Ambil Waktumu, Begitu Juga Denganku

1K 125 15
                                    

Saat ini, Naomi sedang meregangkan kedua kakinya meski kelopak matanya masih enggan untuk membuka. Ia masih sangat menikmati gelombang kantuk yang datang.

Naomi mengerjabkan matanya dan melihat keadaan di sekitarnya. Para penumpang di sekelilingnya tertidur. Naomi menghela napas dengan keras.

Tidur.
Suatu kemewahan yang belum lama ini baru saja bisa ia nikmati kembali.

Kursi yang diduduki Naomi berguncang keras. Kedua tangannya mencengkram pegangan kursi secara spontan.

Sejak transit, pesawat yang ditumpanginya beberapa kali digoyang turbulensi. Namun, yang baru saja terjadi mampu melenyapkan kantuknya.

Naomi melirik orang disebelahnya. Orang yang tanpa permisi mengikutinya dengan alasana ingin berlibur.

Kell.
Seorang lelaki yang sedari tadi tidak berhenti memainkan game di controllernya.

Dengan masih asyiknya ia bermain game, Kell melirik balik Naomi. "The turbulence made you nervous? Champagne might help"

"Gw ga minum alkohol, Kell. Lo tau itu. Makasih" jawab Naomi dan malas melihat Kell yang seperti orang berpesta koktail. Ia tidak berhenti memesan sampanye sejak transit mereka dimulai.

Sejak awal mereka menaiki pesawat, Kell tidak berhenti berucap. Naomi yang berharap mendapatkan ketenangan seolah sedang membawa radio rusak yang terus bersuara untuk diperbaiki bersamanya.

"Mi.." Panggil Kell yang matanya masih sibuk dengan gamenya namun ia sangat ingin mengajak Naomi berbincang.

"Kell.. gw cuma punya satu senjata, yaitu bolpoin Mont Blanc Starwalker yang ujungnya runcing ini. Mungkin ujungnya bisa gw pake untuk membolongi kertas tisu dan bisa bikin sedikit pusing kalau dilempar di jidat lo. Just shut up, please" pinta Naomi dengan wajah memelas menghadap ke arah Naomi.

"Oke.. Oke.. Nikmati perjalanan lo" Kell menaruh tangan di depan mulutnya dan membuat gerakan seolah mengunci mulutnya dari kiri ke kanan.

"Good boy" Naomi menepuk pundak Kell dan dibalas tatapan tajam oleh Kell. "I'm not a boy, i'm a man" dengan sedikit decakan, Kell kembali fokus dengan gamenya.

Naomi tertawa dan mulai menyamankan posisinya kembali. "Yeah.. You got that point, my man" ucap Naomi memejamkan matanya. Tanpa Naomi sadari, Kell tersenyum tipis melihat Naomi yang sudah menikmati waktunya di pesawat.

Setelah sampai di tempay tujuan, Kell berjalan sedikit di belakang Naomi sembari menaruh hp di telinganya.

Setelah selesai dengan urusannya, Kell berjalan bersisian dengan Naomi.

"Gimana?" Tanya Naomi melirik Kell yang sedang memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.

"Udah di depan. Jip Wrangler" ucap Kell menaikkan kedua alisnya. "Yayaya... Gw ngikut lo aja" jawab Naomi santai karena kini Kell sudah membantunya untuk membawa kopernya. Naomi tersenyum. Ia sangat beruntung memiliki mereka, orang-orang yang memberi perhatian padanya dengan caranya masing-masing.

Setelah memasuki mobil, Kell mulai melajukan mobilnya untuk memecah keramaian kota. Mobil yang sedang meluncur tersebut bergerak dengan cukup lambat atas permintaan Naomi karena ia ingin menikmati pemandangan di sekitarnya.

Saat lampu merah menuju gerbang tol, ponsel Kell di dashboard bergetar dan berbunyi sekaligus.

"Buset! Berisik banget sih, Kell! Gw tau lo suka Manowar, tapi ga usah dijadiin ringtone dong!" Naomi yang berada di samping Kell protes.

"Gw kan rada budek, Mi. Sinka tuh, angkat aja. Pasti nelpon lo ga aktif"sahut Kell melirik ponselnya dan tetap melajukan mobilnya dalam kecepatan sedang.

