Acara Diva

1.4K 145 114
                                    

Kembali ke masa saat ini.

"Ve.." Panggil Jeje membuka pintu ruangan Ve. Dilihatnya sang sahabat sedang duduk di atas kasur dengan lutut tertekuk dan bertopang dagu di atas kedua tangannya yang terlipat.

Ve sedang menghadap ke arah jendela. Pandangannya kosong, hanya ada air mata mengalir dengan bibir bawah yang sedang ia gigit.

"Kamu ga tidur?" Tanya Jeje mendekat dan duduk di depan Ve.

"Aku kangen dia, Je. Kangen banget" ucap Ve menutup wajahnya di atas tangannya. Tangisnya semakin menjadi. Tidak ada suara, hanya ada bahu yang bergetar.

"Ve.." Ucap Jeje mengelus lengan Ve dengan mata yang berkaca-kaca. Ia tahu betapa rapuhnya sahabat yang selama ini selalu terlihat acuh.

"Aku kangen banget. Kalaupun saat ini dia dateng, meminta maaf dan kembali. Aku pasti akan maafin dia, Je. Aku ga peduli sama sakit hatiku. Aku hanya ingin dia, Je" ucap Ve sedikit samar tertahan air matanya namun Jeje masih dapat mendengar semuanya.

"..."

"Aku akan dengerin semua alasannya. Aku akan segera memaafkannya. Aku ga peduli apapun, Je. Aku cuma mau ada dia. Aku ngelakuin semua ini cuma untuk dia, Je" ucap Ve dengan tubuh makin bergetar. Ia sangat rapuh saat ini.

"..."

"Aku mencintainya, Je. Sangat mencintanya. Sampai kapanpun, hati ini hanya miliknya, Je. Bahkan aku menjaga tubuhku hanya untuk dia, Je. Aku mau dia" ucap Ve menatap Jeje penuh kesakitan dan memeluk sahabat sekaligus managernya.

"Kita akan terus cari dia, Ve. Aku janji akan selalu nemenin kamu nyari dia" ucap Jeje membalas pelukan Ve dan mengelus punggungnya.

"Bener ya, Je" ucap Ve menjauhkan wajahnya dan menatap Jeje. Jeje mengangguk mantap dan Ve kembali memeluk sahabatnya itu.

"Makasih ya, Je. Kita cari dia ya, Je. Aku kangen banget sama dia" ucap Ve dalam pelukan Jeje. Jeje mengangguk.

"Iya Ve. Kita cari. Acaramu gimana?" Tanya Jeje melepas pelukan mereka perlahan.

"Oh iya, aku lupa. Kalau udah mikirin dia, aku bisa lupa segalanya. Besar banget ya efek dia di hidup aku. Padahal kalo inget awal ketemu, aku ga yakin bisa sejatuh ini sama dia" ucap Ve tersenyum mengingat pujaan hatinya.

"Hahaha iya. Aku paham kok. Yaudah, kamu siap-siap. Aku antar kamu. Matamu sembab. Tutup aja" ucap Jeje mengelus rambut Ve. Ve mengangguk dan kembali menghapus sisa air mata yanga da di pipinya.

Setelah itu Jeje keluar ruangan Ve dan menunggunya di dekat lobby sementara Ve bersiap untuk acaranya.

"Naomi.. Aku merindukanmu. Tunggu aku, sayang. Aku akan menemukanmu dan membawamu kembali ke dalam hidupku" ucap Ve tersenyum kala ia mematut diri di cermin meja rias.

Usai berdandan, Ve bersama Jeje menuju ke salah satu apartemen mewah menggunakan mobil Jeje.

"Makasih ya, Je. Satu jam lagi ya" ucap Ve membuka sabuk pengamannya. Jeje mengangguk dan melajukan mobilnya pergi setelah Ve keluar mobil dan masuk ke dalam apartemen.

Sesampainya di salah satu ruangan, Ve memencet bel dan tampaklah seorang wanita seumuran denganya berambut hitam dengan sorot mata berbinar menatapnya.

"Diva?" Tanya wanita tersebut. Ve hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum.

Wanita tersebut mempersilahkan Ve masuk dan menutup pintunya.

"Namaku Melody.." Ucap wanita tersebut duduk berhadapan dengan Ve.

