Dua minggu berlalu, Naomi menghampiri Sinka yang sedang berjibaku dengan komputer kesayangannya.
"Dut.." sapa Naomi menyandarkan kakinya di meja dan berhadapan dengan Sinka.
"Cici mau apa?" tanya Sinka menunjukkan layar komputernya. Naomi tersenyum miring.
"Nanti kamu akan tahu" ucap Naomi santai. "Ci.." Panggil Sinka saat Naomi hendak berjalan ke luar ruangan.
"Aku tahu apa yang akan aku lakukan. Bersikaplah seperti biasa" Naomi yang alan berjalan, kembali tertahan oleh ucapan Sinka.
"Bagaimana bisa biasa kalau yang Cici tau bukanlah hal yang biasa" ucap Sinka masih menghadap punggung Naomi.
"Kalau itu tidak biasa, mengapa kamu bersikap seolah biasa?" Tanya Naomi yang kini sudah membalikkan badannya menghadap Sinka.
"Cici kemana setelah mengetahui ini? Cici kebiasaan menghindar saat aku ingin bicara serius" Sinka berjalan mendekati Naomi dan berdiri tepat di depannya.
"Kamu kebiasaan serius makanya aku menghindar" ucap Naomi menatap lekat wajah Sinka. "Aku butuh waktu sendiri" Naomi berbalik badan hendak pergi namun pergelangan tangannya ditahan oleh Sinka.
"Pikirkan baik-baik. Jangan sampai menyesal" Sinka menatap wajah Naomi. Naomi menatap pergelangan tangannya. Secara refleks, Sinka melepaskan dan membiarkan Naomi keluar dari ruangannya.
"Shit!" Umpat Sinka dan meninju samsak yang menggantung kokoh di dekat pojokan ruangannya.
"Kenapa, Mi?" Tanya Gre yang bertemu dengan Naomi keluar dari ruangan Sinka.
"Cuma mau liat Sinka" jawab Naomi santai dan meninggalkan Gre yang masih bertanya-tanya.
Gre memasuki ruangan Sinka dan mendapati Sinka sedang meninju samsaknya penuh amarah.
"Sinka.. Kamu kenapa?" Tanya Gre mendekati Sinka yang hendak meninju samsaknya.
Usai meninju terakhir kali, Sinka terduduk di lantai dengan keringat yang membanjiri badannya.
"Apa ini ada hubungannya dengan Naomi?" Tanya Gre duduk melipat kaki di depan Sinka.
Sinka menatap Gre sekilas dan enggan untuk menjawabnya. Ia berdiri dan berjalan ke arah lemarinya untuk mengambil handuk.
Usai membersihkan keringatnya, Sinka mengambil air mineral yang langsung ia teguk.
Gre menatap kelakuan Sinka yang penuh emosi. Ia sangat yakin ini masalah rumit antara kakak-adek cantik tersebut.
Gre memperhatikan gerak-gerik Sinka yang bersikap seolah tidak ada orang lain di ruangannya.
Saat ini Sinka sudah duduk di kursi kebesarannya di depan tiga layar komputer kesayangannya.
Gre berdiri dan berjalan menghampiri Sinka. Ia duduk di pinggiran meja kerja Sinka dan menatap Sinka dalam diam.
"Mau cerita?" Tanya Gre menatap wajah Sinka. Sinka menggeleng dan kembali fokus pada komputernya.
Gre menghela napas dan berdiri. Ia mengacak pelan pucuk rambut Sinka lalu mengecupnya lembut.
"Aku ambilkan makan siang, kita makan bareng disini ya. Kamu tunggu aja" ucap Gre menatap wajah Sinka.
Sinka tersenyum dan mengangguk. "Makasih ya" ucap Sinka tulus. Gre mengangguk dan pergi keluar ruangan Sinka.
Sementara itu, Naomi menemui Kell yang sedang sibuk dengan alat tatonya.
"Kell.." Sapa Naomi dan duduk di samping Kell yang mengisi ulang tinta pada alatnya.
"Hmm.." Jawab Kell tetap fokus.
"Epona cantik ya" ucap Naomi menatap ke arah depan.