"Ya, Dut. Kenapa?" Jawab Naomi setelah menggeser jarinya ke tombol hijau dan menempelkan ponsel Kell ke arah telinganya.

Naomi mendengarkan penjelasan Sinka di ujung sana. Beberapa saat kemudian, Naomi membalas sepotong "okesip". Sambungan telepon itu lalu usai.

"Kenapa?" Tanya Kell tetap menatap jalan dan enggan melirik ke arah Naomi. "Nothing. Tetep ke rencana awal. Pas lampu merah belok kanan, bro" Naomi menepuk bahu Kell.

Sabda Naomi tak terbantahkan. Ketika lampu merah, mobil itu berbelok ke arah kanan dan melaju mengikuti arah jalan yang ada.

Selepas menyusuri jalan utama yang padat oleh angkutan kota, petunjuk dari Naomi menggiring mereka ke sebuah lokasi yang hening dan terpencil. Tepi dari sebuah perumahan yang belum selesai digarap.

Jalanan dengan aspal yang sedikit rusak itu menuju ke sebuah rumah setengah jadi yang terlihat seperti sudah ditelantarkan bertahun-tahun.

"Ini tempatnya?" Kell menatap Naomi heran. Naomi mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Kell.

"Heran deh gw. Lo kan jago ya di komputer, harus banget nyari rumah di sini?" Tanya Kell masih menatap takjub pada seonggok rumah di deoan matanya.

Bagaimana tidak, rumah ini terlihat tidak layak untuk ditempati. Di sekitarnya, terdapat bukit-bukit kosong yang hanya ditumbuhi ilalang. Tempat yang sangat tidak meyakinkan bagi Kell. Terlebih lagi, ini merupakan rumah terakhir di ujung jalan. Tidak ada lagi rumah yang lain.

"Serius banget, Mi, ini rumahnya?" Tanya Kell berjalan menyusuri rumah di hadapan matanya.

"Bukan, Kell. Yuk ikut gw" ajak Naomi mulai berjalan di jalan setapak kecil yang berujung pada jembatan kayu dengan konstruksi besi tertancap ke lereng. Sedangkan Kell sibuk menyentuhkan tangannya menyibak ilalang dari kiri-kanan.

Terdengar konstan gemericim suara air di bawah sana. "Sungai?" Tanya Kell. Naomi mengangguk dan berjalan di depan Kell. "Sungai kecil, lumayan buat mandi" Kell tersenyum mendengar jawaban Naomi.

Setelah menyebrang di atas jembatan sepanjang tiga puluh meter, mereka disuguhkan pemandangan bukit sebrang yang ditumbuhi rimbunan bambu.

"Waw!" Decak Kell begitu ia melihat sebuah rumah berdiri gagah di hadapan mereka. Rumah joglo model panggunh yang tanpak sudah sangat berumur.

"Lo emang jenius, Mi" ucap Kell masih menggelengkan kepalanya melihat kemegahan rumah terpencil yang berada di depan matanya.

"Gilllllssss... Pekarangannya luas ga berbatas, menyatu dengan alam tanpa tanaman hias. Edaaaannn" seru Kell yang masih terpesona akan sebuah bangunan indah di hadapannya.

"Gw butuh ketenangan, Kell. Nanti guru gw dateng. Terserah lo mau kemana. Kalo lo mau ninggalin gw sendiri juga ga masalah. Ntar gw kabarin lo lagi" ucap Naomi yang mulai membuka pintu rumah tersebut.

"Gw tau apa yang akan gw lakukan, Shinta Naomi. Ambil waktumu, begitu juga denganku" ucap Kell mantap dan mendapat anggukan dari Naomi.

"Gw kamar atas ya" ucap Kell berjalan tanpa menunggu persetujuan dari Naomi. Naomi tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

Tanpa menunggu lama, Naomi memasuki salah satu kamar di lantai bawah.

"Ambil waktumu, begitu juga denganku, Jessica Veranda" gumam Naomi membuka jendela kamarnya. Ia memejamkan matanya dan membiarkan sapuan angin menerpa wajah dan rambutnya.

Sekalipun ia bisa dengan mudah memaafkan orang yang tidak akan bisa ia marahi, ia akan tetap mengambil waktunya. Bukan hanya untuk kekasihnya namun untuk ketenangan hubungan mereka.

DivaWhere stories live. Discover now