuk" ajak Naomi menggenggam tangan Ve dan mengajaknya keluar.

Usai mengambil tasnya, Naomi mengunci pintu rumahnya dengan Ve yang sedang berdiri di samping pintu penumpang mobil merahnya.

"Silahkan masuk, cantik" ucap Ve membukakan pintu untuk Naomi. Naomi tersenyum hingga Ve masuk dan melajukan mobilnya.

"Mau kemana?" Tanya Ve melirik ke arah Naomi. "Kamu juga belum makan bukan? Kamu suka makanan apa?" Tanya Naomi menatap Ve dengan senyumnya.

"Aku suka makanan Jepang sih.." Ucap Ve sedikit ragu. "Ayo kita ke tempat makanan langgananmu" ucap Naomi antusias. "Kamu serius?" Tanya Ve dan mendapat anggukan cepat dari Naomi.

Ve mengacak pucuk rambut Naomi pelan dan tersenyum lalu melajukan mobilnya menuju salah satu mall yang terdapat resto langganannya.

"Kamu suka makanan Jepang?" Tanya Ve menatap wajah samping Naomi. "Aku mah omnivora, Veranda. Jangan khawatir" ucap Naomi terkekeh dengan jawabannya sendiri.

Ve yang gemas dengan Naomi hanya bisa mengacak rambut Naomi, lagi.

"Kamu tahu? Sejujurnya aku tidak suka ada orang memegang kepalaku" ucap Naomi menatap wajah Ve. "Eh.. Maaf Naomi.." Ucap Ve merasa bersalah. "Tapi entah mengapa aku justru merasa senang saat kamu yang melakukannya" ucap Naomi menggenggam tangan Ve. "Benarkah?" Tanya Ve berbinar. Naomi mengangguk dan mendekatkan tubuhnya pada tubuh Ve.

Sesaat, mereka sudah sampai di resto tersebut. Mereka makan dan berbincang untuk saling mengenal.

Tidak sampai disitu, mereka juga mulai melakukan sentuhan-sentuhan mesra satu sama lain.

Usai makan, Ve mengajak Naomi untuk menonton bioskop. Naomi hanya mengikuti kemanapun Ve mengajaknya karena ia orang baru di Jakarta.

Selama menonton, tangan mereka tidak lepas saling menggenggam bahkan Naomi mulai menyandarkan kepalanya di pundak Ve.

Senyum tidak luput dari keduanya. Ada rasa berbeda yang dirasakan satu sama lain. Rasa yang mereka pikir terlalu cepat. Mengingat baru tadi siang mereka saling mengenal.

Terlebih lagi bagi Ve yang memang sangat acuh. Ia sangat heran dengan hatinya. Apakah ini tidak terlalu tiba-tiba?

"Hah.. Bahkan aku mulai menyukai kata tiba-tiba" batin Ve tersenyum menatap Naomi yang sedang fokus dengan filmnya.

DivaWhere stories live. Discover now