"Mana?" Tanya Kell mengalihkan fokusnya ke arah depan.
"Kampret, lo. Giliran Epona aja cepet. Gw manggil di acuhin" kesal Naomi menginjak kaki Kell.
"Aww.. Edan nih cewe. Ya lo kan gw udah biasa liat, ga tertarik juga. Beda sama tuh Dewi Kuda. Kenapa lo?" Tanya Kell kembali fokus pada kegiatannya.
"Neang Ry mana?" Tanya Naomi melihat ke sekeliling basecamp mereka.
"Ciyeee mulai nyariin tuh ekspat. Kenapa lo? Mulai jatuh hati?" Tanya Kell melirik sekilas ke arah Naomi.
"Jangan ngawur! Gw udah punya pacar. Ada urusan aja gw sama dia. Lagipula, gw gamau di bom sama lo" ucap Naomi yang membuat Kell terbahak.
"Paham banget lo sama gw. Penasaran gw sama pacar lo itu. Ve ya namanya? Kok mau sih sama lo?" Tanya Kell yang memang sudah diceritakan oleh Naomi tentang kekasihnya.
"Iya. Ve namanya. Kan lo tau, dulu gw ga seekstrim ini. Lo ga liat gw secantik ini? Naeang Ry dan Epona aja tertarik sama gw" ucap Naomi keceplosan.
"Epona suka sama lo?" Tanya Kell terkejut. "Eh.. Ya suka sama hasil kerja gw kan dia selama ini?" Tanya Naomi menutupi kebohongannya.
"Suka tapi menertawakan. Bawa kotak perkakas aja kaya disuruh mikul dunia" ucap Kell terbahak mengingat Epona tertawa melihat Naomi kesusahan.
"Bahas aja terus, Kell. Bahaasss" kesal Naomi menghentikan kegiatannya. Ia tadi sedang membantu Kell namun langsunh ia taruh.
"Yaaaahhh.. Dia mah ngambekan. Tuh Neang, sanah, katanya dia mau pergi lagi nanti siang" ucap Kell mengambil alih kerjaan Naomi.
Naomi menghadap ke arah datangnya Neang, ia berdiri dan berjalan menghampiri Neang. Ia berjalan berdampingan dengan Neang.
"Ada apa? Kamu berubah pikiran dan menerimaku?" Tanya Neang sedikit melirik ke arah Naomi.
Naomi menatapnya malas dan menghembuskan napasnya.
"Gw ga akan ngubah keputusan gw. Cari yang selevel denganmu saja. Gw mau minta izin" ucap Naomi berjalan santai mengikuti jalan Neang yang memang memperlambat jalan mereka.
"Belum nemu. Kenapa?" Tanya Neang sesekali melirik ke aeah Naomi.
"Ada urusan. Tenang aja, kerjaan gw udah beres dan kalo lo ada komplain, email aja. Bisa gw kerjain dari manapun" ucap Naomi santai. Kali ini mereka sudah sampai di dekat teras rumah Neang.
Neang Ry menatap Naomi dan dijawab anggukan dari Naomi. "Baiklah. Kamu udah nunjukkin loyalitas. Aku percaya. Ambil waktumu. Jangan acuhkan email pekerjaan dariku" ucap Neang.
"Pasti. Makasih ya" ucap Naomi dan dijawab anggukan dari Neang. Neang masuk ke dalam rumahnya sedangkan Naomi kembali ke tempat Kell yang masih sibuk dengan kesukaannya.
"Gimana?" Tanya Kell melirik Naomi yang sudah duduk di samping Kell. "Bisa. Gw titip Sinka ya" ucap Naomi menepuk pundak Kell.
"Mau kemana lo?" Tanya Kell kali ini menghadap ke arah Naomi. "Ada urusan" jawab Naomi santai. "Hah.. Selalu misterius lo. Okelah. Semoga segera selesai" ucap Kell kembali fokus dengan alatnya. Naomi mengangguk dan berdiri. "Gw pergi dulu" ucap Naomi menatap Kell. "Hati-hati" jawab Kell santai.
***
"Naomi...??!!"