Ketika sore hari, Ve mengantarkan Naomi pulang dengan senyum yang tidak lepas dari keduanya.
"Besok mau aku jemput?" Tanya Ve setelah sampai di depan rumah Naomi. "Ga usah, Veranda. Aku ada yang anter. Ga enak juga Sinka jalan sendirian. Gpp kan?" Tanya Naomi hati-hati.
"Gpp kok, Mi. Yaudah. Aku pulang dulu ya. Kamu istirahat" ucap Ve mengelus pucuk kepala Naomi.
Naomi tersenyum dan mengangguk "iya, kamu hati-hati ya" ucap Naomi keluar dari mobil Ve. Setelah Naomi di depan pintu, Ve melajukan mobilnya menuju ke apartemennya.
Sesampainya di apartemen, Ve melihat Jeje sudah tertidur di sofa depan TV nya dengan drakor yang masih menyala dan beberapa cemilan bertebaran di atas meja.
"Hahaha dasar.." Ucap Ve tersenyum. Ia merapihkan posisi tidur Jeje, meyelimutinya, mematikan TV dan merapihkan cemilan-cemilannya.
Lalu ia beranjak ke kamar untuk mandi dan merebahkan badannya.
Keesokan harinya.
"Hai.." Sapa Naomi pada Jeje yang sedang berada di kursi depan di dalam kelas Jeje.
"Hai, Naomi.." Ucap Jeje tersenyum manis menatap Naomi. "Eh.. Kok tau namaku?" Tanya Naomi heran. "Taulah, Mi. Semua orang juga tau kamu. Anak baru yang cantik. Hehehe aku Jeje" ucap Jeje mengulurkan tangannya.
"Huuu Jeje moduuss"
"Pepet terus, Jeee"
"Tarik, manggg"
"Jangan kasih ampun, Jeee"
"Hai, Naomiiii"
Ucap beberapa anak di dalam kelas Jeje. Kelas Jeje sudah hampir lengkap, sisanya hanya diam memperhatikan JeOmi.
"Apaan sih kalian.. Ohya, ada apa, Mi?" Tanya Jeje kembali menatap Naomi dengan wajah sedikit merona.
"Oh.. Itu.. Veranda udah dateng, Je?" Tanya Naomi sembari mengedarkan pandangannya mencari sosok yang kemarin membuatnya bahagia.
"Veranda?? Ve??" Tanya Jeje terkejut. Bukan hanya Jeje, seluruh anak di dalam kelas juga kaget mendengar Naomi mencari seorang Jessica Veranda.
"Iya, Veranda. Ve ya tadi? Dia belum dateng?" Tanya Naomi menatap heran Jeje yang terkejut.
"Naomi.. Ada apa?" Tanya Ve yang baru saja datang dan melihat ke arah Naomi lalu menatap Jeje bingung.
"Kalian udah saling kenal?" Tanya Jeje heran mewakili teman-temannya yang ikut penasaran.
"Udahlah, Je. Makanya aku nyariin Veranda" ucap Naomi tersenyum menatap Jeje.
"Ada apa, Mi?" Tanya Ve masih heran menatap Naomi yang pagi-pagi sudah ada di dalam kelasnya.
"Ini.. Aku buatkan sarapan untukmu. Kamu udah sarapan?" Tanya Naomi memberikan kotak bekalnya.
"Belum sih, Mi. Tapi harusnya kamu ga usah repot-repot. Makasih banyak ya" ucap Ve mengambil kotak makan milik Naomi dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal karena menjadi pusat perhatian seluruh kelasnya dengan perlakuan Naomi.
"Yaudah.. Kita sarapan dimana? Di kelas ini apa di taman?" Tanya Naomi menatap Ve yang sedang merona.
"Eh.. Itu.. Di taman aja ya, Mi" ucap Ve melirik ke arah Jeje yang seolah berucap 'lo punya utang penjelasan sama gue'.
"Oke. Yuk" ajak Naomi menggenggam tangan Ve dan mengajaknya keluar kelas.
Sebelum pergi, Ve kembali menatap Jeje dan memberikan senyum kikuknya.
Setelah VeOmi pergi, Jeje diberi berjuta pertanyaan dari teman sekelasnya.