"Aku tidak perlu tahu. Akan lupa juga" batin Ve namun ia hanya menampilkan topeng senyumnya.

"Mau sekarang?" Tanya Ve menatap wajah perempuan bernama Melody tadi.

"Jangan buru-buru, Diva. Tunggu ya, aku ambil minum dulu" ucap Melody berdiri dan meninggalkan Ve menuju ke dapurnya.

Usai membuatkan minum, Melody menaruhnya di meja depan Ve duduk.

"Langsung main apa pemanasan?" Tanya Ve menyesap minumannya perlahan dengan aksen tubuh sexy bagi Melody.

"Kamu sangat sexy, Diva. Kita langsung ke kamar aja ya. Tapi aku mau kita pemanasan dulu" ucap Melody duduk memepet Ve dan mulai mengelus lengan putih Ve yang terbuka.

Ve mengenakan dress hitam selutut dengan model tangan kanan panjang dan bagian kiri memperlihatkan pundak mulusnya.

"Baiklah" ucap Ve menurut saat Melody menarik tangannya menuju kamar.

"Kamu sendiri?" Tanya Ve begitu ia membuka high heels silvernya. "Aku mempunyai istri. Namanya Lidya. Namun, pekerjaannya membuatnya harus ke luar kota dalam waktu yang lama. Aku kesepian" ucap Melody yang sudah membuka ikat pinggangnya.

Ve mengangguk mengerti dan mulai mengajak Melody ke arah ranjang.

Sesampainya di ranjang, Ve mulai merebahkan badan Melody dan membuka pakaian Melody satu persatu hingga menyisakan dua penutup tubuh intimnya.

"Bolehkah aku menciummu?" Tanya Melody dengan kerlingan nakal menatap Ve.

"Seperti yang kamu tahu, selain bibirku" ucap Ve mulai membuka baju dan celananya hingga kini ia berpakaian seperti Melody.

"Boleh aku tahu kenapa?" Tanya Melody duduk sehingga jarak meeka kini sangat dekat.

"Bukan urusanmu. Kamu mau mulai sekarang?" Tanya Ve menelusuri wajah Melody dengan jari telunjuknya.

"For God damn sake.. Let me now how to taste heaven in the world, babe" ucap Melody mulai menjelajahi leher Ve.

Empat puluh lima menit berlalu, semua lenguhan, desahan, peluh dan wangi cinta memenuhi kamar tersebut dan menyisakan deru napas terengah dari keduanya.

"Terima kasih, Diva. Sangat memuaskan" ucap Melody masih berbalut selimut dan menatap punggung Ve yang sedang menggunakan pakaiannya.

"Aku ambil" ucap Ve mengambil amplop coklat di atas nakas. Tanpa menoleh lagi ke arah Melody, Ve melenggang keluar dari ruangan apartemen tersebut.

Di luar, Jeje, sudah siap menjemput Ve. Tatapannya sendu melihat Ve keluar dari apartemen.

"Udah lama?" Tanya Ve begitu ia masuk ke dalam mobil Jeje dan memasang sabuk pengamannya.

"Baru sampai. Tidurlah" ucap Jeje mulai melajukan mobilnya. "Kamu yang paling tahu, Je, kalau aku tidak akan bisa tidur bila sudah memikirkannya" ucap Ve lemah, menatap kosong ke arah jendela di sampingnya.

Jeje menghela napas. Ia tidak bisa melakukan apapun jika Ve sudah menyinggung tentang hatinya.

Ve sangat rapuh dalam hal itu dan dia hanya akan menunjukkan siapa Ve pada Jeje dan Shania.

"Shania udah ada di apartemenmu. Hari ini kami akan menemanimu di sana. Kita ke minimarket dulu ya beli cemilan" ucap Jeje yang sukses membuat Ve menyunggingkan senyum tipisnya.

Inilah hal yang selalu Jeje dan Shania lakukan saat Ve sedang rapuh akan masalah hatinya. Menemaninya hingga ia bangkit dan kembali menjadi Diva.

Ve bersyukur akan hal itu. Setidaknya, ia tidak benar-benar kehilangan. Ada mereka berdua yang akan selalu tau seperti apa porsinya.

DivaWhere stories live. Discover now