"Ci.." panggil Sinka menatap Naomi. Naomi mengambil hp Sinka, "bentar ya" ucapnya pada Ve dan berjalan menjauh dari tempat mereka duduk.
Ve menatap Sinka penuh tanya, sementara Sinka hanya diam dan enggan menatap Ve.
Lalu Ve mengambil potongan pizza dan menghidupkan TV yang sempat dimatikan oleh para sahabatnya.
Saat TV telah hidup, berita tentang dirinya langsung terpampang di layar kaca. Ve membesarkan volume nya dan diam mendengarkan. Sementara hening menyelimuti mereka. Mereka sibuk dengan pemikiran masing-masing.
Naomi telah selesai dengan teleponnya bertepatan dengan gosip tentang Ve yang juga selesai.
"Kenapa, Je?" tanya Ve meminta penjelasan. "Gatau, Ve. Gw kecolongan. Tapi lagi diurus kok sama Gio dan David" ucap Jeje menatap wajah Ve yang tenang. Ralat! Wajah Diva tepatnya.
"Kamu kenapa?" tanya Ve tenang, serius dan menatap tajam pada Naomi. Naomi terlihat berusaha menenangkan batinnya guna menjawab pertanyaan dari kekasihnya.
Sementara para sahabat hanya diam. Inilah sosok Diva yang ditunjukkan oleh Ve, meski tetap ada tatapan lembut penuh cinta ketika melihat Naomi.
"Aku harus kembali ke Kamboja" ucap Naomi menatap dalam mata Ve. Ve menghela napasnya. Meski ia sudah siap jika Naomi harus kembali, namun kenyataannya ia tidak akan pernah siap.
"Kapan?" tanya Ve menatap lembut mata Naomi. "Besok" jawab Naomi yang membuat Kell dan Sinka terkejut.
"Ci.." panggil Sinka bingung dengan keputusan kakaknya. "Setelah aku mengantarkanmu. Aku pergi. Tapi aku pastikan akan sering mengunjungimu bahkan cepat menyelesaikan semuanya" ucap Naomi tanpa menghiraukan panggilan Sinka.
"Harus besok banget?" tanya Ve dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Naomi memeluk Ve. Ia tidak kuasa melihat wajah sedih Ve.
Tanpa terasa, air mata Ve menetes di pundak Naomi. Ia memeluk kekasihnya erat. Naomi membalas pelukan Ve, sementara para sahabat mengalihkan tatapan mereka ke arah TV.
"Sayang.." panggil Naomi mengelus punggung Ve. "Kenapa pas aku begini?" kesal Ve di tengah tangisnya. Ia menarik-narik baju Naomi. Naomi mengecup pelipis Ve berkali-kali berharap bisa meredakan rasa kecewa kekasihnya.
"Tiba masanya, tiba akalnya, sayang.. Kita berjuang bersama ya" ucap Naomi yang membuat Ve mengeratkan pelukannya.
Sinka yang mendengar ucapan Ve dan Naomi segera memeluk Yona yang berada disampingnya dan meneteskan air matanya di pundak Yona.
Sementara Shania menggenggam tangan Jeje meski tatapan Jeje tidak berpaling sedikitpun dari TV.
"Tapi kamu ga akan ngelepas aku kan?" tanya Ve memundurkan wajahnya untuk melihat Naomi.
"Cukup sudah aku melakukan kebodohan fatal, sayang. Aku ga akan pernah ngebiarin lagi air mata ini jatuh karena kebodohanku lainnya. Aku ga akan pernah melepasmu, apapun keadaannya" ucap Naomi meyakinkan Ve sembari mengusap air mata di pipi Ve.
Ve mengecup bibir Naomi sekilas dan kembali memeluk erat Naomi. Naomi membalas pelukan Ve tidak kalah erat dan mengecup pelipis Ve lama.
"Sayang.."
"Biarin gini dulu" ucap Ve enggan melepas pelukan mereka. Naomi mengangguk dan mengelus punggung Ve.
"Ngopi yuk" ajak Kell yang membuat Yona mengerutkan keningnya. "Ide bagus. Cafe yang kopinya disini enak, dimana?" tanya Paul yang membuat Sinka mengalihkan pandangannya pada kedua lelaki di hadapannya.
"Yuk.. Gw ada cafe langganan sama Ve dan Shania. Enak kopinya" ajak Jeje menatap Shania. Shania menganggukkan kepalanya menatap Naomi.
Naomi tersenyum dan mengangguk yang membuat Sinka menatap Yona lalu mengangguk bersamaan.