"Ve kenal Naomi?"
"Kok mereka deket?"
"Sejak kapan?"
"Seorang Jessica Veranda?"
"Je, lo tau?"
"Je, Itu beneran?"
"Je, kok lo bengong?"
"Je.."
"Je.."
"Je.."
Dan banyak lagi pertanyaan menghampiri Jeje sedangkan Jeje sudah tidak mendengarkan. Ia sibuk menatap dua orang yang perlahan menjauh menuju taman melalui kaca jendela kelasnya.
"Jelas kemaren dia ga peduli sama anak baru, kok bisa sekarang deket banget?" Batin Jeje masih mengamati.
"Udah kali, Je, ngeliatinnya. Gitu banget. Cemburu sama siapa lo? Ve apa Naominya" ucap Shania selaku sahabat JeVe.
"Bukan gitu, Nju. Lo denger sendiri kan kemaren dia acuh sama anak baru, eh sekarang kok bisa deket banget gitu ya?" Tanya Jeje mengutarakan pemikirannya.
"Hahaha ya mana gw tau. Kan lo yang kemaren seharian sama dia. Lo minep di tempatnya lagi kan?" Tanya Shania yang memang tahu kalau Jeje sering menginap di tempat Ve karena ia juga seperti itu.
"Apa kemaren itu Ve pergi sama Naomi? Masa iya sih?" Batin Jeje penasaran.
"Iya. Biasa. Ga ada lo, gw nonton drakor sendiri terus ketiduran. Pacaran mulu sih lo" ucap Jeje memukul lengan Shania dan duduk di sampingnya.
"Yee.. Gw jarang pacaran ya. Pas aja Beby lagi senggang. Lo tau lah gimana sibuknya anak OSIS" ucap Shania membela diri.
"Yayaya.. Serah lo aja" ucap Jeje dan memainkan hpnya menunggu bel masuk.
Sesaat setelah bel berbunyi, Ve masuk dengan senyum mengembang.
Seluruh anak bingung dengan sikap Ve karena biasanya Ve akan masuk kelas dengan wajah angkuh datarnya.
"Hai, Nju.. Hai, Je" ucap Ve duduk di samping Jeje ketika Jeje sudah pindah dari samping Shania.
"Ciyee yang jatuh cinta" ucap Shania menggoda Ve. "Ih.. Apaan sih, Nju" ucap Ve malu-malu. "Duh.. Jangan malu-malu gitu deh Ve. Ngegemesin tau ga" ucap Shania tersenyum ke arah Ve lalu berbalik melihat ke arah depan karena guru sudah datang.
Ve masih dengan senyumnya sedangkan Jeje masih dengan rasa penasarannya.
Hari ini, Ve mengerjakan tugas dan mengumpulkan PR. Hal langka yang tidak pernah dilakukan oleh seorang Jessica Veranda.
"Ini PR lo, Ve?" Tanya Mario selaku ketua kelas yang mengumpulkan buku. "Iyalah, Mar" ucap Ve santai membuat seluruh orang yang ada di kelas tersebut terkejut. Tak ubahnya guru yang sedang mengajar.
"Ve.." Ucap guru tersebut mencoba mengurangi rasa penasarannya.
"Iya, bu" ucap Ve sambil tersenyum. Guru tersebut membalas senyuman Ve dan menggeleng.
"Dia jatuh cinta.. Baguslah" batin sang guru tersenyum melihat perubahan baik pada anak didiknya.
Selama jam pelajaran berlangsung, Ve terlihat mengikuti pembelajaran secara baik.
Hal yang sangat jarang ia lakukan mengingat biasanya ia hanya akan fokus pada novel bacaannya.
"Dia jatuh cinta" batin Jeje melihat perubahan baik pada sahabatnya.
Meskipun mereka bersahabat dengan Shania tapi JeVe lebih dekat karena Shania tidak menghabiskan waktu sebanyak JeVe bersama.
"Kenapa sih lo?" Tanya Ve heran menatap Jeje. "Aneh lo" ucap Jeje mengalihkan pandangannya dari wajah Ve.
Ve hanya tersenyum menanggapi dan sesekali memainkan hpnya.
