Masih sama dengan posisi awal, bermesraan dan berbagi cerita, Ve merasa sangat nyaman dengan kegiatan mereka sekarang.
Terkadang, Ve menciumi perut Naomi kala sang kekasih sibuk mengganti saluran TV mereka.
Usai mendapat saluran yang diinginkan, Naomi mengelus kepala Ve yang sedang menciumi perutnya.
"Kamu tahu alasan Gre menyukaiku?" Tanya Naomi pada Ve. Ve melepas ciumannya dan menatap dalam mata Naomi.
"Dia iri denganku" ucap Naomi santai. "Maksudmu?" Tanya Ve bingung. "Dia pernah nanya 'what do you do for living?'," Naomi mengelus dahi Ve "aku jawab 'i just live' dan di menimpali 'what luck'. Sebenarnya itu bukan cuma urusan beruntung sih bisa jadi juga pilihan tapi dia tertawa getir" ucap Naomi dengan wajah sendunya.
Ve sedikit mengangkat tubuhnya dan mengecup bibir Naomi. Naomi tersenyum dan merapihkan rambut Ve.
"Dia adalah saksi hidup bagaimana manusia bisa menghancurkan sesamanya dengan kegilaan yang melewati akal. Dan dia membereskan sampah-sampahnya setiap hari. Dia berpendapat bahwa orang-orang yang mati atau buntung karena ranjau di sana bukanlah pilihan mereka" ucap Naomi dengan mata berkaca-kaca. Ve bangun dan memeluk Naomi erat. Membiarkan kekasihnya menangis dalam dekapannya.
"Itu yang dia lakukan untuk hidup. Dia pernah menemukan aku sedang melamunimu. Lalu dia berkata, dia berharap mempunyai hak yang sama. Hidup hanya untuk hidup itu sendiri. Mungkin dia bisa lebih banyak melamun sepertiku. Dia rapuh, Ve" ucap Naomi mengeratkan pelukannya.
"Iya, sayang. Aku tahu kamu menyayanginya. Tapi kamu bisa apa, sayang? Kan kamu yang bilang, ranjau itu cintanya. Tetaplah di sampingnya sebagai sahabatnya. Semoga itu membantunya tetap teguh layaknya kamu menganggap aku ada di sampingmu" ucap Ve mengelus wanita teguh namun rapuhnya ini. Naomi mengangguk mengerti.
Naomi menaangkup wajah Ve dan mengecup bibirnya.
"Dia pernah bilang gini 'suatu saat, aku ingin melihat dunia dari mata kamu' namun ia segera berbalik pergi. Saat itu juga aku ingin mengejarnya, merengkuhnya dan berkata 'jangan takut. Jangan menyerah. Hidup ini sesungguhnya indah'. Tapi detik berikutnya, perasaan itu lenyap, sayang" ucap Naomi kembali merengkuh Ve dalam dekapannya.
Ve tersenyum. Ia sangat bahagia memiliki Naomi dalam hidupnya. Wanita tercintanya memang layak dicintai oleh siapapun dan dia beruntung wanitanya memilihnya untuk menjadi yang dicintai.
"Kamu tahu, yangku, pacarmu ini ahli beladiri loh" ucap Naomi berbangga diri. Kini mereka sudah kembali dalam posisi awal dimana Ve menaruh kepalanya di atas paha Naomi.
"Wah.. Gimana? Gimana?" Tanya Ve antusias dengan semua cerita wanitanya ini.
"Aku pernah berkelahi untuk membela bapak pemilik rumah tempatku menumpang sementara. Bapak tersebut terlilit hutang. Aku yang sok jagoan ini membelanya dan mengajak ketua preman itu berkelahi. Dia seorang kickboxer namun mengerti wushu dan aku meladeninya dengan wushu. Tubuhku terlempar tanpa ampun, terbujur di lantai, bibir sobek, pembuluh di hidung pecah. Namun bayanganmu datang. Amarahku muncul. Aku melakukan semua ini untuk kita, enak saja dia mau menghabiskanku. Manusia kurang ajar! Harus diajar!," jeda Naomi menyesap minumannya.
Ve tertawa melihat kekasihnya sangat bersemangat ketika bercerita. Meski ia sedih mendengar bahwasanya wanitanya harus babak belur melawan sang preman.
"Aku sempat melakukan tendangan angin puyuh. Orang biasa, akan KO, tapi dia cuma jatuh berlutut. Wushunya juga sangat bagus. Emosinya semakin menjadi kala penonton bersorak, ia menyerangku dengan menyatukan kickboxing dan wushu. Aku melakukan Che khung fan tertinggi yang pernah kulakukan. Aku melakukan tendangan tanpa bayangan. Saat aku kembali menjejak tanah, telapak kiriku bergetar kencang, ia tahu aku mempunyai jurus peremuk tulang. Ia bisa saja mati dengan tubuh utuh tetapi organ dalam berantakan. Darah akan muncrat dari tujuh titik, sesaat sesudah menerima pukulan yang bahkan tak menyentuh kulit itu" ucap Naomi memejamkan matanya mengingat kejadian itu.
