Dua minggu berlalu.
"Kell.." Panggil Naomi saat mereka sedang dalam perjalanan pulang ke Indonesia. Kell melirik ke arah Naomi lalu kembali membaca buku Angel and Demons karya Dan Brown yang baru ia pinjam dari temannya.
"Gimana?" Tanya Naomi lagi dengan tetap memutar-mutar hp di tangannya. Kell mengangkat kedua bahunya pertanda tidak tahu harus menjawab apa.
"Tidurlah. Lihat Sinka.. Ga terganggu sama turbulensi sekalipun" ucap Kell melirik ke arah Sinka yang sudab tertidur dari awal pesawar mereka lepas landas.
"Dia belum tidur seharian, Kell. Wajar" jawab Naomi dan diikuti anggukan oleh Kell. Hela napas berat menjadi awal terpejamnya mata Naomi memasuki alam mimpinya. Sedangkan Kell masih asik dengan buku bacaannya.
"Gw ga siap" ucap Naomi menghela napasnya berat. "Lo ga akan pernah siap, Mi" ucap Kell menutup buku bacaannya dan menatap wajah samping Naomi.
"Gimana buku lo?" Tanya Naomi menatap novel tebal di pangkuan Kell. "Lo selalu menghindar kalo gw serius" kesal Kell menatap tajam Naomi.
"Lo selalu serius makanya gw menghindar" Naomi menatap Kell tak kalah tajam. Kell yang sudah paham betul karakter Naomi hanya bisa menghela napasnya malas. Ia menatap Naomi yang kini sudah menyandarkan kepalanya pada kursi dan pandangannya pada awan-awan putih di bawah kaki pesawat mereka.
"Putih, Kell" ucap Naomi yang tahu bahwa Kell masih memperhatikannya. "Kamu suka hitam, Mi. Jelas. Jangan di abu kan" ucap Kell menatap iba pada Naomi.
"Aku ngantuk. Selamat tidur" ucap Naomi memejamkan matanya dan enggan membahas lebih lanjut ucapan Kell. "Yang nyenyak" ucap Kell tersenyum dan kembali membuka novelnya.
Naomi hanya diam. Ia tidak berniat untuk membalas apapun ucapan Kell lagi. Hatinya sedang berontak dengan logika. Ia lelah. Rasanya, tidur seharianpun tidak akan bisa menghilangkan lelahnya.
Benar kata mereka, pekerjaan paling sia-sia adalah menasehati orang jatuh cinta. Ia merasakannya. Dan saat ini ia lelah. Lelah hati, sangat melelahkan segalanya.
Selama perjalanan, mereka tetap pada kegiatannya. Sinka terbuai dalam mimpi di atas awan, Kell terhanyut dengan novel di udara sedangkan Naomi terhimpit di kelelahan hatinya.
Hingga akhirnya perjalanan mereka menuju di satu tempat. Bandara.
"Akhirnya sampai juga" Kell menutup novelnya dan hendak menepuk pundak Naomi. Namun, Naomi telah lebih dahulu membuka mata dan menegakkan badannya.
"Eh.. Ga tidur?" Tanya Kell yang hanya mendapat lirikan datar dari Naomi. Tanpa menghiraukan Naomi lagi, Kell menggoyangkan lengan Sinka. "Dut.. Bangun.." Seru Kell tanpa henti.
"Bangkel.. Udah bangun nih" ucap Sinka malas menunjuk wajahnya sedangkan Kell memperlihatkan gigi putih tanpa dosanya pada kedua kakak beradik di sampingnya.
Setelah turun dari pesawat, mereka bertiga langsung menaiki taksi menuju kediaman Naomi Sinka.
"Kita pulang kan ya?" Tanya Sinka menatap wajah samping Naomi. Naomi diam dan enggan menjawab pertanyaan adiknya yang membuat Sinka mendengus kesal akan sikap sang kakak.
"Bangkel, jual kacang lebih dihargai deh kayaknya" ucap Sinka menatap kesal ke arah jalan di depannya. Kell yang hendak tertawa segera menutup mulutnya begitu ia melihat tatapan tajaman Naomi.
Sepanjang perjalanan, Naomi hanya bungkam. Lain halnya dengan Sinka dan Kell yang terus bersenandung dan bercengkrama tidak jelas.
Sesampainya di rumah, Naomi segera ke atas menuju kamarnya tanpa mempedulikan Sinka dan Kell yang baru menjatuhkan badan mereka di sofa ruang tamu.