Jeje dan Shania membawa Ve dengan susah payah ke tempat tidur karena Ve terus memberontak dan memberatkan badannya.
"Pulang! Gw mau pulang!" Teriak Ve saat duduk di pinggiran kasur. "Rumah?" Tanya Jeje yang dijawab tatapan tajam oleh Ve.
"Gw mau pulang! Shh.. Gw butuh" ucap Ve memeluk dirinya dengan gigi yang terus beradu. "Iya kita pulang" ucap Jeje mengangguk pada Shania.
Lalu dengan perlahan, mereka beranjak menuju parkiran. Shania mengemudikan mobil Ve sementara Jeje membawa mobilnya sendiri.
Sesampainya di rumah Ve, mereka membaringkan tubuh Ve yang masih menggigil dengan diiringi geretakan gigi.
"Je.. Gw butuh.. Beliin, Nju" ucap Ve yang membuat airmata Shania mengalir semakin deras.
"Kasih aja, Je. Gw ga tega" ucap Shania yang dijawab gelengan kuat oleh Jeje. "Ga boleh, Nju" ucap Jeje sangat tidak setuju. "Kali ini, Je. Ada di laci meja belajar gue. Tolong, Je" ucap Ve sudah sangat memohon.
Jeje menatap Shania bingung sementara Shania masih menangis melihat keadaan sahabatnya.
***
Lain halnya dengan Ve, Naomi kini sedang duduk santai di cafe sambil menikmati wifi gratis.
"Lo darimana, dek?" Tanya Paul melirik wajah samping Naomi yang sedang asik memainkan hpnya.
"Dari Aceh, bang. Lo?" Tanya Naomi tanpa menatap wajah Paul. "Gw dari Medan. Udah keliling-keliling, kenapa ketemunya sama lo lagi lah ya" ucap Paul terkekeh dengan takdir mereka.
"Namanya jodoh, bang. Lo udah ditakdirin jadi kakak yang ngejaga gw. Jadi, mau ke antariksapun gw pergi, lo tetep harus jaga gw" Naomi terkekeh atas ucapannya sendiri yang mendapatkan acakan rambut dari Paul.
Saat sedang asik berbincang, mereka dikagetkan oleh suara seorang wanita yang menepuk pundak Naomi.
"Mi.." Panggil wanita tersebut ragu. Naomi membalikkan badannya untuk melihat orang yang memanggilnya dan seketika pula kekagetannya berubah menjadi senyum sumringah.
"Yona!" Teriak Naomi berdiri dan memeluk sahabatnya. Yona membalas pelukan Naomi tak kalah erat. Ada tangis bahagia di pelupuk mata mereka.
Karena setelah lepas SMA, mereka tidak lagi pernah bertemu. Bahkan selama itu juga mereka tidak berkomunikasi via apapun.
"Yona.." Panggil Paul menatap keduanya yang masih asik berpelukan. "Bang Paul.." Yona menatap Paul bingung sembari merenggangkan pelukannya dengan Naomi.
Naomi menatap keduanya bingung. "Kalian saling kenal?" Tanya Naomi. "Dia sepupu gw. Anak dari adek bokap gw" ucap Paul santai mengacak rambut Yona yang sedang salim dengan Paul.
"Ya Lord.. Sempit banget dah bumi ini. Dia ini sohib gw pas SMA, bang" ucap Naomi yang membuat ketiganya tertawa.
"Kok kalian bisa di Lampung?" Tanya Yona duduk diantara Naomi dan Paul. "Kalo gw sih ga heran bang Paul di Lampung. Lah lo ngapain, Mi?" Tanya Yona bingung.
"Lo banyak keilangan dia, Yon. Dia juga kaya gw. Udah kemana-mana" ucap Paul menyesap kopinya.
"Serius? Kalian darimana sebelum sampe Lampung?" Tanya Yona antusias.
"Aceh.."
"Medan.."
Ucap Naomi dan Paul bersamaan yang membuat Yona menganga mendengarnya.
"KALIAN NGAPAIN??" tanya Yona bingung. "Jalan-jalan" lagi, jawab mereka bersamaan.
"Gendeng!" Ucap Yona menatap wajah keduanya. Sementara yang ditatap hanya menunjukkan senyum sumringahnya.