Ve kembali memeluk Naomi dan mengecup kepalanya berkali-kali untuk mereda amarah sang kekasih.
"Dia memejamkan matanya, yangku. Saat itu, seluruh tubuhku berguncang dan mulutku bergetar akan teriakan tertahan. Jurus itu tidak bisa terbendung, Ve. Teriakanku lepas bersamaan dengan hentakan telapak tangan dan kaki kiriku....ke tembok kosong" ucap Naomi menghela napas.
"Astaga, sayang. Kamu mengerikan. Terus?" Ucap Ve memeluk pinggang Naomi dan wajahnya menatap dekat wajah Naomi.
"Lapisan dinding rontok. Temboknya meretak pecah. Lima senti lebih rontok ke lantai. Ubin di bawah kakiku meretak pecah. Semua orang di ruangan terdiam. Menyisakan suara remukan beton yang bergulir jatuh satu demi satu. Darah mengalir dari mulut preman tadi yang tak luka. Tendangan bayanganku meninggalkan cedera di dalam sana. Aku dengan cepat menotoknya agar pendarahan itu tidak berlanjut. Kurang dari sepuluh detik, dia roboh mencium lantai, memegangi dadanya dan mengerang kesakitan karena egonya juga babak belur" ucap Naomi tersenyum mengecup bibir Ve.
"Bahaya banget nih pacar gue" gumam Ve dan menjatuhkan wajahnya di pundak Naomi lemas. Naomi terbahak melihat Ve yang berkeringat mendengar ceritanya.
"Kamu di sana emang seekstrim itu ya? Kok ngeri banget sih?" Ucap Ve mengambil posisi tidur dan memeluk pinggang Naomi.
"Entahlah, yangku. Aku memang berubah sangat jauh. Aku akui itu" ucap Naomi kembali mengelus dahi Ve yang berkeringat.
"Tapi Epona sangat tangguh, yangku. Dia mampu mengangkut empat detektor sekaligus di bahu seperti membawa mainan plastik. Dia juga yang mengajariku merakit dekektor. Sedangkan aku, saat mengangkat ponco berisi tumpukan perkakas aja rasanya ototku seperti dibetot monster dari perut bumi dan Epona tertawa senang melihat ekspresi kesusahanku" ucap Naomi yang membuat Ve tertawa terbahak.
"Kamu sama aja kayak dia" ucap Naomi kesal mengacak rambut Ve. Lalu mereka tertawa bersama.
"Boleh aku tahu berapa bayaran menjinakkan ranjau?" Tanya Ve penasaran.
"Dengan metode yang dipakai dunia sekarang, ongkos menjinakkan satu ranjau yang harganya tidak sampai satu dolar itu kalau dirata-rata bisa mencapai 800 dolar" ucap Naomi menjelaskan dan membuat Ve menganggukkan kepalanya mengerti.
"Neang Ry pernah berkata kalau saja semua pemerintah di dunia mau mendukung pendanannya, teknologi robot dengan sensor gelombang mikro digabung thermal imaging dapat menjadikan Kamboja bebas ranjau seratus kali lebih cepat daripada manusia" ucap Naomi kembali kesak mengingat Neang Ry.
"Tapi mereka semua menjadi pengangguran" ucap Ve memberi tanggapan. "Iya. Itu juga yang mereka ucapkan saat tidak suka dengan pendapat Neang Ry. Dan sesudahnya Neang Ry berseteru percakapan dengan Kell diiringi kami yang beringsut meninggalkan partai mereka" ucap Naomi terkekeh.
Ve kembali tertawa. "Kamu luar biasa, sayang. Aku penasaran dengan Kambojamu itu" ucap Ve mengelus pipi Naomi.
"Kalau urusanku telah selesai dan kita bisa bersama. Aku akan mengajakmu kesana, memperkenalkanmu dengan Gre, Kell bahkan Neang Ry" ucap Naomi tersenyum dan mendapat anggukan dari Ve.
"Lalu, siapa yang disukai Gre selain dirimu?" Tanya Ve yang kali ini mengusap bibir Naomi.
"Namanya Michael Simone. Kamu tahu? Kell juga menggilai Epona sang ratu perang. Tanpa mereka tahu kalau Epona menyukaiku. Dan berkat Michael, untuk pertama kalinya dalam sejarah, aku melihat Kell dan Neang Ry dipaksa harus kompak. Meski mereka tahu Epona dimabuk cinta pada Michael, namun mereka sibuk mengingkari fakta" ucap Naomi tertawa yang langsung menular pada Ve.
"Kamu senang dong. Wanita yang menjadi rebutan ternyata malah menaruh hati padamu" ucap Ve kembali cemburu.
"Bukankah sama seperti kita? Kamu yang banyak diidamkan malah memilihku" ucap Naomi mengecup bibir Ve. Ve tersenyum dan menahan tengkuk Naomi mengajaknya berciuman.
"Tuhan.. Dialah bahagiaku. Izinkan kami selalu bersama. Aamiin" batin Naomi membalas tiap ciuman yang Ve lancarkan.